27. Permainan Balas Dendam

130 10 8
                                    

Ran membuka matanya perlahan, cahaya lampu temaram menyambut pengelihatannya. Kepalanya sangat pening sekarang. Gadis itu menatap sekeliling, ia tidak bisa mengenali ruangan ini dengan jelas karena tidak ada penerangan yang cukup.

Ran melihat tasnya yang berada di ujung ruangan. Ia mencoba untuk mengambilnya, namun Ran baru menyadari kalau ia sedang duduk di atas kursi dengan keadaan tangan dan kaki terikat. Sial.

"Tolong!" seru Ran dengan suara serak, kerongkongannya terasa sangat kering.

Kemudian, suara decitan sepatu terdengar mendekat. Seorang lelaki bertubuh tegap muncul dari sudut ruangan sambil menatapnya lekat-lekat.

Ran mengernyit menatap lelaki tersebut yang berdiri di bawah sinar lampu yang remang-remang, sampai lelaki itu membuka maskernya yang membuat Ran membulatkan mata lebar-lebar.

"Joni?"

Cowok itu menyunggingkan sudut bibirnya. "Hai, bule. Apa kabar? Udah lama kita nggak ketemu, ya."

Joni mendekatkan wajahnya, sedangkan Ran melayangkan Joni tatapan tidak suka.

"Lo kangen gue nggak?" tanya Joni seraya menaikkan alisnya tinggi.

"Lepasin gue!" seru Ran lagi tepat di depan wajah cowok itu, ia berusaha membuka ikatannya dengan paksa meski itu membuat lengan serta kakinya perih.

Joni mengangkat dagu Ran, lalu berdesis, "Mending lo diem dari pada buang-buang energi." Cowok itu mundur beberapa langkah, kemudian duduk di sofa usang yang tidak jauh dari Ran.

"Kenapa lo bawa gue ke sini?" tanya Ran. ia masih bingung mengapa tiba-tiba dibawa secara paksa ke tempat yang pengap dan bau seperti ini.

"Bukan gue yang nyulik lo, gue cuma disuruh jagain lo doang sama dia." Joni meneguk botol minuman keras yang ada di lantai sebelum lanjut berbicara. "Sebenernya gue juga ogah jagain lo di gudang sempit gini. Bikin gue mikir aneh-aneh tahu nggak?"

Siapa saja, tolong keluarkan Ran dari sini sekarang juga, rapal gadis itu dalam hati.

"Tapi, karena dia bayar gue, ya, gue turutin aja." Joni tertawa hambar setelahnya.

Ran kembali mengerutkan dahi. "Dia yang lo maksud itu siapa?"

"Mungkin, udah saatnya lo untuk tahu semua." Joni tersenyum miring yang membuat Ran menyimpan beribu pertanyaan di hati. "Gue orang suruhan Gladys. Dari SMA gue di bayar untuk ngawasin lo dan bikin lo sengsara, tentunya. Kalau lo nggak tahu, gue adalah orang yang provokasi Rey buat benci sama lo. Its's nice to see you hated by him."

Perkataan Joni memancing emosi Ran. Jika ditinjau kembali, sikap Joni memang aneh padanya ketika SMA dulu. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa cowok sialan itu ternyata adalah anak buah Gladys.

"Gue emang nggak tahu ada masalah apa antara lo dan Gladys sampai dia sedendam itu sama lo. Most importantly, I get money." Cowok itu tertawa keras. Tawa yang terdengar sangat menjengkelkan di telinga Ran.

"You're such a fucking dumbass!" umpat Ran penuh kekesalan. Ingin sekali rasanya meninju wajah Joni, namun mustahil bila melihat kondisinya saat ini.

"Bodo amat," ucap Joni dan kembali tertawa. "Oh, iya. Dia sebentar lagi dateng buat kasih lo kejutan, tapi gue nggak bakal ikutan. Biar ini jadi urusan dia."

Joni bangkit berdiri, lalu menyeringai. "Sampai ketemu lagi, bule. Itu pun kalau lo masih hidup." Cowok itu melenggang pergi, sedangkan Ran meratapi punggung Joni yang menjauh sampai sosoknya menghilang.

Tak lama setelahnya, pintu gudang terbuka. Sinar mentari masuk dan menyorot ke arah Ran, membuat mata gadis itu menyipit.

Kemudian, pintu kembali tertutup. Ran bisa melihat dengan jelas siapa yang datang dari arah sana. Gadis berpakaian serba hitam itu mendekati Ran dengan pemukul bisbol di tangannya.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now