Part 42 : unexpected

527 43 31
                                    

Hinaan mengiringi Tari di sepanjang jalan. Namun dia tidak memperdulikan hal itu, dia hanya ingin mencari seseorang.

"Tari" sebuah panggilan memberhentikan langkahnya, gadis itu tau siapa yang memanggilnya maka dari itu dia menatap malas keasal suara.

Gadis berambut sepunggung itu menenunggu orang yang memanggilnya sampai di hadapannya.

Saat orang itu tiba di hadapan Tari, rasa ragu terpancar dari wajahnya membuat Tari mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Tari.

"Jangan marah ya, kakak cuman mau tanya tentang berita itu. Apa benar, kamu dorong Alena dari rooftop?" tanya orang itu tak lain ialah Vano sang kakak tiri Tari.

Tak disangka seringai mencul di bibir Tari, walaupun hanya sedikit. Gadis itu tidak menyangka jika memiliki seorang abang selain Billy.

"Kalok iya kenapa? Kalok enggak kenapa?" tanya Tari ambigu,  gadis itu ingin melihat orang yang tepat di hadapannya ini lebih mempercayai siapa, dirinya atau Alena.

"Kakak serius" kata Vano yang sekarang terlihat kesal.

Tari tersenyum masam, "saya lebih serius. Kalok pak Vano mantau saya dari dulu, dan tinggal dari kecil sama Alena. Maka anda tau kebenarannya" cetusnya.

Lelaki itu tampak bingung sekarang, di situs isi Vano tidak menyalahkan Alena dan satu sisi juga tidak menyalahkan Tari. Mereka berdua, serasa tidak mungkin melakukan itu.

"Tari..." gadis itu menunggu ucapan yang akan di katakan Vano, "Tapi Alena gak mungkin ngelakuin itu," namun ucapan selanjutnya membuat Tari tersenyum masam.

Tari melangkah mendekati Vano, dan berjinjit agar dapat mencapai telinga Vano. "Berarti bapak tidak kenal saya dari kecil" bisinya lalu berlalu dari sana.

Alena lo harus tanggung jawab semua ini batinya berkata. Tari melangkah di sepanjang koridor, namun tak tampak batang hidung gadis yang di cari Tari.

Tapi saat melewati toilet putri, disana dia menemukan orang yang tengah di cari. Dengan gerakan hati hati, Tari melangkah kesana. Di pastikan seolah dirinya tidak mengobrol dengan Alena, karna Tari takut jika gosip menimpanya semangkin rumit.

"Gue tunggu di rooftop" bisik Tari lalu berjalan menuju rooftop. Bisikan itu membuat Alena tertegun,  gadis itu menatap Tari yang sudah menghilang dibalik tembok.

Alena tersenyum pada teman yang menemaninya ke toilet,  "lo duluan ya, gue ada urusan" ucapnya. Temannya yang hendak bertanya mengapa terhenti saat Alena segera berlari dari sana.

Tak

tak

tak

Langkah demi langkah Alena menaiki tangga menuju rooftop, gadis itu tiba tiba tersenyum menyeringai.  Dia tidak sabar melihat Tari menangis atas apa yang dia perbuat.

Keningnya berkerut saat melihat Tari santai duduk bersandar pada dinding, dengan wajah santai seolah tidak terjadi apa apa.

"Tutup, lo gak mau kan ada yang mendengar kebusukan lo" ujar Tari saat melihat Alena ingin melangkah mendekatinya. Dengan Ragu Alena menuruti ucapan gadis itu.

"Ha!" Alena spontan terkejut saat Tari tepat di belakangnya sekarang. Sejak kapan gadis ini ada di belakangnya, suara langkahnya saja tidak di dengar-Nya membuat jantung Alena berdegup kencang.

Keterkejutan Alena membuat Tari tertawa, tapi hal itu malah membuat Alena sedikit takut. "Lo takut, bukan nya harusnya gue yang takut sama lo" tanya Tari sambil menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Alena.

Kisah MentariOnde histórias criam vida. Descubra agora