19. Athan dan Ruby

154 14 0
                                    

"Ath, Ran bilang lusa mau kerja kelompok. Lo ikut nggak?" tanya Ruby sambil menyeruput greentea latte-nya.

"Nggak tahu, liat aja nanti," jawab Athan tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Lo males karena ada Rey di sana?" Ruby mendengus memutar bola matanya malas sambil melihat ke luar kafe. "Sampai kapan, sih, lo begini terus? Sampai tahun jebot juga lo bakal ngerasa tersaingi sama Rey karena dia satu langkah lebih maju dari lo."

"Bodo amat, ah," dengus Athan.

Ruby mengelus dadanya sabar. Pagi-pagi sekali dihari sabtu Athan mengajaknya ke kafe dekat kampus, padahal ia ingin tidur lebih lama karena mendapat jadwal kuliah siang. Ia pikir akan ada hal menarik yang akan ia bahas dengan cowok itu. Tetapi nyatanya, Athan dari tadi hanya diam sambil memainkan game di ponselnya.

"Ath," panggil Ruby.

"Hm?"

"Lo, kan, udah dewasa dan bukan remaja lagi. Sikapin dengan dewasa lah, nggak usah kayak anak SMA. Gini deh, lo coba nggak peduli sebentar aja sama hubungan Rey dan Ran. Lo juga semakin banyak tugas yang harus dikerjain, nggak ada waktu buat galauin percintaan lo," cecar Ruby, membuat Athan menegadah menatapnya.

"Ran teman baik lo, support aja yang terbaik buat dia. Masih banyak cara buat ungkapin rasa sayang lo ke dia tanpa harus memiliki. Iya, kan?" Ruby mengangkat sebelah alisnya tinggi.

Lo nggak tahu gue berusaha ngelindungi dia dari Gladys, Rub. Nggak kayak Rey yang nggak tahu apa-apa tentang ini, batin Athan.

"Mumpung kita dapat kelas siang, gimana kalau kita main ke timezone? Biar lo nggak bad mood lagi," tawar Ruby.

"Dasar bawel," ucap Athan seraya mengacak rambut Ruby.

Ruby terdiam atas perlakuan Athan. Ia memasang ekspresi konyol yang membuat Athan menahan tawanya.

"Ayo berangkat, Wel." Athan bangkit dari duduknya, lalu mulai melangkah ke luar kafe.

Ruby mengerjapkan matanya, ia lantas pergi menyusul Athan yang telah jauh di depannya.

Mereka menyusuri jalanan Ibu Kota yang cukup padat untuk dapat pergi kesalah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kampusnya berada.

Setelah sampai, Athan dan Ruby langsung pergi ke timezone yang ada di dalam pusat perbelanjaan tersebut.

"Ruby, maklumin gue yang agak norak, ya. Soalnya, gue udah lama banget nggak ke sini," cengir Athan seraya mengusap tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia memang sudah lama tidak pergi bermain ke timezone, terakhir kali Athan mengunjungi tempat ini mungkin ketika masih SMP.

"Santai, Ath," jawab Ruby, lalu ia mengeluarkan kartu timezone yang selalu ia bawa di dompetnya. Saldonya juga cukup banyak, karena kadang saat tidak ada mata kuliah ia dan Ran akan bermain ke sini.

"Kita langsung main aja ya, Ath. Saldonya banyak, jadi kita bisa main sepuasnya!" Ruby langsung menarik tangan Athan untuk bermain seluruh permainan yang ada di sana.

Athan tersenyum samar, ia senang karena masih memiliki orang yang ingin menghibur dirinya disaat sedih.

Kurang dari sepuluh menit, mereka sudah larut dengan game yang ada di dalam timezone. Hampir seluruh permainan mereka mainkan. Bahkan, Ruby dan Athan sedari tadi menjadi pusat perhatian karena mereka adalah orang dewasa yang paling heboh ketika kalah atau memenangi game yang mereka mainkan.

"Hahaha, noob lo! Nembak gitu aja nggak bisa, liat nih gue udah bunuh berapa musuh!" ejek Athan ketika mereka bermain tembak-tembakan. Mereka sudah bermain sejak dua puluh menit yang lalu, namun Ruby yang kalah paling banyak ketimbang Athan.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now