Part 39 : Alena?

289 26 8
                                    

"Uuhh perasaan sedari tadi, pak Vano natap lo terus deh Tar" celetuk Feby saat jam pelajaran telah usai.

Gadis itu duduk di atas meja samping Tari, Sahabatnya ini rajin sekali mencatat materi olahraga yang barusan di beri Pak Vano. Padahal, Tari sendiri ogah mencatat. Cuman karna besok ulangan Olahraga maka dari itu ia mencatatnya.

"Perasaan lo doang kali" balas Tari yang masih fokus pada kegiatan mencatat.

"Masa sih? Mata gue kan jeli pari purna. Mana mungkin salah" protesnya dengan nada lebay.

Tari melirik nya sekilas lalu mencatat kembali. "Duluan ke kantin gih, pusing gue dengerin ocehan lo" semprot cewek itu.

Hal itu membuat Feby mengerucutkan bibirnya, "sebagai sahabat yang baik gu-"

"Sssttt... dah sana duluan, gak usah ganggu gue" usir Tari, seketika membuat Feby berdiri.

"Nyebelin" bentak nya lalu melenggang keluar dari kelas. Kelas itu menjadi sepi, apalagi semua siswa tengah istirahat.

Tari menutup buku tulisnya, "Huft... akhirnya" gumaman keluar dari mulut Tari.

Gadis itu menyenderkan tubuhnya pada kursi, seperti ada yang kelupaan disini. Tari seketika menepuk keningnya saat teringat ucapan Alena.

"Kok bisa lupa sih" gerutuknya dengan cepat berlari keluar.

Tari berlari tanpa peduli ada teman yang menyapanya,  gadis itu jadi heran mengapa ada yang mengenalnya. Padahal ia tidak mengenal mereka sama sekali.

Perlahan Tari menaiki tangga menuju rooftop, sunyi hanya terdengar langkah kaki Tari.

"Gue kira lo gak dateng" suara seorang gadis menyambut Tari. Tampak Alena tengah duduk di pinggir dengan kaki yang menjumpai ke bawah. Cewek itu tidak terlihat takut jika jatuh dari sana, apalagi posisi yang memungkinkan hal itu terjadi.

"Kenapa nyuruh gue kesini?" tanya Tari tanpa banyak basa basi.

"Sini" Alena menepuk lantai disebelah nya. Membuat Tari melangkah mendekati  Alena, namun Gadis itu tetap berdiri tanpa mau duduk disamping Alena. Tari cukup pintar, jika mengingat ucapan Feby yang mengatakan Alena ini harus di waspadai.

"Kak Alena mau ngomong apa si, kenapa harus disini?"

Alena melirik gadis bersuara hitam di sampingnya.

"Mentari Abimayu... kenapa nama lo cuman di bikin Tari doang?"

Tari terdiam membeku, bukan pertanyaan mengapa nama yang berada di tag namanya tertulis tari saja. Melainkan, mengapa gadis ini tau nama lengkapnya. Dan jangan lupakan nama Abimayu.

"Lo... "

Alena menyeringai, "gue salah satu orang yang tau kehidupan lo" ungakpnya.

"Lo siapa sebenarnya?"

Lagi Alena menyeringai, gadis itu menarik kaki yang menjuntai kebawah itu. Alena menegakan tubuhnya membuat dirinya dan Tari saling berhadapan.

"Lo gak tau siapa gue?" Tari menatapnya dengan teliti,  gadis ini seperti mirip...

"Gue adeknya Vano berengsek!" Maki Alena membuat Tari tertegu saat ucapan itu keluar dari mulut Alena. Pantas saja ia seperti pernah melihatnya, adik seorang Alvano Abimayu ternyata.

Alena memegang kedua pundak Tari, gadis itu sempat mencengkram keras pundak Tari membuat sang empunya meringis.

"Gara gara nyokap lo dan tua Bangka Abimayu. Nyokap gue jadi gila! Lo tau betapa prustasinya gue saat liat nyokap teriak triak gak jelas.  Dan itu semuanya gara gara nyokap lo!" bentak Alena.

Kisah MentariWhere stories live. Discover now