77. Organisasi I

153 33 69
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, seminggu lalu kejadian pembullyan kelas Zita sudah membuat gempar se-academy, menyebar begitu cepat. Sekarang, hal itu hanya sebuah cerita hari kemarin belaka.

Sejak saat itu, teman-teman Zita memutuskan untuk menjaga Zita baik-baik, memastikan jika mereka bertemu Zita, satu atau dua hari.

Kini, senior tingkat menengah tengah memasang pengumuman di papan pengumuman mengenai organisasi-organisasi yang wajib bagi junior untuk diikuti, entah hasilnya akan diterima atau tidak.

Lisa membaca kertas besar di papan pengumuman. ia merasa sama sekali tidak berminat untuk mengikuti seleksi organisasi semacam itu.

"Kau mau mengikut organisasi mana Lisa?" tanya Illsya, perempuan dengan surai biru itu menatap papan tanpa berkedip. Membaca cepat tulisan-tulisan.

Lisa menggeleng, "aku tidak berminat Sya." Lisa menatap papan itu biasa saja, tanpa ada unsur tertarik.

Kyla berdecak, "ckckck, ini wajib loh," ungkapnya seraya menunjuk tulisan "wajib" di papan.

Lisa tetap menggeleng, "aku benar-benar tidak berminat mengikuti hal semacam itu, lebih baik aku hidup dengan damai."

Lisa berjalan menjauh dari papan pengumuman, meninggalkan duo sahabatnya, ia  memilih kembali dengan alasan menuju kelas yang kemungkinan besar kosong, karena murid lain tengah menuju cafetaria.

"Hey Lisa! Ayo ke cafetaria, kok malah balik sih?" teriak Kyla.

Illsya dan Kyla nampak melambaikan tangan ke arah Lisa yang menggeleng. Hari ini, sepertinya Lisa memiliki hobi baru yakni menggelengkan kepala.

"Pesankan saja untukku," teriak Lisa, membuat dua temannya mengangguk.

Saat ini, Lisa yang bertujuan menuju kelas tiba-tiba saja terpikirkan satu hal, ia harus bergegas menuju perpustakaan. Ia harus menemui kakaknya. Alhasil tak jadilah ke kelasnya.

Pagi tadi, Lisa tak sengaja berjumpa Kakaknya yang berjalan bersama Hida di lorong. Lisa sempat mengirim telepati kepada kakaknya untuk bertemu di perpustakaan siang hari.

Lisa segera teleport menuju perpustakaan. Hanya berselang beberapa menit, ia sudah sampai di depan perpustakaan dan melenggang masuk. Ia tahu, jika perpustakaan kemungkinan akan ada beberapa orang yang masuk. Namun caranya kali ini, bisa saling berbicara lewat telepati.

Laki-laki dengan surai merah menggelap tengah bersandar di dinding, ditangannya terbuka lebar sebuah buku bersampul biru, entah apa yang laki-laki itu baca, yang jelas tujuannya kali ini adalah bertemu adiknya.

"Ekhem," deham Lisa.

Rais yang nampak fokus membaca buku tersentak. Pandangannya beralih kearah adiknya yang berdiri dihadapannya tiba-tiba.

"Kaget tau!" ucap Rais, refleks. Lisa terbahak.

Rais memandang Lisa, "apakah ada hal yang sangat penting, hm?" bisik Rais di telinga Lisa. Membuat Lisa mengelus telinganya, geli.

Lisa mengangguk. Berjalan menjauh dari kakaknya ketika seseorang tengah berjalan ke arah mereka, mungkin akan mengambil buku.

"Kak, mungkin aku kelewatan untuk mengungkapkan ini, tapi ini hal yang penting juga."

Lisa memutuskan untuk melakukan percakapan dalam mode telepati, berbicara antar pikiran.

"apatu?"

"Tentang kegelapan."

"kau menemukan petunjuk?"

"Hooh, sepertinya kau harus membaca buku itu."

ELEMENTER CLUSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang