44. UKK

461 51 29
                                    

-Lisa.

"Lisa!" Teriak kakaknya dari dalam rumah. Suara kerasnya memang membuat rumah yang luasnya sekitar dua kali dari lapangan pada umumnya, menggema, ya bahkan sangat menggema. Suara lengkingannya juga ikut menggema.

Lisa yang berada di belakang rumahnya, masih bisa mendengar suara gemaan kakaknya, "iyaaa."

"Udah malem, belajar gih. Jangan main mulu," masih dengan teriakkan kakaknya.

Ulangan Akhir semester dua, alias Ulangan Kenaikan kelas sudah didepan mata, waktu yang ditentukan adalah besok. Lisa dengan bangganya masih ber santuy-santuy, membuat kakaknya yang notabenenya seorang guru jelas sangat gregetan. Bagaimana mungkin jika UKK dilaksanakan esok hari, dan si murid masih sibuk bermain-main ria, Nilai jeblok baru tahu rasa.

"Bentar kak, iya-iya Lisa bakal belajar deh, lagian besok cuman mapel IPA sama Bahasa Indonesia kan bisa dilogika," tutur Lisa ringan, ia melangkahkan kakinya masuk ke kamarnya, sedangkan kakaknya yang duduk di sofa, dengan laptop yang menyala menggelengkan kepalanya.

-Di kamar Lisa..

"Jarak sama dengan kecepatan dikali waktu, sedangkan kecepatan sama dengan ---"
Setelah selesai menghafalkan rumus-rumus yang membuat kepala Lisa agak linglung itu, ia membalikkan kertas selanjutnya, bab terakhir, Tata Surya.

Lisa mempelajari materi tata surya itu, menurut-nya jika tata surya saja terdiri berbagai bintang gemintang, tapi kenapa penduduk bumi tak mengetahui jika di klannya itu bukan planet, melainkan klan yang ada di gugusan bintang galaksi Andromeda, tersusun seperti tata surya,

"Pantas aja, klan bumi menjadi tempat pelarian para pemilik kekuatan, bahkan penduduk sini sakral jika mendengar pemilik kekuatan,"

"Tapi, ini bukan Galaksi Andromeda melainkan Galaksi Bima Sakti, berarti Semua teori ditempat dan dimanapun itu berbeda," gumamnya.

Alhasil Lisa terus-terusan memikirkan, yang lama kelamaan berkembang dan berjalan entah kemana akan teori yang dibuatnya sendiri. Melupakan sejenak materi yang ia pelajari.

✨✨✨

-Illsya.

Dengan seriusnya seorang perempuan berkucir rapih itu menatap tulisan-tulisan yang membuat siapapun tak kuat berhadapan berjam-jam, berbeda dengan Illsya, dia sendiri sudah hidup berbaur tulisan-tulisan yang lengkap, bahkan tulisan tangannya tak diragukan lagi, sangat rapih,

Sebagian materi sudah ia kuasai, hanya tinggal beberapa materi yang tertinggal karena mengikuti acara OSIS pada waktu itu, namun itu bukan masalah baginya.

Perlahan namun pasti anak itu memahami satu persatu seraya mengerjakan latihan soal yang tadi sore dibelinya di Gramedia. "Syukurlah, semuanya terlihat gampang," senyum manis terbentuk disudut bibirnya.

Disetiap kali Illsya belajar, dia tidak akan memakai taktik terjitu para teman-temannya yakni SKS, sistem kebut semalam. Melainkan membaca sekilas materi yang belum dipahami,  Kebar-baran teman-temannya memang benar-benar dikatakan tidak konsisten. Masa iya, besok ulangan malamnya full belajar pagi-pagi bakal pusing, bukannya fresh.

"Kak Illsya main yuk, aku gak bisa tidur nih," pinta Ovarius yang sedari tadi memandang jenuh kakaknya menatap tulisan-tulisan sulit dimengerti olehnya.

Illsya mengalihkan perhatiannya dari buku, "nonton tv sendiri ya," kemudian melanjutkan prosesi baca membacanya lagi.

"Kakak, Ovarius gak mau! Ayo main, lagian Ovarius cuman berdua di rumah," rengek Illsya, gini nih kalo ditinggal ibunya pergi ke rumah paman, Ovarius bakal merengek jika keinginannya belum terpenuhi.

ELEMENTER CLUSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang