Chapter 22 - Memories

16 3 0
                                    

“Bro, ini yakin kita mau buntutin Rey kemari?” tanya Edo yang kurang yakin dengan keputusan teman-teman group tidak jelas di kelasnya itu.

“Udah tenang, toh dia tanya nomornya Kinan ke Bayu kemarin,” ungkap Jerry saat mengumpulkan tiket masuk belian teman-temannya.

“Jadi maksudmu gebetan barunya itu Kinan?!”

Kelompok kecil ini terkejut mendengar pernyataan salah satu anggotanya. Edo menggeleng singkat selagi memukul punggung temannya yang asal ceplos itu.

“Jangan asal ngomong, Rey gak bakal seneng lihat kalian dateng kemari karena hal gitu!"

Rendy menyakukan tangannya sembari mencibir, “Lo sendiri juga ke sini bukannya gegara penasaran siapa yang Bayu maksud?”

“Kebetulan aja aku mau jalan-jalan.”

Dengan kompak, semua menyanggah Edo, “““Halah, ngeles!”””

Kegaduhan sedikit terdengar, tapi cepat berlalu berkat petugas tiket cantik di pintu depan. Namun, di saat mempesona yang langka, Jefry menemukan sosok yang terlihat familiar sekali.

“Eh, bro. Itu puteri Cosinus bukan?” tunjuknya ke arah seorang gadis di pintu masuk nomor 1.

Mereka menilik ke arah yang sama, sayangnya gadis yang dimaksud sudah menghilang di telan kerumunan orang.

“Lu bercanda, huh? Gak ada Cosinus di hari libur gini, dia ‘kan terkenal jarang pergi liburan bahkan sama si kucing itu juga kaga pernah.”

Mungkin kebetulan aja, pikir Kevin yang mengira temannya tadi salah lihat. Bunga udah sampai belum, ya? tanyanya sebelum melihat merumunan kakak kelas yang kini membelakanginya.

Ngapain mereka ke sini?

Dengan berani Kinan maju untuk mengetes apakah dugannya benar atau tidak, “Kak Edo?”

Selain lelaki yang dipanggil, kelompok kecil itu menoleh ke arah Kinan secara serempak. Jerry jadi yang pertama bertanya, “Eh, Kinan dari kelas 11 IPA 1? Ngapain di sini, Nan? Mau liburan sama pacar?”

Ini kakak kelas kok malah sok tahu gitu, keluh Kinan sembari mempertahankan senyum bisnis di wajahnya.

“Jalan-jalan sama temen, kak. Kakak-kakak sekalian juga mau jalan-jalan?"

“Kami kemari untuk mengi—!”

Buru-buru Lukman menyikut Kevin yang dengan bodohnya mau membocorkan niatan mereka membuntuti Rey.

”Kami mau coba wahana baru! Tahu yang namanya Detective House itu?! Kayaknya asah otak dikit bagus buat prepare try-out di sekolah—sekalian liburan gitu.”

Kinan hanya ber-oh ria sebelum kembali mengawasi smartphone miliknya. Melihat itu, Rendy pun bertanya, “Terus, itu temen lo belom dateng?”

“Dia bilang udah sampe, tapi batang hidungnya belom kelihatan,”–Kinan menoleh ke kanan dan ke kiri–“Bunga jarang banget buat jalan-jalan gini, takutnya dia tersesat sekarang.”

“Si Cosinus ikut, Nan?”

Kinan mengangguk tanpa memperhatikan mereka, ia mencoba menghubungi sahabatnya tersebut. Ketika diangkat, Kinan buru-buru mengeluh, “Hei! Bilangnya udah sampe tapi kamu di mana?”

“N-nan … ce-cepetan ke sini!

Gadis kucing ini gagal menahan senyumnya saat mendengar suara Bunga selirih itu.

“Eh? Aku masih di bagian tiket, nih. Emang kamu di mana sampe kecil gitu suaranya, Nga? Ada yang lagi gangguin kamu?!”

Mendengar bagaimana sikap Kinan yang tenang membuat para kakak kelasnya bergidik ngeri.

Sebuah RasaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon