Gilang terbahak diatas motor, ada-ada saja tingkah anak kecil jaman sekarang. Gilang membelokkan motornya melewati gerbang sekolah, semua pasang mata kini berfokus pada sepasang kekasih itu.

"Eh Ser, itu bukannya Gilang ya sama siapa tuh?" tanya salah satu siswi yang sekelas dengan Serli.

Serli menoleh ke arah objek yang menjadi pusat perhatian, ia berdecih saat melihat Gilang menggenggam tangan Ica, harusnya ia yang berada diposisi itu.

"Cabut aja, enek gue disini!" ucap Serli berjalan meninggalkan parkiran.

Gilang menggenggam erat tangan Ica walaupun Ica sudah beberapa kali berusaha melepaskan, "Kak, ini disekolah!" bisik Ica pelan.

"Terus kenapa?" tanya Gilang menaikkan sebelah alisnya.

Ica melotot, "Gak enak, diliatin banyak orang."

"Jadi, kalo gak ada orang boleh?" Gilang tersenyum miring.

Ica tergagap, "Ya, ng-nggak boleh lah!"

Gilang tersenyum kecil, tidak perduli bagaimana gaduhnya suasana sekitar karena perbuatannya itu.

"Woy lang!" teriak Doni.

Gilang menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang, ia kembali menatap Ica disampingnya, "Ke kelas sendiri gak apa-apa?" Tanya Gilang memastikan.

Ica mengangguk, "Gak apa-apa, Ica udah besar kak! Bisa jalan sendiri ke kelas."

"Bagus!" balas Gilang mengusap puncak kepala Ica, matanya memperhatikan punggung Ica yang perlahan menjauh. ia bersedekap dada menunggu Doni berjalan menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Gilang to the point.

"Buset dah lo, masih pagi! Jangan bikin mata gue sepet napa?" sungut Doni.

"Iri? bilang bos!" cetus Surya yang baru saja datang.

"Lo juga, baru dateng udah bikin mata gue sepet!"

"Heh, gue gak pacaran kaya noh... " tunjuk Surya pada Gilang.

"Nggak pacaran tapi gebetan dimana-mana."

"Iri aja hidup lo," ketus Surya.

Doni mendengkus melewati Gilang dan Surya. Agaknya laki-laki itu terkena IMS (Irritable Male Syndrome). IMS adalah suatu kondisi yang mana pria mengalami hipersensitivitas, frustasi, dan marah lantaran perubahan hormon. Jadi, bukan perempuan saja yang mengalama gejala seperti itu laki-laki juga bisa.

"Kenapa tuh?"

Gilang mengedikkan bahunya, ia berjalan acuh meninggalkan Surya. Bel baru saja berbunyi, seluruh siswa-siswi berbondong-bondong memasuki kelas.
__

Gilang bersama Doni menempelkan kertas pengumuman dipapan mading, pengumuman ini terkait dengan kegiatan perkemahan yang dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu yang bertempat di ranca upas. Ranca Upas memang telah dikenal sebagai salah satu kawasan bumi perkemahan yang sangat diminati oleh wisatawan maupun oleh penyelenggara pelatihan dan camping. Letaknya yang berada di kawasan Ciwidey dengan pemandangan hutan hijau dan udara yang dingin, adalah daya tarik utama yang membuat setiap orang betah untuk berkemah di kawasan ini.

Gilang mundur beberapa langkah, ia melihat papan mading kelas 10 dengan anggukan. Sudah pas sesuai harapannya.
"Cabut Don!"

Doni membenarkan celananya, ia berjalan menyusul Gilang untuk kembali ke dalam kelas mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Saat bel istirahat berbunyi, seluruh siswa-siswi beramai-ramai keluar kelas menuju kantin, tempat keramat disaat perut sudah berteriak minta di isi. Gilang bersama ketiga sohibnya duduk dibangku kosong yang tersedia.

"Mbak iyah? Siomay nya seporsi lengkap," teriak Doni.

"Siap mas."

"Saya juga mbak."

"Saya mbak."

"Gak kreatif lo berdua!" cetus Doni melirik Surya dan Jamal.

"Terserah kita to Don," sahut Jamal mencibir.

"Mbak, martabak telornya satu," ujar Gilang.

"Oke, Siap mas. Tunggu sebentar!"

Gilang mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin, tidak sulit menemukan keberadaan Ica ditengah lautan manusia, ciri khas Ica adalah Gadis itu memiliki rambut hitam pekat berbeda dengan yang lain yang hitamnya netral. Gilang menemukan keberadaan Ica yang hendak berbalik meninggalkan kantin, gilang menatap sekeliling. Pantas saja Ica berbalik arah, meja kantin sudah penuh. Dengan langkah lebarnya Gilang mencekal lengan Ica, menarik gadis itu untuk duduk bergabung bersamanya.

"San, sini?" panggil Ica pada temannya yang tertinggal.

"Bisa-bisanya gue ditinggal," gerutu Santi.

"Ya elah lo, sini situ doang gak nyampe 1 kilo meter," balas Doni cepat.

"Nyambung ae ni anak," sinis Santi.

Pesanan Gilang dan teman-temannya sudah datang, tinggal menunggu pesanan Ica dan Santi yang memesan makanan sama seperti Gilang.

"Aaaak," ucap Gilang menyuapkan sendok didepan mulut Ica.

Ica menggeleng, "Kak Gilang aja yang makan, Ica nunggu punya Ica aja."

"Gak apa-apa, ayo buka mulutnya, aaaa."

Mau tidak mau, Ica menerima suapan dari Gilang. Kan sayang kalo dianggurin, batin Ica terkekeh.

"Ekhem... Ekhemm... Punya korek api gak?"

_____
Terimakasih banget yang udah nemenin author smpe part ini, semoga semuanya sehat♥

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя