"Nggak-nggak, Surya ini Ti suka sama lo," sahut Doni cepat.

Surti hanya mesam mesem tidak jelas dikursinya, gadis itu sepertinya malu direbutkan oleh dua laki-laki sekaligus.

"Namanya juga cocok, Surya dan Surti," celetuk Jamal.

"Nah iya, sana buruan samperin gebetan lo," ucap Doni terbahak.

Surya bergidik ngeri, membuat gelak tawa Jamal dan Doni pecah.

"Assalamualaikum," intrupsi suara dari arah pintu.

"Waalaikumsalam," jawab anak-anak serentak.

Sepersekian detik berikutnya, tidak ada orang yang masuk ke dalam kelas, Gilang mengernyit heran.
"Masuk aja," seru Gilang berdiri.

Gilang berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang mengucap salam tapi tidak masuk. Sudut bibir Gilang terangkat, seorang gadis bertubuh mungil sedang bersandar dibalik pintu luar. Wajar saja tidak terlihat dari tempat duduk Gilang.

"Ca," sentak Gilang pelan membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Ya ampun, Ica pikir setan!" ucap Ica mengelus dadanya.

"Masa setan ganteng begini," seru Gilang mencebik.

Ica terkekeh pelan, ia memberikan buku paket yang berisi tugas kepada Gilang.
"Apa ini?" tanya Gilang menerima buku tersebut.

"Buku," jawab Ica polos.

Gilang mengeram dalam hati, tentu saja ia tau jika ini buku, akan tetapi buku apa? Itu maksud Gilang.
"Gue tau Ca, ini memang buku," balas Gilang datar, "Tap... "

Ica menyela ucapan Gilang, "Udah ya, Ica balik ke kelas lagi!" pamit Ica buru-buru berbalik.

"Eh, bentar," cegah Gilang. "Main pergi aja, jelasin dulu ini buku kenapa?"

Ica memonyongkan bibirnya, niatnya ingin kabur karena jantungnya berdetak tidak normal saat didekat Gilang.

"Tadi Ica ke ruang guru ngumpul tugas bu Ani, trus bu Ani titip ke Ica suruh kasih ke Gilang, nama Gilang cuma kakak doang kan? gak ada yang lain? Ntar Ica salah orang lagi," papar Ica panjang lebar.

Gilang mengangguk, "Bener, nama Gilang cuma gue, disekolah ini dan dihati lo."

Jantung Ica hampir copot rasanya, ia mengerjap beberapa kali menatap mata Gilang. "Kak Gilang ngomong apa barusan?" tanya Ica.

"Kenapa?" tanya balik Gilang.

"Ah enggak, Ica salah denger doang!" ucap Ica menghindari tatapan Gilang.

Gilang tersenyum manis, "Lo gak salah denger Ca,"

Ica semakin dibuat salah tingkah oleh Gilang, Ica menunduk sehingga rambutnya yang terurai berjatuhan menutupi wajahnya.

Gilang menahan dagu Ica, "Jangan nunduk, ntar cantiknya gak keliatan."

Ica tersenyum malu, wajahnya pasti semerah tomat saat ini. Ica memalingkan wajahnya kebelakang, betapa terkejutnya Ica saat melihat banyak sekali kepala orang berhimpitan di jendela kelas Gilang. Mau taruh dimana muka Ica? Mereka semua pasti ngeliat.

Gilang terkekeh melihat Ica, ia tak masalah jika teman sekelasnya meledek Gilang nantinya, memang kenyataannya seperti itu.

"Aa hmm, Ica balik ke kelas kak. Oh iya, bu Ani bilang suruh kerjain halaman 30 nanti dikumpul." ucap Ica gugup.

Ica berbalik meninggalkan Gilang diiringi siulan teman-teman Gilang. Kalau bisa, Ica ingin membungkus wajahnya lalu ia simpan sejenak. Malunya sampai ke ubun-ubun.

Gilang melangkah memasuki kelas, semua mata menatap ke arahnya.
"Cie, ketua osis lagi jatuh cinta eyaaa," seru Doni diikuti teman-teman lainnya.

Gilang tertawa pelan, "Udah-udah, ada yang lebih membahagiakan,"

"Apa Lang?" tanya Surya kembali duduk.

"Buka buku paket kalian, kerjakan halaman 30 gak pake lama! 40 menit, lebih dari itu silahkan kumpul sendiri ke bu Ani," seru Gilang kembali duduk untuk bersiap mengerjakan tugas negara.

"Yah, gembira buat lo Lang, buat kita-kita yang otak kentang mah bisa apa atuh," ucap Doni lesu.

"Iya nih."

"Iya."

Ada beberapa siswa-sisiwi yang mengeluh karena mendapat tugas dadakan dari bu Ani, gagal sudah khayalan mereka yang ingin bersantai saat jam kosong.

"Kerjain aja, lewat waktu 40 menit gue tinggal," cetus Gilang sontak membuat teman sekelasnya bergegas mengerjakan tugas dari bu Ani termasuk Doni yang otaknya pas-pasan.

__

Gilang keluar dari kelas menuju parkiran karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, pandangannya tak sengaja menangkap seorang gadis yang terlihat familiar tengah ditarik paksa oleh Serli menuju belakang Sekolah. Gilang berlari menyusul Serli, ia khawatir gadis yang ditarik adalah Ica. Jika benar, ia tidak akan membiarkan Serli bersikap seenaknya. Apalagi pada Ica, gadis yang telah mencuri hatinya.

"Lepas," sentak Ica memberontak.

"Gak akan, sebelum lo gue kasih pelajaran," balas Serli tertawa jahat.

"Mau lo apa sih?" seru Ica menahan emosi.

Serli menarik rambut Ica kebelakang, dibantu Sasa yang memegangi tangan gadis itu.
"Lo bener-bener ya, gue udah peringatin beberapa kali, jangan keganjenan sama Gilang! Masih aja lo caper didepan Gilang. Lo emang nantangin gue ya?" bentak Serli keras.

Ica meringis merasakan sakitnya jambakan Serli, seumur hidupnya ia tidak pernah diperlakukan buruk seperti ini. Setetes air mata jatuh dipipi mulusnya.

"Malah nangis ni bocah," kekeh Serli sinis.

Tangan Serli dihempas kuat oleh seseorang, dan orang itu adalah Gilang, mata laki-laki itu terlihat memerah.
"Brengsek, lo apain Ica?" sentak Gilang menatap Serli dan Sasa tajam.

Keduanya bungkam, Gilang menarik Ica yang terisak ke dalam pelukan.

_____
Vote dan komen ya guyss kalo suka, itu doang kok hehehe. Kalo gak keberatan bisa dishare ketemen-temen yang lain.

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin