Part 30 : Solidaritas

248 30 5
                                    

Di sepanjang jalan, Aris terus saja menghitung. Tari berdecak saat tidak kunjung sampai di motor Aris, dia memang terlalu jauh kedalam hutan.

"Tujuh tiga... tujuh empat... tujuh..." Ucapan Aris terhenti membuat langkah Tari ikut terhenti. Cewek itu mematung saat tidak mendengar ucapan Aris lagi.

"Ris, lo kok berhenti?" tanya Tari, tapi syukurlah Aris masih bisa menjawab.

"Gue gak tahan tar, gue ngantuk beneran ini. Disini aja ya, lo pasti cepek... Good night" kata Aris membuat Tari seketika membeku. Pandangnya memburam, Air matanya menetes di pipinya. Jantung nya berdetak cepat, semua tubuhnya seolah mati rasa.

Tangan yang memeluk lehernya melemah, Tari menatap kebelakang. Cewek itu dengan gemetaran menurunkan Aris, Tari menyenderkan Aris kesalah satu pohon didekati nya.

Tari menepuk lemah pipi Aris, "Ris... lo harus sadar... lo harus nemenin gue, gue takut... hiks" isak Tari. Cewek itu terduduk lemas ditanah.

Kaos putihnya kini berbawarna merah tercampur darah Aris, tapi itu tidak di pedulikan Tari. "Angga pliss dateng" mohonya sambil menatap wajah pucat Aris.

"Lo harus tahan... hiks.. gue mohon, katanya lo gak mau pergi dari gue... katanya lo mau jagain gue" isak nya.

Tari menggapai tangan Aris, tidak di peduli jika tangan Aris berlumuran darah. Diarahkan nya kepipi membuat pipi Tari berlumuran darah. "Gue takut ris..." katanya.

Tari menatap sekelilingnya yang gelap, dia bingung harus bagaimana. Tari bahkan tidak tau jalan yang ia lalui benar atau tidak.

"Tariii" suara teriakan membuat Tari menatap kesegalah arah. "Angga, lo dengar ris? Dia disini" kata Tari.

"Lo bertahan ya... Gue tau lo gak selemah itu."

***
Switer hitam milik Angga kini melekat di tubuhnya, setelah berdebat akhirnya Tari mau memakai switer cowok itu. Mau bagaimana lagi, kaos putihnya tadi sudah ternodai darah.

Di tempat duduk sudah terdapat ibunya Aris yang tengah pingsan, sedangkan di sebelahnya ada Oji yang tengah mengusapkan minyak kayu putih.

Ayahnya Aris masih belum keluar dari ruangan untuk mendonorkan darahnya pada anaknya itu.

"Biar gue aja kak" kata Tari mengambil alih kegiatan Oji.

Oji mengangguk, lalu menghampiri Angga. Disana juga ada tiga orang yang tidak diketahui Tari kapan tibanya, mereka itu Iqbal, Revan dan Tovan. Entah sejak kapan mereka akrab begitu.

Setelah melihat Tari tidak memperhatikan mereka, kini Iqbal yang meminta penjelasan.

"Kenapa bisa terjadi?"

Angga menggelengkan kepalanya, "Aris gak pernah bilang mau nyerang Darma" jawabnya.

"Anak itu memang ceroboh" geram Revan, namun tampaknya dari matanya cowok itu tengah mengkhawatirkan keadaan Aris.

"Terus gimana?" tanya Tovan yang sedari tadi diam.

Revan tersenyum smirk, "ya kita bales lah, gue gak rela adek gue di gitui" balas Revan.

"Gue nggak sepenuhnya keluar dari Dzero bukan? Sebagai wakil, gue yang akan mimpin kali ini" ucapnya menarik turunkan alisnya.

Iqbal orang pertama yang merespon ucapan Revan dengan memutar kedua bola matanya. Tovan dengan wajah datar, Angga seolah males menatap Revan. Sedangkan Oji memberikan kedua jempol tanganya pada Revan.

