Chapter 21 - A Letter

79.9K 8.7K 1.1K
                                    

"GUE GAK RELAAAAA!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"GUE GAK RELAAAAA!"

"OH GOD, MOMMY KAPAN KITA PULANG MOMMY!!!!"

Telinga Daffa sudah panas rasanya, setiap hari harus dengar teriakan sepupu nya yang nyaring ini, dengerin frustasinya, halu nya bahkan ngigauan nya tiap malam sudah muak Daffa dengar.

Sebenarnya sudah bosan dia nginap disini, tapi mommy nya yang tak bosan bosan menginap disini, ya wajarlah, sudah lama sekali mereka tidak bertemu dengan keluarga absurd ini.

Seharusnya Daffa ikut dengan mommy, tante, dan adiknya yang lagi seneng seneng diluar, bukan malah ngejaga ratu ngenes kayak Zahra.

"Daf, gue gak rela, huaaa!"

"Apaan sih?" Daffa menggeser duduknya menjauh dari Zahra, sedikit bergidik ngeri.

Tampilan Zahra sangat kacau, jauh ketika Zahra 'masih baik baik aja' dulu.

Rambutnya seperti tak diurus, acak acakan, Zahra juga jadi mageran, males bersih bersih, baju bahkan daleman pun kadang sekarang yang nyuci Daffa.

Gak pantes emang. Tapi Daffa tau perasaan Zahra sekarang.

Sekarang gak ada hari kalo gak nangis, ngurung diri dikamar, kadang senyum senyum gak jelas kalo udah ngehalu.

Daffa pernah juga mergokin Zahra ngeliatin foto Jeck terus senyum senyum gitu.

Jadi geli liatnya, takut juga.

"Jeck pergi holiday sama Celine ke Jerman, Daf," Zahra mengusap airmata nya, ntah ada berapa banyak sekarang tisu yang ada diruangan ini. Berantakan.

"Ya terserah mereka dong, kan mereka suami istri, bukan urusan lo!"

Ucapan Daffa barusan membuat tangisan Zahra makin kuat.

"Jadi.. maksud lo mereka honeymoon gitu?"

Daffa mengangguk, Zahra menguatkan tangisannya lagi.

Tuhan, kalo bisa Daffa ingin bungkam mulut Zahra pake serabut kelapa, tapi gak dosa, bisa gak?

"Ra... aduuuh, kok lo jadi gini sih!"

"Daf temenin gue ke dukun pelet ayooooo!!!"

"Dasar ratu ngenes! gak usah gila deh!"

Zahra mengusap ingusnya ditisu, ingin rasanya menyumpal mulut Daffa pake itu, tapi males, mending nangis nangis aja sambil ngehalu.

"Sekarang gue cuma bisa ngehalu," lirihnya.

"Ya siapa suruh, dulu lo nikah sama dia lo sia siain, lo sakitin, sekarang dia udah sama yang lain, lo gila!"

"Gue butuh mesin waktu Daf, lo punya temen jurusan Teknik gak? suruh dia buatin mesin ajaib Daf, please..."

Daffa menoyor kepala sepupu nya ini, "Iya iya gue panggilin temen gue ya,"

✔ My Autism Husband (terbit)Where stories live. Discover now