"Baik bu, terima kasih," balas Ica menghela nafas lega.

Ibu Ani keluar dari kelas di iringi suara gaduh anak-anak dikelas.

"Selamet lo Ca," ucap gadis, teman sekelas Ica.

"Gue aja udah ketar-ketir sendiri ngeliat bu Ani," seru Bimo.

Ica tersenyum kecil, ia bersyukur nasib baik masih berpihak padanya. Besok-besok Ica tidak akan mengulangi hal seperti hari ini, ia harus lebih teliti lagi.
__

Gilang berdiam diri diruang Osis saat jam istirahat berlangsung, ia menghela nafas kasar. Gilang masih bingung dengan perkataan Ica kemarin, jujur saja itu menyakiti secuil hatinya. Ica tidak mengakui kedatangan Gilang sebelum-sebelumnya kerumah gadis itu. Ponsel Gilang bergetar, ia melihat pesan dari Rara.

Rara Spp :
Kak Abi, Rara minta nomor Ica boleh?

Gilang mencari nomor Ica lalu ia kirimkan pada Rara. Pikiran Gilang sedang ruwet sekarang, ada rasa aneh yang tidak bisa ia jelaskan dihatinya. Seperti kesal, marah, kecewa, bercampur menjadi satu. Ponselnya bergetar lagi.

Rara Spp:
Kak Abi gak bilang ya ke Ica, kalo kita sepupu?

Gilang memang tidak memberitahu Ica jika Rara adalah sepupunya, ia hanya memberitahu Nenek kemarin.

Rara Spp:
Ica mikirnya, kak Abi sama Rara itu pacaran haha.

Gilang membulatkan mulutnya, ia menggeleng keras, mana mungkin Gilang berpacaran dengan sepupunya sendiri, Ia masih waras. Gilang menyambungkan sikap Ica dengan isi pesan Rara. Apa artinya Ica sudah salah paham dengannya dan Rara, makanya gadis itu bersikap aneh kemarin. Benar, hal itu bisa saja terjadi.

Ponselnya kembali bergetar, pesan dari Rara kembali masuk diponselnya.

Rara Spp:
Kak Abi lagi dimana?

Gilang mengetikan balasan lalu ia kirimkan ke Rara.

Gilang Abi:
Kakak lagi diruang Osis.

Ica menggigiti kukunya, ia berdiri gelisah didepan ruang Osis setelah bertukar pesan dengn Rara. Ada yang ingin ia bicarakan dengan Gilang.

"Hey."

Ica terlonjat kaget memegangi dadanya lalu menoleh kesamping. Ada kak Doni yang berdiri disampingnya sambil tertawa.

"Ngapain Ca berdiri didepan pintu, masuk aja! Mau nyamperin Gilang ya?" tebak Doni terkekeh.

Ica mendengkus, "Nggak jadi Kak, Ica ke kelas aja."

Ica berbalik tapi tangannya ditahan, Ica menoleh dan menemukan Gilang memegang pergelangan tangannya sambil menatapnya tajam.

"Masuk," perintah Gilang.

Ica terdiam menatap Gilang, matanya mengerjab beberapa kali. Tangannya ditarik Gilang untuk masuk ke ruang Osis.

"lo pergi sana," usir Gilang pada Doni.

Pintu dikunci dari dalam, Doni bersiap menendang pintu tapi niatnya ia urungkan.
"Jangan lo apa-apain lang, anak orang!" teriak Doni dari gagang pintu. Ia berlari terbirit-birit sebelum Gilang keluar untuk menghajarnya.
__

Gilang melangkah mendekati Ica yang saat ini sedang duduk dikursi. Gilang berjongkok mengulurkan tangannya dikedua sisi badan Ica. Mengunci pergerakan gadis itu.

"Kak, ngapain? Duduk dikursi! jangan jongkok didepan Ica." ucap Ica polos.

Gilang tidak menyahut, ia menatap Ica tepat dibola matanya.

Ica yang ditatap Gilang seperti itu merasa aneh, jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Ica berusaha mengalihkan perhatian Gilang tapi laki-laki itu tetap tak bergeming. Ica memalingkan wajahnya ke arah lain.

Gilang memegang dagu Ica untuk melihat ke arahnya, "Kenapa lo bilang kaya gitu kemarin?" tanya Gilang dingin.

Ica mengerutkan keningnya, "Yang mana? Ica ngomong banyak kemarin!"

Gilang menghembuskan nafas pelan, ia berdiri lalu duduk di kursi sebelah Ica.
"Kenapa kemarin lo bilang didepan Rara kalo gue tumben main kerumah lo? Padahal lo tau sendiri, bukan sekali itu gue main," ujar Gilang.

Ica memanyunkan bibirnya, "Ica pikir Rara... Emh... Itu,"

"Itu apa?" potong Gilang tidak sabar.

"Ica pikir Rara pacar kak Gilang," seru Ica dengan cepat.

"Apa? Lo ngomong cepet banget."

Ica berucap lirih, "Ica pikir kak Gilang pacaran sama Rara."

Gilang ber-oh ria, benar dugaannya. Ica salah paham, makanya gadis itu kemarin bersikap aneh. Gilang mengacak-acak rambut Ica yang terurai.

"Kak," sentak Ica merapikan rambutnya.

"Trus lo kesini mau ngapain," ucap Gilang.

Ica mendengkus menatap Gilang, "Mau nemuin buto ijo," jawab Ica asal.

"Kemarin kalagondang, sekarang buto ijo, besok-besok apa?"

"Banyak, masih banyak julukan lain buat kak Gilang," balas Ica mendesis.

Gilang menarik kursi Ica agar lebih mendekat kearahnya, ia mengambil karet gelang yang tergeletak diatas meja. Dengan telaten Gilang mengumpulkan rambut Ica menjadi satu agar mudah di kuncir.

Perlakuan Gilang membuat jantung Ica semakin berdebar tak karuan, keberadaan kak Gilang gak baik buat kesehatan jantung Ica.

_____
Vote dan Komen ya guys😍

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now