18

2.5K 379 8
                                    

Gue meletakkan kuenya di atas meja belajar. Terus jalan ke ranjangnya yangyang.

"Yang... Yangyang, maaf ih. Jangan marah," ucap gue sambil menepuk-nepuk selimut yang di dalamnya ada dia.

"Masa kamu gak inget sama sekali kalo hari ini kita anniv?" tanya Yangyang dengan nada kesal. Gue jadi ngerasa bersalah.

"Aku bener-bener nunggu hari ini, awalnya aku pengen ngeprank kamu. Tapi tiba-tiba aja aku sakit. Jadi terpaksa minta ke bunda buat beliin kue." Gue jadi makin ngerasa bersalah kan. Masalahnya gue bener-bener, sama sekali gak inget.

"Iya maaf. Aku salah," ucap gue masih sambil nepuk-nepuk pelan selimutnya. "Emang kamu yang salah, kan?" balas Yangyang.

"Udah ih, buka dulu selimutnya? Gak sesak apa di dalem? Makin sakit ntar kamunya." Gue membuka paksa selimutnya tapi dipegang erat banget sama dia.

Hm hm hmmmmmmm~ 10 jam. Ga deng, cuma 10 menit.

"Yangyang udahan dong ngambeknya. Makan dulu, terus minum obat." Gak ada sahutan. Gue membuka paksa lagi selimutnya. Ya ampun dia lagi tidur. Matanya agak berair.

Gue membenarkan posisi tidur Yangyang terus pakein dia selimut. Gue senyum lebar.
Padahal baru aja ngamuk-ngamuk gak mau dibuka selimutnya, eh sekarang udah tidur aja.

Bener-bener kayak bayi. Imut banget emang mukanya Yangyang kalo lagi tidur. Huhuhu, jiwa keibuanku ingin merawatnya.g

Pas gue berdiri mau turun ke dapur buat ngambil pisau—buat motong kue yang tadi dikasi Yangyang, tangan gue ditahan sama Yangyang . Mukanya agak pucat, matanya rada sayu.

"Jangan pergi," rengek Yangyang. Gue kembali duduk di lantai. Dari tadi gue duduknya di lantai, untung aja kasurnya Yangyang gak tinggi-tinggi banget.

"Kok gak ambil kursi?" tanya Yangyang lemes.

"Males."

"Kamu udah makan?" tanya dia lagi. Gue menggeleng.

"Kamu belum makan siang juga, kan? Itu dimakan dulu buburnya. Udah dibuatin Tante Lia," kata gue sambil mengambil mangkuk berisi bubur di nampan. Yangyang geleng-geleng.

"Kenapa?"

"Kamu aja yang makan. Udah jam 3, nanti maag kamu kambuh. Kalo aku tadi sarapannya pas jam 11, jadi masih bisa ganjel perut." Gue ragu-ragu.

"Lagian kamu juga suka bubur kan?" Gue mengangguk kecil sambil ngaduk-ngaduk bubur yang ada di mangkuk.

"Kamu aja dulu yang makan, terus minum obat. Nanti sisanya biar buat aku," ucap gue lalu memberikan mangkuknya ke Yangyang yang udah gue suruh duduk dan bersandar bahu gue. Ga.

Bersandar di kepala ranjang maksud gue.

"Suapin..." rengek Yangyang sambil majuin bibir bawahnya. Gue menghela napas terus ambil lagi mangkuk bubur dari tangannya Yangyang.

"Nih, makan tuh. Makan yang banyak." Gue menyuapkan sesendok bubur ke mulut Yangyang. Dia senyum lebar.

Baru 5 sendok makan bubur, Yangyang bilang udah kenyang. Gue mah yaudah sih, yang penting ada isi perutnya. Lagian juga ntar gue yang mau makan.

Gue nyodorin obat penurun panas sama air putih ke Yangyang yang langsung diterima sama dia.

"Tidur gih. Aku mau makan. Terus pulang," tutur gue sambil makan bubur tadi bekas Yangyang. Aku kan mantan anak pemulung, jadi makan yang bekas udah biasa.g

"Mau liat kamu makan," kata Yangyang sambil senyum-senyum liatin gigi putihnya.
Gue mah bodoamat yang penting makan.

Setelah menghabiskan bubur tadi, gue pamit ke Yangyang mau pulang sambil bawa nampan dan kue keluar. Dia nyuruh gue bawa aja kuenya, soalnya dia lagi sakit.

"Maaf ya, aku gak bisa nganterin kamu." Gue mengangguk pas Yangyang bilang gitu.

"Santai aja ih. Pesan gojek gampang. Eh tapi, minta uang dong." Ngga gaes. Gue gak beneran minta uang, cuma mau liat Yangyang ngambek aja karena ngirain gue suka dia karena uangnya.

Mukanya mulai cemberut. Matanya natap gue kayak anak tk yang lagi natap musuhnya. Gue ketawa. "Nggak ih becanda doang. Udah ya, babay. Cepet sembuh."

Gue pamit ke Tante Lia sebelum pulang pake gojek.

***

Dabel apdet hiya :)

Childish ; Liu Yangyang [✓]Where stories live. Discover now