Chapter 23 - Autism isn't a Mental Illness

87.3K 9.2K 1.2K
                                    

"Autis itu kelambatan, mereka tak bisa mencapai yang seharusnya sudah mereka lakukan diumur tertentu, akan bisa, tapi lambat, gitu loh,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Autis itu kelambatan, mereka tak bisa mencapai yang seharusnya sudah mereka lakukan diumur tertentu, akan bisa, tapi lambat, gitu loh,"

Celine mengangguk paham dengan penjelasan temannya, seorang dokter. Celine menelponnya barusan, menanyakan tentang autis, dan pastinya ada hubungan dengan Jeck.

"Mereka.. bisa dewasa gak?"

"Gak banyak yang bisa dewasa, Cel. Dan mentok mentok paling... ketika mereka umur tiga puluh keatas, mereka baru ngerti persoalan anak anak remaja, dan gak ada perkembangan lagi, itupun hanya beberapa dari mereka, dan itu aja udah mukjizat banget,"

"Jadi gak bisa sembuh total?"

"Enggak Celine, gak ada autis yang bisa sembuh total, tapi ada beberapa faktor yang bisa mengurangi gejala dan mendukung kemampuan fungsional nya, seperti.. memiliki rasa emosi, simpati, bahkan cinta,"

"Thanks bal, sorry gue ganggu waktu lo,"

" Sama sama, sans aja kali,"

Celine mematikan telpon nya, matanya tak berhenti melirik Jeck yang sekarang tidur dengan badan terbungkus selimut.

Mungkin saja Jeck termasuk mereka yang beruntung, bisa dewasa walau tak total, setidaknya Jeck dapat berfikir sedikit dewasa saat ia tua nanti.

Celine malah takut sekarang, takut Jeck udah kenal apa itu, love. Gimana kalo seandainya ia tak mencintai Celine? Jeck pasti ninggalin Celine dan mencari gadis yang ia cintai. Zahra seolah olah langsung hadir dibenaknya. Celine menggeleng, tak terima jika itu yang terjadi nanti, Celine akan membuat Jeck tetap bersamanya, mencintainya, seumur hidup.

🍭

"Daffa,"

"Hm?"

"Gue minta maaf ya," Zahra menunduk malu dihadapan Daffa yang tengah sibuk menggenggam ponselnya.

"Buat?"

"Udah bikin lo pusing karna tingkah gue yang... lo bilang kayak animal,"

"Iya iya,"

"Tapi gue beneran sadar kok Daf sekarang, kalo menangin gengsi tuh ternyata malah bikin hidup gue menderita,"

"Ya bagus kalo lo sadar,"

"Gue emang dari kecil orangnya gengsian, padahal apa yang gue gengsiin belum tentu buruk,"

"Ya,"

Daffa menjawab singkat, padahal Zahra mau nangis rasanya, Daffa memang gitu, cuek, kadang omongannya menyakitkan tapi bener.

✔ My Autism Husband (terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang