XLI .. Believe in God

278 28 0
                                    

Semilir angin menerbangkan dedaunan. Udara dingin yang sejuk membuat siapa saja malas untuk bangun dari kasur. Kupu-kupu, lebah, dan capung terbang mengelilingi bunga-bunga untuk mencari makan. Betapa indahnya pemandangan taman pada pagi hari ini.

Aslan berdiri di bawah pohon, mata hijaunya menatap danau yang airnya begitu tenang. Kedua angsa berbeda warna bulu dan jenis kelamin itu tengah memadu kasih. Tidak prihatin dan kasihan pada Aslan yang sedang merenung memikirkan pujaan hatinya yang entah ada di mana dan sedang apa.

Alessia suka duduk di bawah pohon seraya mendengarkan rekaman saat dia bermain piano. Alessia menyukai kegiatan menyiram bunga-bunga dan memberi makan para angsa, padahal di danau terdapat banyak ikan. Alessia mengejar kupu-kupu, katak, dan kodok dengan wajah yang penuh keceriaan. Aslan dan Alessia yang suka rebahan di rerumputan seraya melihat awan dan membicarakan banyak hal.

Aslan merindukan itu semua. Aslan tidak tahu sampai kapan dia dapat menahan rasa rindu ini. Aslan kira, dua tahun sudah cukup baginya berpisah dengan Alessia. Ternyata tidak. Mungkin menurut Moon Goddess itu belumlah cukup, cinta mereka harus kembali diuji.

Teguran dari Moon Goddess pada Aslan sangat keras. Aslan telah mengintrospeksi diri. Aslan berjanji, bukan, bukan berjanji, tetapi dia harus melakukannya. Aslan akan selalu bersama Alessia. Bukan lagi menyuruh para warrior untuk menjaga Alessia, tetapi dia lah yang akan melakukannya.

Aslan akan memastikan, Alessia selalu dalam jarak pandangnya. Bukan bermaksud mengekang, tetapi untuk menjaga dan mengantisipasi agar kejadian seperti ini tidak terulang untuk ketiga kalinya.

"Alpha Aslan."

Aslan menoleh, kepalanya langsung menunduk melihat Faolan yang menghampirinya. Aslan tidak sanggup menatap Faolan, dia telah mengecewakan Faolan untuk kedua kalinya.

Faolan tersenyum samar. Dia menyentuh bahu Aslan yang terlihat rapuh itu. "Angkat kepalamu dan lihatlah aku," kata Faolan lembut.

Perlahan Aslan mendongakkan kepalanya, lalu menatap Faolan balik. Wajah Faolan selalu terlihat lelah dan kurang tidur, kini wajah Faolan kian tirus. Aslan semakin merasa bersalah.

"Aku tidak menyalahkanmu, Aslan. Jadi, jangan bertingkah seperti itu. Ini sudah takdir." Faolan mengulum senyuman. "Tuhan tidak akan menguji kita melebihi batas kemampuan kita. Karena Tuhan tahu kita kuat, maka dari itu kita diberi cobaan. Tuhan akan menolong dan selalu bersama kita. Percayalah."

Faolan memandangi danau yang luas itu. Mata birunya meredup, kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tutupi dengan senyuman. Dia harus tegar. Tidak boleh lemah. "Alessia akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat. Alessia juga tidak sendiri, ada Iris dan Moon Goddess yang selalu bersamanya."

Aslan tersenyum tipis. Dalam situasi seperti ini, Faolan masih berpikiran positif. Baik dulu maupun sekarang, Faolan tidak pernah menyalahkan Aslan. Begitu baiknya Faolan, persis seperti Alessia.

"Iya." Aslan tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak memiliki hati seluas dan sebaik Faolan.

"Para Alpha dan Beta yang ada di negara ini akan berkumpul. Mereka belum mengetahui tentang Alessia." Faolan menundukkan tubuhnya di atas rerumputan di bawah pohon. Sebenarnya Faolan lelah, baru tiba, dia langsung pergi ke Meteor Pack. Saat mendengar kabar Alessia diculik, Faolan sedang berada di Jepang untuk urusan pekerjaan.

"Mereka tidak tahu Alessia itu mate-ku." Aslan ikut duduk di sebelah Faolan. Aslan belum mengumumkan bahwasanya dia sudah memiliki mate, jadi dia sering diledek oleh Alpha Juan dari Nimbus Pack.

"Kejadian dua tahun yang lalu, tidak ada yang mengetahuinya selain Sirius Pack dan Meteor Pack. Untungnya berita tentang Alessia menghilang terbawa arus sungai tidak menyebar ke pack lain," kata Faolan.

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Where stories live. Discover now