"Kamu pesen lagi Ca, kita pulang dulu! Papa Mamamu pasti capek, nanti Gilang yang anter, ya kan Lang?" ucap Kakek menatap ke arah Gilang.

Gilang mengiyakan ucapan kakek, ia menghampiri Ica setelah keluarganya keluar dari restaurant.
"Kenapa gak bilang Papa Mama dateng?" todong Gilang duduk di kursi.

Ica mendudukan bokongnya dikursi, "Ica aja gak dikasih kabar, tau-tau pas nyampe rumah disuruh dateng kesini," sungut Ica.

"Sendirian kesini?" tanya Gilang.

Ica mengangguk lesu, perutnya sudah keroncongan sejak dijalan.
"Kak, Ica laper! Temenin makan ya?" tutur Ica pelan.

Gilang mengangguk, ia pamit sebentar untuk ke toilet. Padahal sebenarnya Gilang masuk keruangan Ibunya.
"Eh, udah dateng?!"

"Bu, Gilang makan dulu!"

"Ya udah sana! Ibu selesain ini dulu," balas Mia.

Gilang berjalan keluar, ia berhenti didepan pintu lalu menoleh, "Bu, di depan ada calon mantu!"

"Hah?"

Gilang terkekeh kemudian berjalan menghampiri meja Ica, biarlah Ibunya penasaran lalu datang sendiri untuk melihat calon menantunya kalau saja hubungannya bertahan hingga ke jenjang itu, semoga saja.

__

Setelah selesai makan siang, Ica dikejutkan oleh pelukan perempuan yang seumuran dengan Mamanya.
"Cantiknya calon mantu," ucap Mia memegangi kedua sisi wajah Ica.

Gilang tertawa melihat Ica, gadis itu menatapnya horor penuh pertanyaan?

Ica tersenyum paksa, ia tidak mengetahui siapa Ibu-Ibu yang memeluknya. Matanya melotot saat mengingat ucapan Gilang yang datang ke restaurant untuk menjemput Ibunya. Jangan-jangan?

"Bu, udah! Liat anaknya kebingungan," cetus Gilang terkekeh.

Mia melepaskan pelukannya, "Namanya siapa cantik?"

"Ica tante," jawab Ica tersenyum.

"Kenalin tante Ibunya Gilang, panggil aja tante Mia ya!"

Ica mengangguk tersenyum, hari ini penuh dengan kejutan. Orangtuanya datang lalu ia tiba-tiba bertemu dengan Ibu dari pacarnya. Mereka bertiga berbincang sebentar lalu Mia mengajaknya untuk pulang bersama. Kebetulan juga Gilang menjemput Ibunya menggunakan mobil.

"Kapan-kapan dateng ke restaurant tante Ca, kata Gilang kamu pinter masak," ucap Mia tersenyum.

Ica mendelik melihat Gilang, bisa-bisanya laki-laki itu memmberitahu pada Ibunya jika ia pintar memasak, Ica belum terlalu pintar. Ia sedang ditahap belajar, belajar untuk menghasilkan rasa yang pas dan konsisten.

"Iya tan, mampir dulu yuk ke dalem," tawar Ica keluar dari mobil.

Mia menatap Gilang sebentar, "Lain kali aja ya tante mampir."

"Pulang dulu, sayang," pamit Gilang terkekeh.

Ica mengulum senyum, sial. Wajahnya pasti memerah saat ini, berani sekali Gilang berbicara seperti itu didepan Ibunya, Ica yang malu Gilangnya tidak.

__

Langit mulai menggelap, malam akan menjelang. Suasana dirumah Nenek terlihat ramai karena kedatangan keluarga jauh.
"Ma, oleh-oleh buat Ica mana?" tanya Ica mendekati Maria yang sedang berkutat di dapur.

"Ini! Pempek kapal selam sama kerupuk ikan," jawab Maria. "Bantuin mama bawa ke depan!"

Ica mengambil mangkuk kecil untuk wadah memakan pempek, dan juga sendok untuk dibawa keruang tamu. Lebih enak makan pempek sambil menonton televisi dan berkumpul.

"Wah... Makan-makan," teriak Bayu menghampiri Ica.

"Duduk sana bay! Nanti kakak ambilin."

Bayu menurut, ia duduk dipangkuan hery dengan anteng.

Gilang memainkan game diponsel, ia mendengkus saat ponselnya berbunyi berturut-turut. Terpaksa ia mempause game lalu melihat siapa yang berulah di dalam Grup.

Cogan SMA Pelita

Doni:
P
P
P
P
P

Surya:
Berisik gblk!

Doni:
Bicit kimi!
Ada berita.
Penting!

Jamal:
Berita apa Don?

Surya:
Halah, paling ngomongin kucing tetangga lahiran!

Doni:
Bukan.

Surya:
Apaan bedon!

Gilang:
Berisik!

Gilang melemparkan ponselnya di ranjang, ia melangkah ke toilet untuk buang air kecil. Setelah selesai Gilang keluar dari kamar menghampiri Ayah dan Ibunya yang sedang bermesraan didepan televisi.

Gilang mendengkus, ia berjalan melewati orangtuanya menuju dapur. Ia mengambil beberapa camilan di dalam kulkas lalu menghampiri keduanya, Gilang duduk ditengah-tengah ayah dan Ibunya.

Mia terkekeh, ia mengusap rambut anaknya yang agak memanjang.
"Rambut kamu udah panjang nak," cetus Mia.

Gilang menarik rambutnya kedepan, "Besok Gilang potong."

Mia mengangguk, ia melirik suaminya dan Gilang bergantian. Gilang begitu mirip dengan ayahnya, benar-benar copy pastean ayahnya sewaktu muda.

Saat Gilang larut dengan tayangan televisi, kedua orangtuanya diam-diam pergi ke kamar meninggalkannya sendirian.
Gilang mendengkus, ia membuka camilan baru dan memakannya sambil menonton. Setelah merasa bosan, Gilang mematikan televisi dan beranjak pergi ke kamar. Ia memilih tidur lebih awal karena besok ia harus berangkat pagi.

_____
Vote dan comment yaa, follow juga. Bila perlu share ketemen-temen yang lainnyam

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora