05. The Game

353 33 13
                                    

Rey mengetuk-ngetuk penanya. Ia sungguh bosan berada di ruangan ini. Dosen yang mengajar belum juga keluar, padahal ini sudah lewat waktu kelas berlangsung.

"Ini hanya perlu dicatatat saja, tidak usah dijadikan tugas. Baik, Miss permisi dulu," ucap Miss Emi. Salah satu dosen muda yang mengajar di kampus. Tidak perlu diragukan lagi, Miss Emi memiliki paras yang cantik dan tubuh bak gitar Spanyol.

Tak sedikit mahasiswa yang tertarik pada dosen muda itu.

Rey menghela napasnya lega. Akhirnya...

Hal yang ia harus lakukan saat ini adalah menghampiri Leon dan mengajaknya ke kantin kampus. Namun, sepertinya sekarang tidak begitu.

Rey memperhatikan Ran, gadis itu sedang membereskan alat tulisnya. Setelahnya, Ran bangkit. Namun Rey sudah terlebih dahulu mencekal pergelangan tangan Ran, memaksanya untuk kembali duduk.

"Kenapa?" Tanya Ran.

"Temenin gue keliling kampus, yuk," pinta Rey. Membuat dahi Ran berkerut.

"Lho, kenapa gak sama Leon aja?"

"Pengennya sama lo."

Deg!

Jantung Ran berdegup kencang, terus-menerus berada bersama Rey membuat jantungnya tidak sehat. Sayang, saat ini ia harus berperan sebagai orang asing jika bersama Rey.

"Ayo, Ran," lanjut Rey, ia bangkit dari duduknya.

"E-eh, iya," jawab Ran, lalu berjalan keluar kelas bersama Rey.

Pepet aja terus! Batin Athan. Yang sedaritadi memperhatikan Rey dan Ran.

Dia tersenyum hambar, lalu mencoba fokus dengan ponselnya. Mood-nya mendadak hilang, menyakitkan memang bila melihat orang yang ia sayangi pergi. Tapi ia bisa apa? Ia hanya bisa diam melihat kebahagiaan Ran yang sesungguhnya telah kembali.

🌧🌧🌧

"Sekarang kita ada didekat fakultas Kedokteran." Ran meghela napasnya, ia dan Rey sudah berkeliling hampir separuh bagian kampus.

"Nah, di sini ada lorong sepi, itu pintu untuk masuk ke gudang. Di deket gudang ada pintu kecil untuk ke rooftop," jelas Ran, ia kembali melangkah. Diikuti oleh Rey di belakangnya.

Rey mengangguk kecil, wajah blasteran Ran mampu mengalihkan perhatiannya.

"Ini perpustakaan. Jarang ada yang kesini, sih. Kalau emang ada paling cuma buat ngerjain tugas sama nyolong wi-fi aja." Keduanya terkekeh pelan.

"And this is what I like best. Music room," ucap Ran seraya menatap ruangan yang tidak terlalu besar itu.

"Apa gue boleh masuk?" Tanya Rey.

"Tentu!" Ran membuka pintu ruangan itu.

Rey mengedarkan pandangannya. Alat musik yang tersedia cukup lengkap. Namun yang membuatnya cukup tertarik adalah sebuah alat musik yang berada di sudut ruangan, gitar.

Rey mengambil gitar itu. Lalu duduk di samping Ran yang sudah terlebih dulu duduk manis di kursi yang sudah tersedia di sana.

"Gue nyanyiin satu lagu buat lo, ya?" ucap Rey, membuat Ran mengangkat tinggi sebelah alisnya.

"Emangnya bisa?"

Rey membusungkan dadanya. "Apa yang Reihan nggak bisa, sih?"

Ran tersenyum samar. Lalu Rey mulai memetik senar-senar gitar itu, menciptakan alunan nada yang sangat indah.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now