46 [End]

3.1K 306 67
                                    

Author POV

Hendery menelepon nomor Yangyang untuk keenam kalinya. Seharusnya cowok Jerman itu udah sampai di Jakarta satu jam lalu, tapi kenapa gak ada kabar?

"Bang? Ngapain sih?" tanya Naya yang baru saja keluar dari kamar dan menemukan abangnya lagi sandaran di tralis tangga sambil nelpon.

"Ini si-eh ini mau nelpon Tata," jawab Hendery. Hampir aja cowok itu bilang nelponin Yangyang. Naya cuma ngangguk-ngangguk aja terus berjalan turun tangga. Ini udah jam 11 pagi dan dia baru bangun.

Baru setengah jalan, langkah Naya terhenti.

"Bang, Yangyang gak ada hubungin abang? Aku ngechat dia dari seminggu lalu gak dibales," tanya Naya. Yang ditanya langsung tegang.

"Ng-nggak ada," jawab Hendery.

Naya mendecih, "Ketauan banget bohongnya. Udah ah, aku mau sarapan."

"Ih beneran gak ada ya!" teriak Hendery mempertegas.

"Iya iya calon suaminya Kak Tata," balas Naya malas. Sedangkan Hendery-nya langsung tutup muka malu. Suka malu-malu kucing dia tuh kalo udah mulai bahas Tata.

•••

Yangyang turun dari pintu pesawat dengan kaki gemeteran. Dia masih gak percaya dikasi kesempatan hidup lebih lama. Bahkan setelah menginjak kawasan Bandara Soekarno Hatta-pun cowok itu masih deg-degan sambil pegang tangan bundanya.

Setelah pengumuman tentang gangguan pada pesawat di Jerman kemarin, pesawat yang dinaiki Yangyang beserta orangtuanya itu berhasil mendarat di bandara terdekat.

Perjalanan dari Jerman ke Indonesia yang seharusnya menghabiskan sekitar 17-18 jam menjadi 22 jam. Mereka harus menunggu selama 4 jam di bandara sebelum melanjutkan perjalanan ke Indonesia.

Dengan tangan gemetar, Yangyang menyalakan hpnya. Ada banyak missed call dari Hendery.

"Udah, gak papa sayang." Lia mengusap punggung Yangyang. Meskipun sama shocknya, ibu dari satu anak itu mencoba untung tenang. Begitu juga suaminya.

"H-halo, Bang?" Yangyang menelepon balik Hendery. Di deringan keenam, teleponnya udah diangkat.

"Yangyang?"

"E-eh, Naya?"

"Tuh kan, Bang Dery bohong. Kamu kemana aja sih? Kapan balik?"

"Em... S-secepatnya."

"Eh bentar. Ini nomer kamu-"

Tut,

Yangyang langsung memutuskan telepon. Takutnya Naya nanya lebih jauh dan kejutannya gagal.

Setelah memasukkan barang ke bagasi, taksi yang ditumpangi Yangyang dan orangtuanya berkendara menuju rumah keluarga Liu itu.

"Kamu istirahat aja. Biar besok gak kecapean. Kan anak ayah mau ngelamar cewek besok," tutur Henry sambil mencolek pipi Yangyang sesampainya di rumah. Yangyang senyum terus ngangguk dan pergi ke kamarnya. Gak lupa bawa kopernya juga. Dia udah kangen banget sama kamarnya ini.

•••

"Dek, siap-siap gih. Mau diajak makan malem di luar sama papa," ucap Hendery setelah membuka pintu kamar adiknya. Cewek itu lagi rebahan sambil tontonin laptopnya.

"Kok tiba-tiba?" tanya Naya. Dia udah nyaman sama posisinya, jadi males banget kalo disuruh siap-siap. Apalagi disuruh ninggalin drama koreanya.

"Cepetan ih! Udah ditunggu!" Hendery menarik paksa tangan Naya.

Childish ; Liu Yangyang [✓]Where stories live. Discover now