Epilog

3 0 0
                                    

Semua cerita memiliki awal dan akhir, begitupun kehidupan. Awal kelahiran dan akhir ... Kematian.
- Sebuah Rasa-

Rey membuka matanya ... Lagi-lagi ia memimpikan Bunga. Pria itu sangat merindukan Bunga. Ia jarang tidur, bahkan Edo sampai menyarankannya mencari wanita baru tapi ditolak oleh Rey.

Dia hanya ingin mengenang Bunga untuk selamanya. "Bunga ... I Love You." Rey memandang foto Bunga lalu memeluknya. Ia bangun pagi dan bersiap menjalankan bisnisnya. Rey tiba-tiba menangis ditengah kesibukannya, ia merindukan Bunga.

****
5 Tahun Kemudian ...

Seperti biasanya, Rey membuka mata pagi buta. Saat itu, di Amerika adalah musim penghujan. Rey membawa payung dan berdiam di taman kesukaan Bunga nongkrong. Ia mulai mencari tahu kebiasaan Bunga di Amerika sejak lama hingga sudah hafal dan terus Rey lakukan.

Rey memandang layar ponsel miliknya lalu mendapati telpon dari Edo.

"Hmmm?"

"Bro, kapan kamu pulang ke Indonesia? Gak baik ninggalin negara sendiri, udah 5 Tahun lebih loh," ucap Edo di dalam panggilan WhatsApp.

"Do, kayaknya gue tinggal di sini aja. Maaf ngerepotin ya Do. Ini pilihan hidup gue dan pliss ngertiin."

"Serah lu deh, mau mati juga gue gak urusan, males bilangin lu yang keras kepala." Panggilan itu langsung ditutup. Rey memandang hujan dengan payung yang ia genggam. Rey hanya menangis senggukan karena hujan adalah kesukaan Bunga. Ia duduk di taman dengan dada yang dibusungkan. Ia memandang ke bawah, dan ada kaki yang berdiri di depannya.

"Maaf, anda siap-" belum selesai Rey melanjutkan pembicaraan ia terhenti saat menoleh ke atas. 'Mungkin hanya mimpi,' pikirnya. Rey kembali membusungkan dada lalu menghadap ke bawah. Ia menangis terus-menerus. 'Bunga, kenapa kamu selalu ada di halusinasiku! Kenapa enggak secara nyata!' pikir Rey dengan perasaan kecewa lalu meremas celananya.

"Kamu ... Masih saja bodoh ..." Suara gadis itu terdengar. Rey yang kaget sontak berdiri dan memandang wanita di hadapannya. Ia mulai meraba wajah wanita itu dengan perasaan tak karuan. Payungnya bahkan ia tanggalkan demi melihat bahwa wanita di hadapannya adalah nyata.

"Bunga?" Rey menangis dan mengusap wajah Bunga ia mengusap rambut Bunga dan menggenggam tangannya. "Ini kamu? Sungguhan?"

"I Love You, Rey ..." Tanpa basa-basi Rey memeluk Bunga, ia hampir tak percaya bahwa Bunga masih hidup. Bunga membalas pelukan Rey dengan erat. Mereka hanya bisa menangis. 'Tuhan, jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku' pikir Rey. Pria itu menghentikan pelukannya lalu menatap tajam ke arah Bunga. Ia mulai mengusap wajahnya lalu mendekatkan pandangannya. Rey menutup mata dan mencium wanita di hadapannya. Mereka berciuman, Rey menggerakkan tangannya lalu memeluk Bunga seraya menciumnya dengan gerakan yang lihai.

Bunga mengikuti alur bibir Rey dan memeluknya. Tak lama kemudian, tangannya meremas ujung baju pundak Rey lalu berganti gaya dengan merangkul kepala belakang Rey. Mereka berciuman selama 30 Menit, kemudian Rey menggendong Bunga bak putri sampai apartemennya.

"Apa kamu enggak berat?" Tanya Bunga.

"Enggak kok, aku kangen gendong kamu gini kayak dulu." Rey membawa Bunga ke apartemennya. Ia bahkan hampir tak percaya Bunga ada di depan matanya. Rey hanya berfikir bahwa ini mimpi tapi kenyataannya, yang ia lihat adalah wujud nyata. Rey yang sudah mandi, duduk di sofanya lalu memberikan baju miliknya ke Bunga. Bunga mandi lalu keluar menggunakan Baju Rey, ia sangat lucu bahkan cantik seperti biasanya. Bunga duduk di sofa dan memeluk Rey.

Sebuah RasaWhere stories live. Discover now