Part 15 : Harassment

372 37 3
                                    

Kakinya melangkah menyusuri rerumputan, ia sengaja memilih jalan seperti itu agar segerombolan orang itu tidak mudah mengejar nya.

Kepalanya sesekali menoleh kebelakang, dimana orang orang itu ikut mengejarnya. Nafasnya memburu dengan kaki terus membawanya menjauh.

Saat melihat jalan raya disana, Tari segera melangkah menuju jalan. Matanya berkeliaran mencari bantuan, saat tampak mobil dari arah jauh. Dengan sepontan Tari melambaikan tangannya, sedikit lagi.

Hingga hampir menyampirinya tangannya ditarik oleh seorang, membawanya kembali kebelakang.

Matanya melebar melihat orang yang tadi mengejarnya ada di hadapanya sekarang, sontak Tari panik. Gadis itu terus memberontak dari kukungan orang itu.

"Lo harus ikut gue" ucap cowok bertindik itu. Tari terus memberontak, "gak mau" histerisnya.

"Diam" bentak cowok itu. "Gue akan buat abang lo itu, nangis tujuh hari tujuh malam liat mayat lo" ucapnya sambil tertawa jenaka.

Tawa yang tadi melengking seketika terhenti tergantikan senyum smirk, cowok itu menarik kuat rambut panjang Tari.

"Aaaarrrhhg" suara teriakan memenuhi tempat itu, entah mengapa suara itu tidak dapat memancing seseorang datang kesitu.

Tari menitihkan air matanya, rambutnya serasa lepas dari kulit kepala. Ia yakin beberapa helai rambutnya, pasti tercabut akibat jambakan itu.

"Ishh. Lo itu siapa?" Tari meringis saat cowok itu mencekram dagunya.

"Gue Darma, musuh abang lo. Ah lebih tepatnya semua anggota Dzero, mereka semua musuh gue" penjelasan cowok yang memperkenalkan diri itu memutar di pikiran Tari.

Darma semangkin mencekram kuat dagu Tari, membuat cewek itu mendesis menahan perih.

"Beruntung banget gue bisa ketemu elo di sini, gak kebayang betapa murkanya abang lo itu saat melihat adiknya ini menderita" desisnya dengan sadis.

Tangan yang tidak terhalangi itu, ikut mencekram tangan Darma yang ada di dagunya. Sekuat tenaga Tari untuk melepaskan cengkaram itu, tapi nihil. Tari tak akan mampu melawat Cowok dihadapnya.

Salahkan Tari tidak bisa bela diri, salahkan dia juga mengapa tidak mau mengikuti eskul bela diri.

Sakaramg tari hanya berharap pada orang yang kebetulan lewat, lalu menolongnya. Itu pun jika ada, jika tidak. Tari menggeleng, gimana pun Tari belum mau mati disini.

Tari menghentakan tangan itu sekali lagi, dan kali ini berhasil. "Cowok kayak lo, gak pantes hidup di muka bumi ini. Lo cuman jadi sampah masy-"

Bugh

Bukan tamparan melainkan bogeman dari Darma untuk Tari, kepala Tari masih miring kekiri. Cewek itu merasakan perih dari pukulan itu, seumur hidupnya dia belum pernah ditampar apalagi ini di pukul oleh cowok.

Cairan merah itu keluar dari bibir tipis Tari, cewek itu merasakan asin di bibirnya.

"Sampah lo bilang! Kalok kayak gitu, gimana kalok sampah ini nikmati tubuh lu" seketika Tari melebarkan matanya, apa yang dimaksud cowok ini.

Seyum smirk itu datang lagi, "kalian cabut, gue mau nikmati gadis ini dulu" ucapnya lalu satu persatu teman teman cowok itu pergi dari sana menyisahkan mereka berdua.

Saat anggotanya telah pergi, Darma manatap Tari dengan nafsu. "Di alam terbuka he.. gue belum pernah sih ngerasainnya. Bagaiman menerut lo, gadis kecil. Bukan kah ini pertama kali, bagi lo" tanya Darma.

Pikiran negatif langsung menyerang pikiranya, takut dan takut pada cowok di hadapnya ini.

"Gue gak paham maksud lo" ujar Tari dengan berani, dia tidak mau kelihatan lemah di hadapan Darma.

Kisah MentariWhere stories live. Discover now