54. Raport? Naik kelas?

Start from the beginning
                                    

Lisa memutar bola matanya malas, lain kali seharusnya sekolah membolehkan para muridnya membawa handphone, supaya dirinya bisa memakai headset demi menghadapi seorang Zita.

"Bu, ini bagaimana perkembangan anak saya Zita R?" tanya Clara, ibunya Zita.

Bu Riana mengambil Raport bernama Zita, keduanya berbincang-bincang sebentar mengenai Zita yang lulus dan masih mempertahankan posisinya di peringkat ke empat. Zita berteriak girang, ia yakin meski tiap hari tiada drama yang wajib ia tonton, zita masih bisa mempertahankan nilainya.

"Selamat Zit! Congrats!"

"Ouwuuwu, gomawo Lisa sayang," ucap Zita memeluk tubuh Lisa kuat-kuat.

Bu Riana dan Clara yang melihatnya geleng-geleng kepala, "oh ya Bu, saya juga mau ngambil raport atas nama Lisa sama Reno, walinya sedang sibuk, hehehe" terang Clara, Bu Riana tentu menanggapinya dengan senyuman.

Dilihatnya masih banyak yang mengantri, Bu Riana mempercepat pengambilan raport milik Lisa dan Reno, tanpa menanyakan soal orang tua mereka, ia menampilkan hasil peringkatnya. Lisa dan Reno menduduki peringkat yang sama, enam. Mendengarnya Lisa berhenti berbisik-bisik bersama Zita. Dirinya melongo mendengarnya, pasalnya baru beberapa bulan dia bersekolah di situ dan kenapa ia masih bisa masuk tanpa bersaing.

"DAEBAK!!!!" seru Zita, meski bukan ia yang mendapatkannya dan bahkan orang yang mendapatkannya tak sehisteris Zita, Zita tetap senang mendengarnya.

Lisa masih terpaku tatkala mendengar itu, kemudian tersenyum lebar, "hahahaha kakak aku naik dong," telepatinya kepada Sella.

Ditempat lain, Sella yang mendengar ungkapan itu sedikit kaget namun setelahnya ia tersenyum. "Baguslah."

"Lisaaa! Ayo pulang, ngapain diem Mulu!" Zita menarik tangan Lisa keras, sedari beberapa detik yang lalu Lisa mengindahkan ucapannya. Lisa mendongak, tinggalah dirinya di samping wali murid lain, kemudian berdiri seraya meminta maaf, Bu Riana tersenyum menanggapinya. Tidak sekiller guru MTK.

"Nih raportmu, aku mo pulang dulu ya, mo siap-siap jalan-jalan, byeeee." Lisa hanya berdiri melihat kepergian anak dan ibu itu, dirinya menghendikkan bahu tak peduli, kemudian ia memilih berteleport ke rumahnya. Sudah beberapa hari yang lalu ia mempelajari teknik elemennya. Dan sekarang tentunya ia akan berlatih sendiri.

Namun tunggu, tepat digerbang sekolah Lisa melihat sekilas Illsya, adiknya dan ibunya yang turun dari bus bersama, ia tak ingin melakukan acara perpisahan atau apapun seperti kebanyakan orang, padahal belum lulusan, nasnya Lisa juga mengingat jika Kyla belum mengambil raportnya sedari tadi.

"Aish," desisnya, wush. Lisa melanjutkan teleportnya kembali.

✨✨✨

Lisa tengah berdiri dihalaman rumahnya yang pernah ia sulap menjadi sebuah kolam renang, ia mengembalikan posisinya seperti dulu lagi, hanya saja sekarang ia menutupi dengan perisai, jika ia sedang di dalamnya.

Dibukanya buku old magic hook yang sudah lama tak ia buka dan pelajari. Kali ini dia akan mempelajari buku mantra yang sempat ia bawa dari perpisahan dulu.

"Bultaoreune,"

Kretek, wush.

Dahan yang didepannya terbakar berjarak satu meter darinya. Matanya menatap tajam, mengambil napas kasar, dahan itu tak sepenuhnya terbakar.

"Bultaoreune,"

Wush, kretek,kretek.

Api itu menjulang tinggi, untunglah perisai yang ia buat berada di level tinggi.

Mantra bultaoreune, mantra api pembakar yang hanya bisa dikendalikan oleh tatapan mata, dan perlu kefokusan untuk mengalirkan energinya.

"Berhasil," gumamnya.

ELEMENTER CLUSTERSWhere stories live. Discover now