(G)empatpuluhtiga

166 18 91
                                    

Hayuk hayuk votenya kesayangan mak-mak👀

I'm so love with you, and I hope you know...

Pagi ini, gadis itu menatap kosong jendela di sebelahnya. Vernon sudah pergi untuk sekolah, jadi ia harus apa? Ya, hanya Vernon yang berusaha menghiburnya selama ini.

Namun, akan berujung sia-sia. Waktu hidupnya hanya seminggu lagi, menurut perkiraan dokter. Mengharapkan keajaiban? Tampaknya sudah gadis itu lakukan, tapi mungkin ia sudah mencapai titik dasar kesabarannya. Ia sudah menyerah mengharapkan keajaiban.

Gadis itu seharusnya rutin cuci darah selama 10 bulan belakangan ini, namun tak ia lakukan karena keteguhan janjinya pada sang mama. Kalian mau tau siapa gadis ini? Ayo kita kembali ke masa lalu si gadis ini, Vernon beserta Junia dan Jeny?

Di sebuah rumah megah, Junia Wirata Salya dan Jeny Wirata Salya beserta Vernon Wirata Xanjaya tinggal bersama orang tuanya. Mereka sepakat memanggil mama dan papa.

Hari itu, mungkin hari terburuk bagi Junia. Siapa sangka mama akan membencinya sebegitu benci. Kenapa?

Dimulai pagi itu, Junia dan Jeny bangun secara perlahan lalu turun menuju ruang makan. Di sana sudah ada Vernon beserta mama dan papa.

"Morning semua!" Jeny menyapa dengan riangnya.

"Pagi sayang." Mama mencium puncak kepala Jeny, just Jeny.

Junia menunduk lalu duduk di sebelah Vernon. Menatap nanar kedua tangannya yang bergelang biru. Vernon yang sadar akan ekspresi sang adik, tersenyum samar lalu mencium puncak kepala Junia.

"Selamat pagi adek abang." Vernon tersenyum saat Junia menatapnya dengan pelototan.

"Iya, terimakasih bang." Gadis berumur 6 tahun itu tersenyum manis lalu akan mengambil sepotong ayam, namun...

"Heh! Jangan dimakan! Relain buat adik kamu." Selalu seperti ini di tiap paginya, Junia hanya mampu mengalah lalu mengambil sayur sebagai lauk pauknya.

"Kamu mau es krim? Nanti abang beliin." Vernon tampak menghibur Junia yang duduk di ayunan belakang rumah setelah acara makan selesai.

"Abang mau beliin Junia es krim?" Junia menatap berbinar Vernon.

"Iya. Tapi, nanti ya? Tunggu abang pulang sekolah dulu." Kata Vernon sambil tersenyum.

"Ayo berangkat bang, June, Jeny!" Papa berjalan menuju bagasi untuk berangkat bersama Vernon.

Saat sampai di sekolahnya, Junia dan Jeny masuk dengan saling bergenggaman tangan. Mereka tertawa bahagia, sangat tampak bahagia.

Hingga di saat jam istirahat datang, Junia dan Jeny duduk memakan bekal mereka di sebuah taman sekolah.

"Kamu dikasih bekal apa sama mama?" tanya Jeny pada Junia sambil membuka bekal masing-masing.

"Aku dimasukin ayam goreng dan telur dadar sama mama, kamu?" tanya Junia pada Jeny.

"Aku dikasih sup, tapi aku mau ayam kak. Boleh aku minta?" Junia mengangguk lalu memberikan ayam yang sepotong itu pada adiknya.

"Terima kasih kak!" Junia hanya tersenyum lalu menatap bahagia bekalnya.

"Mama pasti senang, Junia sudah mengalah buat Jeny." batin Junia tersenyum dalam hati, lalu memakan makanannya.

"Wah, kak lihat! Ada kucing abu-abu, cantiknyaaaa... Jeny mau kak!" Jeny menatap dengan berbinar seekor kucing yang sedang berjalan di sebrang sana.

Galore (Complete)Where stories live. Discover now