"Keren" ucap Oji, "tapi kebanyakan ngomong, tindakan nol" tambahnya. Membuat Revan yang semula tersenyum, tergantikan dengusan. Menyebalkan pikirnya.

"Ayo dong dimana semangat kalian, ni Aris lo. Dia masuk rs karna si Darma Darma itu. Terus Billy juga koma gegara tu orang, mana solidaritas kalian" kata Revan semangat empat lima.

"Walaupun gue musuhan sama Aris, tapi kalok dia sekarat gegara orang lain. Gue gak rela, enak aja adek gue di gituin" tambahnya berapi api.

Hening, tidak ada yang menjawab ucapan Revan. Sampai Oji orang pertama yang menjawabnya.

"Aris tuh banyak banget nolongin gue. Sebagainya sahabat, gue pasti ikut" ujarnya.

Kini giliran Angga, cowok itu berdehem terlebih dahulu. "Ikut" ia tidak mau kalah dengan Oji tentunya.

Revan kini menatap Tovan dan Iqbal, cowok itu naik turunkan alisnya meminta jawaban kepada keduanya.

Iqbal menghela nafas pasrah, dia harus berurusan dengan ini lagi. Padahal ia sudah lama tidak ikutan hal ini, mau tidak mau ia harus mau.

"Lo pasti butuh strategi" kata Iqbal membuat Revan tersenyum, tinggal satu. Cowok itu menatap Tovan penuh harap.

"Ck, gue gak mungkin bilang enggak" cetus cowok dingin itu, membuat sudut bibir Revan mengembang sempurna.

"Gitu dong,nah sekarang tugas lo Bal. Buat strategi paling bagus, lo Van cari Darma dimana. Oji, lo telpon anggota Dzero di markas. Sedangkan Angga, lo telpon anggota Dzero yang ada di Bogor, Bandung sekalian. Pokoknya kalian urus semuanya" katanya layaknya bos besar.

Dzero itu punya geng motor di luar wilayah Jakarta, mereka biasanya memakai jaket bertulisakan Dzero kids. Geng itu akan di pimpin dengan panglima tempur Dzero, maka dari itu sebutan panglima tempur itu banyak jika di geng mereka. Namun tetap yang memimpin mereka itu Aris.

Seperti Gio, ia adalah panglima tempur sakilgus pemimpin Dzero kids yang ada di Bandung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti Gio, ia adalah panglima tempur sakilgus pemimpin Dzero kids yang ada di Bandung.

Biasanya dalam tawuran, hanya para pemimpin Dzero kids yng ikut ke jakarta. Tapi berbeda kali ini, Revan ingin para anggotanya juga ikut.

Revan menyeringai, "kali ini lo gak bisa lolos. Lo cuman bisa buat Aris sama Billy masuk rumah sakit, tapi gue bisa buat lo masuk kedalam tanah. Liat aja siapa yang paling kuat" cecar nya.

"Lo akan mati Darma, HAHAHAHAH" tawa nya seperti pemeran antagonis. Namun tawanya terhenti saat melihat teman temanya tidak ikut tertawa, malahan berwajah datar.

"Kalian kok gak ikutan ketawa sih, ketawa dong biar seru" ajak Revan. Lagi Iqbal memutar bola matanya, cowok itu berlalu bersama Tovan. "Angga gue laper, cari makan kuy" kata Oji langsung menyeret Angga pergi menyisahkan Revan seorang.

"Jahat nya kalian" lirih Revan, lalu menggaruk tengkunya saat melihat Tari menatapnya Aneh.

Revan menyengir menampilkan lesung pipinya, cowok itu kemudian berlari menyusul Oji dan Angga.

_____________
Jangan lupa Vote biar dapet pahala, dan komen buat penyemangat😉


Kisah MentariWhere stories live. Discover now