XXX. Melawan Rasa Takut

381 45 0
                                    

Kata Aslan, dari dulu Alessia sudah takut dengan kucing dan alergi pada bulu kucing. Dahulu Aslan memelihara kucing, tetapi setelah bertemu dengan Alessia dan mengetahui betapa takutnya Alessia pada kucing. Akhirnya, Aslan memberikan keenam kucingnya yang telah beranak-pinak itu kepada Brava, Alpha dari Thunder Pack.

Hingga kini Aslan tidak memelihara kucing, dia sudah terbiasa hidup tanpa kucing karena selalu teringat dengan Alessia yang takut pada hewan imut nan menggemaskan itu.

Ini merupakan sebuah keanehan. Kenapa Alessia yang dinyatakan hilang ingatan, tetapi masih tetap merasa takut terhadap hewan yang bernama kucing? Sama halnya dengan dia yang menyukai kupu-kupu, dan makanan manis. Kenapa hal itu bisa terjadi? Bukankah seharusnya Alessia tidak merasakan hal tersebut?

Apakah karena alam bawah sadarnya?

Pertanyaan terbesar Aslan yang membuat Alessia bingung adalah kalau rasa takut terhadap kucing, menyukai kupu-kupu, dan suka makan makanan yang manis masih dapat Alessia rasakan. Kenapa Alessia tidak dapat merasakan perasaan yang tertanam dalam lubuk hatinya untuk Aslan? Apakah karena Alessia belum menyukai Aslan? Mungkin karena dahulu mereka baru mengenal selama lima bulan? Jadi belum ada benih-benih cinta yang Alessia rasakan untuk Aslan? Mmm, mungkin.

Alessia menatap horor kucing abu-abu yang tengah tiduran seraya menjilati kakinya di atas meja di teras rumah Shelly. Bulu kuduk Alessia berdiri dan jantungnya berdebar kencang, dia berdiri sejauh dua meter dari pintu rumah Shelly. Alessia menunggu si empunya kucing untuk membawa pergi atau menyuruh kucing berbadan gemuk itu supaya pergi.

Shelly mengerutkan keningnya melihat Alessia yang tidak kunjung masuk ke rumahnya. Apakah karena rumahnya terbuat dari kayu? Apakah Alessia sama seperti yang lainnya, takut menginjakkan kaki di rumahnya karena mengira rumahnya akan roboh bila diisi oleh banyak orang?

"Akan sampai kapan kamu berdiri di situ? Tenang saja, rumahku tidak akan roboh. Ini kayunya bagus dan kuat, tidak akan lapuk. Bahkan para rayap giginya akan rontok kalau memakannya."

Alessia memiringkan kepalanya, tidak paham akan maksud perkataan Shelly yang tiba-tiba membahas kayu yang menjadi bahan dasar untuk membuat rumahnya itu.

Shelly mendesah, lalu menghampiri Alessia. Merangkul Luna dari Meteor Pack itu dengan akrab. "Ayo, jangan takut. Jangan lupakan fakta kalau aku ini penyihir. Tentunya aku sudah memantrai rumahku ini agar tetap berdiri dengan kokoh." Shelly menyengir, dia mengajak Alessia ke rumahnya.

Alessia semakin tidak paham. Memangnya tadi dia mengejek rumah Shelly yang terbuat dari kayu? Menurutnya rumah Shelly sangat unik, mengingatkannya pada rumah-rumah zaman dahulu kala sebelum ditemukannya semen dan batu bata. Rumah Shelly mirip rumah pohon versi besar.

"Itu ...." Alergi terhadap bulu kucing yang dialami Alessia langsung memberikan reaksi yaitu berupa bersin. Dia menutup hidungnya, bergegas menjauh dari rumah Shelly.

Shelly melongo. Sepertinya dia telah melupakan sesuatu.

Troya, kucing abu-abu itu berdecak. Dia malu memiliki majikan bodoh. "Kau lupa? Luna Alessia takut pada kucing dan alergi pada bulu kucing? Kau mau membuat Luna Alessia pingsan? Dan pastinya Alpha Aslan akan mengamuk."

Shelly menepuk jidatnya, merutuki kepikunan yang dia peroleh di usia muda. "Oalah." Shelly mendekati Alessia yang tengah memelototi Troya dengan tajam. "Kenapa?" Shelly ngeri melihat Alessia yang seperti ingin memakan Troya hidup-hidup. Walau kucing satu itu menyebalkan, tetapi Troya selalu ada untuknya.

"Itu, kucing kamu bisa berbicara?" Alessia menunjuk-nunjuk Troya yang masih anteng duduk di meja.

"Iya. Aku yang membuatnya dapat berbicara." Shelly tersenyum bangga.

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Where stories live. Discover now