10. Bad Feeling

242 25 19
                                    

Ran duduk di pinggiran rooftop, cewek itu memandang lurus ke depan. Sejenak menghilangkan rasa pusing terhadap tugas-tugas yang sedang melandanya.

Dia sedang tidak bersama Athan ataupun Ruby, sebab mereka berdua sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

Semilir angin menerpa wajahnya, dari atas sini pemandangan Ibu Kota nampak cantik. Berbeda dengan jalan hiruk pikuk yang selalu ada setiap harinya. Kali ini, Ran bisa bernapas lega. Ran sudah sangat jarang datang ke tempat ini akibat banyaknya tugas, tugas, dan tugas.

Sebenarnya, Ran masih was-was bila berada di mana saja jika sendirian. Sebab teror Gladys masih mengintainya. Ia benar-benar takut jika sewaktu-waktu Gladys ataupun anak buahnya mencelakai dirinya.

Ran bergidik ngeri, menghilangkan bayang-bayang Gladys dari pikirannya.

"Ran!"

Suara itu--- Leon ---menginterupsi Ran untuk menoleh. Cowok itu duduk di samping Ran, dan menatap Ran.

"Kenapa, Yon? Tumben kelas lo jam segini udah keluar," tanya Ran. Dia agak kebingungan dengan Leon yang tiba-tiba datang menghampirinya, biasanya cowok itu akan bersama Rey.

"Enggak apa-apa, sih, bosen aja gitu di kelas. Dosen nggak masuk soalnya."

Ran mengangguk, lalu sepersekian detik kemudian hening. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Sampai saatnya Leon berceletuk, "Seharusnya ... semua nggak kayak gini, ya?"

Ran hanya berniat mendengarkan dan tidak merespon. Menunggu perkataan Leon selanjutnya.

"Seharusnya ... ketika Rey kembali semua akan baik-baik aja. Seharusnya, lo bahagia sama dia. Seharusnya, lo nggak ngerasain sakit lagi. Seharusnya, lo bukan orang asing dimata Rey."

"Terlalu banyak kata seharusnya, Yon. Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya. Tapi, kita harus terima kenyataan. Ibarat kopi. Kopi yang manis karena baru aja diminum, tapi ketika mau sampai akhir kopi itu juga akan pahit. Dan, kita nggak akan bisa menghindar buat meminum bagian yang pahit itu, kan?"

Leon mengangguk tanda menyetujui perkataan yang tadi Ran ucapkan. "Lo itu terlalu orang yang terlalu baik untuk dikasih cobaan sama Tuhan. Seandainya aja Rey dulu melihat keberadaan lo dan nggak sia-siain orang yang udah tulus sama dia." Leon memberi jeda pada kalimatnya, "gue yakin, Tuhan udah bikin sekenario yang indah nanti."

Ran terkekeh kecil, tidak ingin menganggap serius obrolan ringan ini. Lagi pula, ia tidak ingin berlarut-larut. Ran ingin membantu Rey untuk ingat kembali. Dan, jika Tuhan tidak berkehendak mempersatukan dirinya dan Rey, terima saja.

"Tumben, lo bisa berkata bijak. Biasanya nggak bisa serius."

Leon menepuk dadanya bangga. "Sebobrok-bobroknya gue, gue juga bisa serius, lho!"

Ran tertawa, cowok di sampingnya memang ajaib. Tadi ucapannya sangat bijak. Namun, sekarang dia kembali berubah menjadi Leon yang konyol.

🌧🌧🌧

Ran berjalan perlahan menuju perpustakaan. Dia membawa laptop serta satu buku tebal. Dia ingin mencari materi untuk tugas yang diberikan oleh dosen.

Ketika sedang berjalan dengan santai, irisnya tertuju pada gadis yang berpakaian serba hitam yang sedang berjalan berlawanan arah darinya. Topi hitam yang gadis itu kenakan hampir menutupi wajahnya.

Love for Me (TAMAT) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें