7. Sebuah Ikatan

Mulai dari awal
                                    

"Gue gak mau tau. Sempat aja kabar ini tersebar, gue gak bakal diem sama lo! Paham?" tanya Galang mengangkat wajah Naura agar menatapnya menggunakan telunjuk yang ia letakkan di dagu gadis itu.

"Kamu udah milik aku, Gal. Ini ikatan. Kalau kamu udah ditakdirkan sama aku, kamu bahkan siapapun gak bisa melawannya. Ini takdir," ujar Naura lirih. "Kalau kamu memang ditakdirkan dengan Dita, gak mungkin aku yang jauh dari Jepang dan saat tiba di Indonesia 3 minggu langsung dijodohkan sama kamu. Itu gak mungkin, Gal," ujar Naura lagi.

Galang terpaku sejenak dengan ucapan Naura. Ada benarnya juga, namun Galang segera menghalau semua pikirannya lalu menatap Naura lagi.

"Bisa aja. Orang tua lo sama orang tua gue udah jodohin kita dari jauh-jauh hari sebelum lo pulang dari Jepang, 'kan? Terus paksa lo supaya pulang ke Indonesia. Pikiran lo sempit juga ya." Galang mengempaskan wajah Naura dengan jari telunjuk yang masih berada di dagu Naura ke samping.

Naura menggeleng lirih. "Aku yang minta pulang ke Indonesia bukan Papa atau Mama. Ini kemauanku dan aku sama sekali gak tau bakal dijodohin kayak gini," ujarnya.

Wajah Galang tampak frustrasi setelah mendengar fakta yang keluar dari mulut Naura. Galang mengacak rambutnya gusar serta menendang pot bunga yang berada di sampingnya hingga tanah dan bunga keluar dari pot itu.

"Jangan harap gue bakal suka sama lo!" Galang menunjuk wajah Naura.

"Aku bakal jaga apa yang udah jadi milikku."

"Cih! Jangan harap!"

"Kalau saja ini bukan sebuah ikatan yang serius, mungkin aku udah relakan kamu sama Dita."

"Dita lebih bagus dan lebih baik dari lo."

"Kamu gak tau siapa dia yang sebenarnya."

"Tau apa lo tentang Dita?"

"Aku tau dia pacaran sama kamu karena kamu kaya, populer dan ganteng. Gak lebih."

Entah kenapa setelah mendengar penuturan Naura, Galang menjadi teringat dengan perkataan orang-orang di sekitarnya. Sama persis. Inti dari semua perkataan mereka adalah satu. Dita haus kepopuleran.

Galang menatap Naura sejenak. Sebenarnya Naura adalah gadis yang sangat baik, ramah, pintar, cantik dan manis serta bisa menempatkan keadaan. Namun, perasaan Galang belum juga pindah dari seorang Dita.

"Kamu kenapa diam?" tanya Naura yang melihat Galang diam saja.

Tanpa mengatakan sepatah kata, Galang beranjak dari tempatnya menuju ruang tamu yang masih dipenuhi tamu kedua keluarga mereka.

Galang masih saja memikirkan perkataan Naura tadi. Apakah Naura benar-benar akan menjaga miliknya? Apa cuma sebuah kata-kata saja? Entahlah.

Yuda melihat putranya sedang duduk di pojok ruangan yang hanya ditemani oleh ponselnya memutuskan untuk menemui Galang.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Yuda setelah duduk di samping Galang. Yuda melihat wajah Galang yang lelah. Entah lelah dalam hal apa.

"Gak pa-pa."

"Naura mana?"

"Di taman," sahut Galang seadanya. Yuda hanya mengangguk. Galang harus menanyakan sesuatu pada papanya ini.

Galang dan Naura ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang