17

2.5K 385 22
                                    

Gue dengan buru-buru memasukkan buku ke dalam tas setelah bel pulang berbunyi. Mau pesen gojek buat pergi ke rumah Yangyang.

Sesampainya di rumah Yangyang, gue disambut Tante Lia yang langsung mempersilakan gue masuk.

"Gimana kabarnya? Sehat, kan? Sama siapa ke sini?" tanya Tante Lia basa-basi.

"Iya, Tan. Sehat kok. Tadi pesen gojek buat ke sininya. Tante gimana, sehat?" Gue bertanya balik biar keliatan sopan. Hehe. Tante Lia cuma ngangguk sambil senyum tipis.

"Yangyangnya beneran lagi sakit, Tan?" tanya gue hanya sekedar memastikan.

"Iya, dari semalem sih suhu badannya naik, terus katanya pusing." Gue hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Dia lagi di kamarnya, kamu masuk aja. Sekalian suruh makan sama minum obat ya. Kalo dia macem-macem teriak aja, tante udah punya pisau kok." Gue tertawa kecil pas denger akhir kalimatnya Tante Lia.

Gue mengambil alih nampan yang baru saja diambil oleh Tante Lia dari dapur lalu berjalan menaiki anak tangga. Ke kamar Yangyang.

Untung aja di depan pintu ada tulisan 'Yangyang', jadi gue langsung masuk tanpa harus salah ruangan. Soalnya ini pertama kali gue masuk ke kamarnya.

Kamarnya gelap. Kayak ada orang di dalam selimutnya. Halah palingan juga guling. Gue berjalan ke arah ranjang dengan was-was. Tiba-tiba kalo ada apa-apa gitu kan. Gue menaruh nampan di atas nakas deket ranjangnya Yangyang.

"AAAAAA!!!"

"DAAARR!!!"

Gue teriak kaget pas kaki gue tiba-tiba dipegang dari kolong ranjang. Gue refleks nendang-nendang tangan dia.

"Aduh aw! Jangan ditendang dong, sakit..."

"Bodoamat. Katanya kamu lagi sakit, kok malah di bawah kolong sih, bego?" tanya gue agak emosi. Dia cuma cengar-cengir sambil keluar dari kolong ranjangnya.

"Beneran lagi sakit kok. Nih," kata Yangyang sambil meraih tangan gue terus diarahin ke kening dia. Emang agak panas sih.

"Ya kalo sakit istirahat dong. Kamu udah makan?" tanya gue sambil nyuruh dia duduk terus gue pakein selimut.

"Entar dulu! Aku kebelet. Hehe." Gue menarik napas panjang sedangkan Yangyang masuk ke kamar mandi. Lelah mai laip. Gue duduk di sofa deket ranjangnya sambil lurusin kaki. Berasa rumah sendiri.

"Eh, Naya! Kamu gak diapa-apain kan sama Yangyang?" tanya Tante Lia yang tiba-tiba muncul di pintu sambil bawa pisau. Anjay kripi.

"Ah, eh, nggak kok. Tadi dia cuma ngagetin aku aja, Tan," jawab gue.

"Ah gitu... Yaudah Tante balik ke bawah dulu ya." Gue mengangguk.

"Happy birthday to us. Happy birthday to us. Happy birthday, happy birthday, happy birthday to us...." Gue terkesiap dan langsung berdiri pas Yangyang keluar dari kamar mandi bawa kue ulangtahun yang gak terlalu besar.

"Kamu tuh nyanyi jangan diganti-ganti liriknya," ucap gue pas dia udah di depan gue. Yangyang cuma senyum.

"Ini apa?" tanya gue. Bener deh, gue masih gak paham ada apaan.

Yangyang hentak-hentakin kakinya ke lantai, dengan wajah cemberut. "Masa kamu gak inget sih? Sampai aku ganti liriknya juga."

Gue diam dan mencoba mengingat-ngingat. Ini tanggal berapa? 25 Februari kan ya? Emangnya kenapa sama 25 Feb—

"OH! Kita anniv!" Yangyang makin cemberut dan maksa buat gue yang pegang kuenya. Terus dia naik ke ranjang dan tutup semua badannya pake selimut. Aduh adek bayi ngambek.

***

HEPI ANNIV KALIAN BERDUA WEKAWEKA :)

Childish ; Liu Yangyang [✓]Where stories live. Discover now