Part 37 : Permintaan Maaf

307 30 2
                                    

"Bareng gue kan tar?" tanya Feby yang sudah menggandeng ransel berwarna pink.

"Duluan deh, gue ama Aris kok" balasnya sambil memasukan buku tulis ke dalam tas.

Feby mengangguk lalu berlalu dari sana. Tinggal lah Tari yang baru selesai memasukan bukunya. Gadis itu mengecek ponsel, namun tidak ada notif jika Aris memberikan pesan padanya.

Tari mengangkat bahunya acuh, mungkin aja Aris udah nunggu di parkiran batinya berbicara.

Tiba nya di parkiran, gadis itu hanya melihat motor sport merah milik Aris terparkir disana tanpa ada sang punya motor. Tari melirik jam yang sudah lewat dari jam pulang.

"Mana sih Aris, mana panas lagi" katanya sambil mengibaskan ngibaskan tangan ke wajahnya. Walaupun saat ini keadaan sudah sore, namun terik matahari masih terasa menyengat di kulit.

"Haus lagi! Beli minuman dulu kali ya" gumamnya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya cewek itu melangkah ke kantin.

Tari meneguk air mineral hingga sisah setengah. Matanya sesekali melirik ponsel yang hanya menampilkan layar hitam. Tari sedari tadi menunggu balasan dari Aris namun tidak kunjung tiba. Padahal gadis itu sudah puluhan kali mengirim pesan.

"Udah satu jam lebih, tapi dia gak kesini juga" helaan nafas keluar dari mulutnya.

"Neng maaf kantin nya mau tutup, neng enggak pulang" kata ibu kantin yang menghampirinya.

"Eh maaf buk, lagi nunggu orang sih. Tapi... kayaknya gak dateng, kalok gitu saya pamit pulang" balasnya lalu pergi dari sana.

"Aris mana sihh... kenapa gak di bales chat gue" dengus nya.

Padahal sudah berulang kali Tari memastikan jika pesan yang ia kirim melalui WhatsApp itu sudah terlihat centang dua. Namun entah mengapa, Aris tak kunjung membalasnya. Jangan kan di balas, di read doang aja kagak.

Saat tiba di parkiran tubuh Tari sontak mematung, "loh motor Aris mana. Jangan jangan di curi lagi" heran nya lalu menghampiri satpam yang bertugas disana.

"Loh neng kok belum pulang" ucap satpam itu dengan raut terkejut.

"Iya pak, lagi nunggu temen" jawabnya.

"Loh neng, siswa mah udah pada pulang. Ini sekolah udah kosong" ungkapnya membuat Tari mematung, tapi gimana sama Aris batinya.

"Hmmm, bapak tau gak motor sport yang parkir di sana. Tadi tuh ada, tapi kenapa sekarang gak ada ya" tanya Tari setelah menujuk arah parkiran yang tak jauh dari sana.

Satpam itu tampak berpikir lalu menatap Tari dengan raut sulit di artikan, "Oh den Aris, tadi dia udah pulang neng. Baru aja tadi, sama pacarnya kalau gak salah" jelasnya.

Tari terdiam membisu, gadis itu melirik pesan yang tidak kunjung di balas. Segera Tari memasukan ponselnya itu kedalam saku rok ny, "Makasi ya pak, kalok gitu saya permisi dulu" ujarnya lalu melangkah keluar gerbang.

Gadis bersurai hitam itu melangkah menyusuri jalan. Terpaksa Tari harus berjalan, jam segini mana ada angkutan umum yang lewat. Apalagi jalan menuju rumahnya terbilang sepi.

Jalanan itu benar benar sepi, apalagi saat Tari hanya berdiam diri dengan pikiran yang berkelana kesana kemari. Pikirannya memang berkelana, namun tak beraturan membuatnya amburadul.

Tangan nya perlahan mengepal dengan sendirinya, "iiihh nyebelin!!" Teriaknya lalu menendang angin. Presenta dia di bilang gila, rasa kesal di dadanya harus di keluarkan.

"Gue pengen maki maki Aris, pengen jambak jambak dia. Terus gue celupin tuh kepala di selokan, dasar Aris nyebelin!! Gue masukin lo ke empang Ris, terus gu--"

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang