54. Raport? Naik kelas?

291 51 28
                                    

Di klan bumi.
2 Minggu kemudian.

Riuh ramai sekolah SMPN Bogor yang tidak biasanya terjadi, kali ini setiap siswa berangkat bersama walinya masing-masing, berjalan mencari ruang sesuai nomor yang telah terbagi.

Lisa sendirian, kakaknya tengah mengurusi anak didiknya, ia menjabat wali kelas tujuh D beberapa Minggu lalu menggantikan wali kelas sebelumnya yang tengah cuti. Matanya menyapu sekitar, Perempuan dengan rambut panjang sebahu berwarna hitam dan terkucir rapih itu memilih duduk di senderan tembok.

Menatap lingkungan sekitar, melihat setiap anak bersama orangtuanya, "wah, andai—" gumam Lisa.

"Lis! Ngapain disono? Kagak ambil raport? ato udah ambil? Gimana hasilnya naik gak?" Teriak Zita, tengah berlari ke arahnya meninggalkan ibunya yang tengah memarkir motor maticnya.

Lisa menengok ke arah sumber suara, melambaikan tangannya sekilas, "belomlah, kak Sella kan lagi mengurus kelasnya, bingung deh mau ngapain kalo gak ngelamun."

"Ya Ela, mau ambil bareng ibuku apa? Yok, biar cepet nanti bisa pulang gasik deh," ajak Zita, dirinya memandang ibunya yang melangkah ke arahnya.

"Gak ih, emang cepet-cepet mau ngapain? Abis ini kan kita libur, gak kangen sekolah?" tanya Lisa, skak mat, Zita hanya melengos saja ia memang tak peduli dengan hal itu.

"Yekann aku mo nonton drama pas pulang dari sini yeee, mau replay I-Land juga, sekarang big hit lagi nyusun boyband baru bareng CJEnm, tau deh jagoanku lagi di ground, nyesek liatnya," terang Zita menggebu-gebu.

Lisa yang mendengarnya melongo, ia kurang tahu menahu apa yang Zita ucapkan kali ini, biasanya anak itu membahas Nct atau Txt, lah kali ini ada I-Land-I-land apalah itu, "Zit Lo bahas apaan si?!" Ketus Lisa, bahasa yang sekarang ia gunakan memang melebur daerah sekitar. Lo-gue, no problem bukan?

"Zit, mana ruangannya? Ini kah?" Ucap Ibu Zita, yang tiba-tiba sudah berada di depan Lisa, Lisa tersenyum melihatnya begitu juga sebaliknya.

"Bukan, di sana bu kita naik tangga dulu,"

"Loh, Lisa sendirian? Sudah ambil hasilnya belum? Gimana? Naikkan?" ibu Zita memandang Lisa yang tengah menetralkan kebengongannya yang sempat terjadi tadi.

Lisa tersenyum menanggapinya, kemudian menggeleng, "belum bu, mungkin nanti akhiran, hehehe."

"Ibu ambilkan saja yuk, sekalian sama zita, gapapa, yok. Satu ruangan kan? Kalian kan sekelas," Belum sempat Lisa menolaknya tangan ibu Zita menggandeng tangan Lisa dan Zita alhasil mereka bertiga berjalan bersama.

Sesampainya di ruangan sepuluh khusus pengambilan raport kelas delapan A, ketiganya masuk bersamaan, mengantri beberapa menit menunggu giliran lainnya terlebih dahulu. Sedari tadi Lisa terdiam, tak menggubris seorang Zita yang Sedang berbicara ngalor-ngidul, entah KPop, kesehariannya, tempat yang akan menjadi liburan tatkala mereka mendapati waktu kosong, dll.

Pikiran Lisa melayang ke keluarganya, "bagaimana kabar mereka? bagaimana kabar nenek? bagaimana kabar kakak? Aku jelas merindukannya, sudah beberapa bulan kita tak pernah ketemu." Batinnya bergejolak tatkala melihat setiap siswa bersama orang tuanya.

"Lis, Lissa! Lis! Ngalamunin apa sih? Denger gak aku cerita apa tadi hah?" Zita menggerakkan bahu lisa kuat-kuat, mata Lisa menatap kosong hal di depan, takut kerasukan atau apa Zita perlu menyadarkan temannya kini.

"Lisaaaaa!"

"Eh?- apa?" Lisa menengok kesamping, "kali ini aku melamun, huh" pikir Lisa.

"Kan ngalamun! Lupain tadi lagian kamu gak bakal tau aku dah ngomong apa aja, ibu lagi ambil raportnya kita, yok samperin, tau deh bikin dirimu sadar susahnya minta ampun, mikin apa si Lis!" sembari tangan Zita menggandeng Lisa menuju ibunya yang tengah berhadapan Bu Riana, guru wali kelasnya, tak henti-hentinya mulut seorang Zita mengoceh.

ELEMENTER CLUSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang