03. Kenangan Masa lalu

509 41 10
                                    

Athan menjatuhkan tubuh kokohnya ke atas kasur King size miliknya. Ia memejamkan matanya sejenak, sampai ia teringat kejadian dulu. Ketika ia dan Ran sedang berada di taman yang tidak jauh dari kampus, saat itu ia menyuruh Ran untuk menceritakan masalahnya saat itu.

"Namanya Rey, dulu kita sempat punya masalah, dan bahkan dia juga sempat membenci gue. Tapi bener, Ath, cinta sama bodoh itu beda tipis. Walaupun dia benci gue, dan gue disuruh sama dia buat jadi coach ekskul cheers, padahal gue sama sekali gak bisa cheers. Sampai gue jatuh dan tangan gue retak. Tapi gue sama sekali gak pernah ngilangin perasaan gue buat dia."

Athan menatap Ran serius. "Terus?"

"Malam itu gue disuruh Rey buat ketemuan di taman deket kompleks. Pas dia dateng, dia minta maaf, terus meluk gue. Dia nyesel, di situ gue bahagia, karena kita udah gak ada problem lagi. Tapi besoknya, takdir seolah memberi pembatas di antara kita. Rey pergi, dia pergi ke Jerman. Gue kaget ketika gue tau dia punya penyakit, penyakit yang selalu buat dada kiri dia sakit. Rey punya penyakit jantung dan harus dioperasi di Jerman, dia janji bakalan balik, tapi gue gak tau kapan. Yang pasti, gue akan tetep nunggu sampai dia kembali, walaupun gue harus nunggu dia sampai bertahun-tahun."

"Dan sekarang dia udah kembali, Ran," gumam Athan seraya menatap langit-langit kamarnya, seharusnya ia senang, seharusnya ia bahagia. Tetapi mengapa rasanya sangat gelisah? Ia takut Ran tidak bisa lagi tersenyum karenanya, ia tidak akan melihat Ran tertawa karena lelucon recehnya.

Karena orang yang Ran sayangi itu telah kembali. Sebab Athan, menyayangi Ran lebih dari sekadar teman.

Athan merogoh saku celananya, ia mengambil ponsel lalu membuka room chat-nya dengan Ran.

Athan: Ran, udah makan? [DELETE]

Athan: Besok ada kelas? [DELETE]

Cowok itu melempar ponselnya kesembarang arah, lalu mengacak rambutnya frustrasi. Tiba-tiba saja sebuah perasaan janggal terlintas dibenak Athan.

Tadi ia memperhatikan Ran dan Rey. Rey terkekeh geli, sedangkan raut wajah Ran berbubah muram.

"Gue baru pertama kali ketemu sama lo. Mana mungkin kenal, apa lagi inget!" Seketika kata-kata itu terngiang diingatan Athan.

Tunggu, bagaimana mungkin? Rey mengingat Ruby, tapi mengapa lelaki itu tidak mengingat Ran?

"Aneh," gumam Athan lagi, lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket.

🌧🌧🌧

New York, 09.00 AM.

Alan mengerjap-ngerjapkan matanya, ia masih mengantuk, untungnya hari ini ia sedang tidak ada kelas. Matahari memancarkan sinarnya, sinar mentari pagi yang sangat cerah.

Alan memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersila, kedua orangtuanya bekerja di kota yang berbeda dengannya. Alhasil, ia tinggal sendiri di apartement yang tidak terlalu besar ini.

Ia teringat teman-temannya yang berada di Indonesia, bagaimana dengan keadaan Leon di sana? Apa ia masih bersikap konyol, atau mungkin ia sudah berubah? Bagaimana dengan Rey? Apa ia sudah kembali?

Dan bagaimana dengan Ran? Apa cewek itu baik-baik saja? Apa ia masih menunggu Rey?

Terlalu banyak pertanyaan yang tersimpan dibenaknya. Alan hanya bisa mengunjungi Indonesia satu tahun sekali karena kesibukan kuliahnya.

Sepersekian detik kemudian, ponselnya yang berada di atas nakas berdering. Ia lalu mengambil benda pipih tersebut.

"Leon ngapain nelpon gue?" guman Alan, lalu menekan tombol hijau pada layar ponselnya.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now