Gilang menarik perlahan tangan Ica yang memegang kemejanya untuk ia lingkarkan pada perutnya. Begini saja cukup, Ica tidak akan jatuh. Ia akan mengendarai motor dengan pelan.

Belum setengah jalan, lingkaran tangan Ica mengendur. Gilang dengan sigap menahannya.

"Kak." Suara Ica terdengar serak.

"Udah bangun, Ca?" tanya Gilang melepaskan pegangannya pada tangan Ica, dan menambah kecepatan motornya.

Ica kembali melingkarkan tangannya pada perut Gilang, laki-laki itu membawa motor seperti dikejar setan, "Pelan-pelan aja!" ucap Ica keras memukul bahu Gilang.


Gilang tidak menghiraukannya, yang ada di pikirannya sekarang Ica harus segera sampai dirumah.
__

Saat jam pelajaran sedang berlangsung, Ica tidak fokus memperhatikan guru yang menerangkan didepan. Pikirannya melayang kemana-mana, mengingat kelakuannya saat di bioskop. Ica yang memegang lengan Gilang, bersembunyi dibahu Gilang, bahkan Ica juga di rangkul oleh Gilang.

Oh tidak, apa yang harus Ica lakukan jika bertemu Gilang? Tidak boleh, Ica tidak boleh bertemu Gilang kali ini. Ia harus mencari cara agar tidak bertemu dengan laki-laki itu.

"Baiklah anak-anak, buka buku paketnya halaman 35. Disitu ada beberapa soal, kalian bisa kerjakan dan kumpul besok!" ucap bu Ani guru sejarah.

Suara gaduh terdengar dikelas, banyak yang keberatan mengumpul besok.

"Buk, minggu depan aja ngumpulnya," protes Santi yang disetujui oleh anak kelas.

"Besok! Kumpul ke Bimo, nanti Bimo kumpul ke Ibu," seru bu Ani melenggang keluar dari kelas.

"Ya elah bu Ani, besok kan gak ada pelajarannya. Auto begadang nih gue," gerutu Santi.

"San, gue nyontek ya!" ujar Ica enteng.

"Nyontek dengkul lo, gue aja nggak paham apa yang dijelasin bu Ani di depan."

"Dari tadi lo ngapain aja, perasaan gue mata lo sampe mau keluar tu ngeliatin papan tulis," seru Ica mencebik.

Santi tertawa terbahak, "Lo mau tau dari tadi gue ngapain?"

Ica berjalan menyusul santi yang akan keluar dari kelas, "Lo mikir jorok ya?" tebak Ica melotot.

Santi mendekat, ia berbisik ditelinga Ica. "Mulut lo, mau gue cabein?" tanya Santi.

Ica membentuk V pada jari tangannya, ia melangkah berlawanan arah dengan Santi.
"Ca, mau kemana lo?" tanya Santi.

"Ke sana sebentar, lo duluan aja."

Ica melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan, biarlah ia tidak jajan di kantin, toh ia juga masih kenyang.

Ica menyusuri rak-rak buku diperpustakaan, ini kali pertamanya menginjakkan kaki diruangan dengan berbagai macam buku yang tersusun rapi.

Perpustakaan kali ini tidak terlalu ramai, atau memang biasanya juga seperti ini. Ica mencari deretan buku resep masakan di rak. Ia tersenyum kecil, dengan semangat Ica membawa buku yang ia pegang lalu duduk disalah satu kursi yang tersedia.

Ada banyak sekali manfaat membaca, tapi Ica sendiri tidak suka jika buku yang ia baca hanya berupa tulisan, tanpa gambar. Kecuali novel tentunya, Ica lebih menyukai buku yang terdapat gambar-gambar didalamnya, seperti buku resep ini.

Ica membuka lembar perlembar buku, ia dikejutkan oleh suara aneh, terdengar seperti dengkuran manusia. Dengan langkah cepat Ica hengkang dari tempat duduknya, ia memutuskan untuk meminjam buku dan membacanya nanti di rumah.

"Ada hantunya kali perpusnya," monolog Ica menoleh ke arah perpus.

"Haaak," sentak suara dari arah berlawanan membuat Ica memekik.

"Kyaaaaaaaaaa... "

Gilang tertawa geli melihat reaksi Ica, gadis itu berjongkok menangkupkan wajahnya diantara kedua lutut.

"Gitu aja kaget," cibir Gilang.

Suara ini gak asing, batin Ica. Ia mendongak untuk melihat siapa orang yang telah mengejutkannya. Tatapan matanya bertemu dengan netra berwarna hitam kecoklatan.

"Kak Gilang," geram Ica berdiri sambil mengepalkan tangannya. "Untung Ica gak jantungan!"

Gilang menaikkan sebelah alisnya, ia kembali berjalan melewati Ica sambil menarik kuncir kuda Ica hingga rambut gadis itu terurai.

"Kak Gilaaaang... " teriak Ica mehentakkan kakinya kesal.
__

Sekolah telah usai sejak setengah jam yang lalu, Gilang bersama ketiga temannya sedang duduk diwarung gaul yang buka dari pukul 8 pagi hingga 10 malam. Diwarung gaul sendiri ada berbagai macam makanan yang tersaji, dari mulai mie tumis, nasi goreng dan nasi biasa.

Warung gaul sendiri merupakan tempat favorit bagi Gilang dan ketiga temannya.
"Lang, lo udah jadian belum sama Caca," ucap Doni.

"Ica don," sahut Gilang melirik Doni sekilas.

"Nah iya, sama aja. Gimana?" tanya Doni penasaran.

"Kepo banget njir," seru Gilang.

Doni menatap Gilang malas, "Sebagai teman yang baik, gue mau kasih trik-trik jitu nahlukin cewek ke lo. Makanya gue nanya udah jadian belum?"

Surya menyahut, "Halah, trik lo udah hafal gue."

"Kan lo, Gilang belum gue kasih tau Sur."

"Jangan mau Lang, gak ada yang bener ajarannya Doni," celetuk Jamal.

Gilang terkekeh, ada benarnya ucapan Jamal. Ia akan menahlukan hati perempuan dengan caranya sendiri.

"Ah lo mal, gue ketekin juga nih," ujar Doni bersiap mengangkat tangannya.

Jamal berpura-pura menutup hidungnya, "Ketek mu bau bangke Don."

Gilang tertawa geli melihat perdebatan antara Doni dan Jamal. Ia melirik jam ditangannya, hampir pukul 3 sore. Gilang memilih pulang diikuti ketiga temannya meninggalkan warung gaul.

______

Jangan lupa Vote ya guys😍

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now