Gilang melanjutkan kunyahannya, berpikir sambil meresapi rasa masakan gadisnya.
Gilang berpura-pura mengernyit. Ica yang melihat itu langsung dilanda panik, apa masakannya tidak enak? Ia segera menyuapkan sesendok nasi juga sayur yang ia sajikan untuk Gilang. Tidak ada yang aneh, masakannya pas di lidahnya, Apa Gilang sedang sariawan?

"Enak kok, masakan kamu jos," celetuk Gilang tertawa.

Ica menghembuskan nafas lega, "Ica pikir kak Gilang sariawan."

Gilang menghentikan tawanya, ia menatap mata Ica dalam, ada sebuah kerinduan terpancar dari mata gadisnya. Gilang berdehem, ia kembali khusuk menghabiskan makanannya.

Ica mendengus pelan, ucapannya tidak dijawab. Sudahlah, lebih baik ia menghabiskan makanan lalu melakukan hal lainnya. Setelah makanan dipiringnya habis tak bersiasa, Ica melangkah menuju dapur untuk mencuci piring bekasnya dan Gilang.

"Sini, biar gue aja!" sela Gilang mengambil alih piring ditangan Ica.

Ica menggeleng masih memegangi piring, "Gak usah kak, biar Ica aja."

"Udah gak apa-apa, sekalian belajar jadi calon suami yang baik."

Wajah Ica memerah, ia tersenyum malu menatap Gilang, "Masih kecil, ngomongnya udah kemana-mana," balas Ica mencebik.

"Yang kecil siapa? Gue mah udah gede! Nih tinggi gue kan," seru Gilang mengukur tingginya dan Ica.

Ica mengatupkan giginya gemas, "Ih, kak Gilang."

Gilang terbahak, sudah lama sekali rasanya ia tidak tertawa lepas setelah kematian ayahnya. Mengingat itu membuat dada Gilang sedikit nyeri, tapi dengan cepat ia tepis, Gilang sudah ikhlas atas kematian ayahnya dan ia tidak boleh bersedih lagi.

Keduanya berjalan beriringan menuju sofa, Ica Izin sebentar untuk pergi ke kamar. Ia kembali lagi dengan menenteng sekotak alat makeup dan sekantung plastik kecil berisi masker wajah.

"Mau ngapain?" tanya Gilang mengernyit ketika Ica mulai menarik tangannya.

"Udah, Ikut aja," jawab Ica membawa Gilang menuju toilet.

"Ngapain ke toilet? Ca jangan macem-macem ya!" seru Gilang melotot.

Ica menyentil kening Gilang, "Otaknya, dibersihin dulu, biar gak omes terus."

Gilang memonyongkan bibirnya ke depan, nasib keningnya terkena sentilan maut ala Ica. Gilang menurut ketika Ica menyuruhnya untuk membasuh wajah dengan sabun muka milik gadis itu.
Setelah selesai dengan urusan ditoilet, keduanya kembali ke sofa depan.

"Kak, Tante Mia gak ikut pulang?" tanya Ica sambil membuka kotak makeup miliknya.

Gilang menggeleng kecil, "Enggak."

Ica mengangguk-anggukan kepalanya, "Kak Gilang hampir seminggu gak sekolah kemana aja?" tanya Ica mendongak menatap mata Gilang.

Gilang mendesah panjang, ia mendorong badan Ica agar bergeser hingga ujung sofa dan merebahkan kepalanya dipaha gadis itu.

Ica sedikit tersentak saat Gilang tidur dipangkuannya, jantungnya bergemuruh hebat. Tangannya menggantung diudara saat mendengar kata yang terucap dari mulut Gilang.

"Gue pergi ke puncak bogor sama Ibu, maaf gak ngabarin lo," ucap Gilang menatap wajah Ica dari bawah.

Ica tersenyum gugup, ia menjawab dengan anggukan lalu meminta Gilang melanjutkan ceritanya. Sambil mendengarkan cerita Gilang, Ica mengoleskan masker diwajah laki-laki itu.

"Ah, dingin! Apa nih?" tanya Gilang mengusap pipinya.

"Yah, jangan dihapus kak! Ini tu masker wajah biar fresh dan gak stres, biar wajahnya awet muda kaya wajah Ica." gerutu Ica.

Gilang mencebik, "Biar makin cantik ya pake masker?"

"Bukan gitu ih, udah lanjut aja ceritanya. Ica nungguin lho," jawab Ica kembali memakaikan masker diwajah Gilang.

Gilang tersenyum tipis, ia melanjutkan cerita mengenai hilangnya ia seminggu ini. Mulai dari pikirannya yang kacau, hingga memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk sementara waktu bersama Ibunya. Hingga sengaja mematikan ponsel agar tidak terganggu oleh siapapun.

"Awsh...," ringis Gilang saat tangan mungil Ica mendarat mulus menjambak rambutnya.

"Itu balesannya karena udah bikin Ica kangen setengah mampus," ucap Ica bersungut-sungut.

"Oh, jadi kangen gue?" ledek Gilang mencoel hidung Ica.

Ica tersenyum salah tingkah, ia keceplosan. Duh mulut, kak Gilang jadi tau kan sekarang, batin Ica.

Gilang berusaha bangun tapi ditahan oleh Ica, "Jangan gerak kak, belum selesai!"

Gilang memutar bolamatanya, setelah menunggu beberapa menit akhirnya ia diperbolehkan untuk duduk.
"Ca, kok mukanya jadi kaku begini?" tanya Gilang memegang sisi wajahnya.

"Diem, jangan ngomong! Nanti maskernya pecah terus mukanya jadi keriput. Kak Gilang mau jadi keriput?" tanya Ica tersenyum miring.

Gilang menggelang ke kanan dan ke kiri, tanda tidak setuju dengan ucapan Ica.

"Bentar, Ica pake juga dimuka Ica. Biar samaan," ucap Ica terkekeh.

Gilang diam memperhatikan Ica mengoleskan sebuah kream berwarna hijau seperti Jus alpukat diwajahnya. Gilang menahan tawanya ketika masker yang dipakai Ica mengenai ujung mulutnya.
"Kalo masih laper, bilang! Maskernya jangan di makan."

_____
Vote ya guys, komen juga biat makin semangattt!!!

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now