06. About Athan

330 33 18
                                    

Athan merentangkan tangannya lebar-lebar. Ia bingung apa yang harus ia lakukan pagi ini. Tidak ada jam kuliah, itu bagus. Tugas, bisa ia kerjakan nanti. Menge-chat Ran? Itu pilihan yang tepat.

Athan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Namun baru beberapa detik benda pipih itu menyala, ponsel Athan kembali menggelap.

Athan berdecak sebal. "Semalem lupa gue cas, lagi," gumam Athan kesal. Ia kembali menaruh ponselnya ke tempat semula. Ia bisa mengecasnya nanti.

Sepersekian detik kemudian, pikirannya kembali tertuju pada kejadian kemarin sore. Ia penasaran, siapa gadis yang memakai pakaian serba hitam itu. Dan mengapa gadis itu mengajak dirinya untuk mengikuti permainan yang gadis itu ciptakan? Ini sungguh sangat mencurigakan.

Athan yakin, gadis itu berniat untuk mencelakai Ran. Bisa ia pastikan itu menurut apa yang gadis itu katakan padanya. Tetapi mengapa? Apa kesalahan Ran yang membuat gadis itu berniat untuk menjerumuskan Ran ke dalam permainan yang gadis itu ciptakan?

Ia harus segara mencari tahu ini semua, ia tidak ingin Ran celaka. Apa lagi sampai kehilangan Ran. Tidak akan Athan biarkan!

Athan beranjak dari kasurnya, lalu bergegas turun ke bawah.

Ia duduk di sofa ruang tamu. Ia sungguh bosan tinggal sendiri di rumah sebesar ini. Kedua orangtuanya bekerja di luar negeri, Kakaknya pun juga berkuliah di luar negeri.

Tidak ada pembantu. Namun bagi seorang Athan Alvero itu tidak masalah. Ia sudah terbiasa seperti ini sejak 2 tahun belakangan. Sebenarnya, keceriaan yang Athan miliki hanyalah tameng untuk menutupi kesedihan yang ia rasakan selama ini.

Walaupun Athan berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun Athan tidak diberi perhatian yang cukup dari kedua orangtuanya. Kedua orangtua Athan sangat sibuk bekerja, bahkan jika pun pulang ke rumah, tidak sampai sehari orangtuanya kembali pergi untuk urusan bisnis.

Athan meratapi hidupnya yang miris, namun dirinya tidak boleh lemah begitu saja. Ia memang kesepian, namun masih ada Hans, kucing kesayangan Athan yang selalu ada di sisinya. Kucing berwarna cokelat emas dan memiliki bulu tebal yang bisa menjadi tempat curhat terbaiknya selain Ran.

"Arrggghhh, bosen gue!" ucapnya geram.

Akhir-akhir ini Athan jadi sering merindukan Ran. Sebab, belakangan ini Ran cenderung lebih dekat dengan Rey ketimbang dirinya. Bisa dibilang, ia cemburu pada Rey.

Tak berselang lama, suara lonceng kucing terdengar mendekat ke arah Athan. Kucing berbulu tebal itu menatap Athan yang sedang duduk di sofa dengan tatapan yang menggemaskan. Athan yang menyadari keberadaan Hans terkekeh geli, lalu membawa kucing itu ke dalam pangkuannya.

"Kenapa, hm?" Tanya Athan seraya mengelus bulu-bulu tebal kucing itu.

Hans memiringkan kepalanya, menatap Athan penuh tanda tanya.

"Ada banyak orang yang lagi gue rindu sekarang, Mama, Papa, Abang, dan ... Ran. Entah kenapa sejak kembalinya Rey, semua jadi beda. Gue jadi susah buat dekat sama Ran. Ada yang aneh memang, tapi setiap gue dekat sama Ran, Rey selalu natap gue nggak suka," ucap Athan pada Hans yang sedang asyik menjilati bulu-bulunya.

"Dan saat ini, firasat gue jadi nggak enak sama gadis itu. Dia itu kayak seorang psikopat tanpa iba yang suka gue liat difilm-film. Suara dia yang serak dan nyeremin, itu ngebuat gue tambah yakin kalau dia nggak main-main sama omongannya," lanjut Athan. Ia menghembuskan napas kasar karena berbicara pada kucing yang jelas-jelas tidak mengerti bahasanya.

"Mau makan?" Tanya Athan lagi.

"Miiiaaaawww," sahut Hans. Kucing itu tampak bersemangat jika berurusan soal makanan.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now