14. Athan Sakit?

201 21 1
                                    

Udara terasa sangat dingin pagi ini, sebab dari sore hingga malam hujan deras mengguyur kota Jakarta tanpa ampun. Cuaca mendung tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk datang ke kampus, Ran datang pagi-pagi untuk menghindarkan kemacetan, meski realitanya jalanan sudah mulai dipadati oleh kendaraan roda dua.

Gadis itu berjalan santai menuju ruang kelas seraya mengusap-usap tangannya yang terasa dingin. Mungkin, jika ini hari libur Ran akan menghabiskan waktunya untuk tidur.

Lupakan tentang cuaca mendung pagi ini. Ketika Ran baru saja masuk ke dalam kelas, ia langsung disambut dengan suara bersin seorang cowok yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Ran mengernyit, lalu menghampiri cowok itu yang ternyata adalah Athan. "Ath, lo kenapa?"

Tidak ada respon dari Athan. Cowok itu menenggelamkan wajah dilipatan tangannya. "Ath," panggilnya sekali lagi.

Athan mengerang, lalu menegadah menatap Ran. "I'm fine," ucap Athan pelan, suaranya terdengar serak. Mata dan hidungnya juga merah.

Ran duduk di kursi kosong dekat Athan, ia memeriksa suhu badan Athan dengan punggung tangan yang menempel di dahi cowok itu. "Lo demam gara-gara kehujanan?"

Athan mengedikkan bahunya. "Maybe."

"Tuh, batu, sih, kalo dibilangin. Gue bilang juga apa, nebeng mobil gue," omel Ran. Athan mengulum senyum, ia jadi teringat pada Ibunya.

Semenjak Ibunya sudah jarang ada di rumah, hidup Athan menjadi kurang terurus. Ia memang bisa melakukan hal-hal yang ia inginkan sendiri, namun begitu juga Athan rindu sosok Ibu yang selalu ada untuknya.

Athan sudah terbiasa hidup sendiri, kebutuhannya tercukupi karena jumlah uang yang selalu masuk tiap bulan ke rekeningnya membuat tabungan Athan membengkak. Namun, tidak semudah itu bagi Athan. Athan masih belum bisa menjaga diri sendiri walaupun usianya sudah masuk kategori dewasa.

Mama, Athan kangen, ucap Athan dalam hati. Ia berharap Ibunya akan cepat kembali ke rumah, dan melupakan sejenak pekerjaannya.

"Demam gue bakalan turun, kok, cuma butuh istirahat aja," jawab Athan.

"Ya udah, kalo gitu mau gue beliin obat nggak?" tawar Ran.

"Eh, nggak usah-" ucapan Athan menggantung begitu saja ketika seorang cewek berambut panjang menyodorkan obat demam kepada Athan.

"Makasih, Rub," ujar Athan lalu menerima obat yang disodorkan oleh Ruby.

"Sama-sama, diminum obatnya biar sembuh." Setelah mengatakan itu, Ruby menyapa Ran lalu duduk di kursinya.

Ruby perhatian banget sama Athan, batin Ran seraya tersenyum simpul dan menatap ke arah Ruby.

🌧🌧🌧

"Najis, udah gede masih kayak anak kecil," cibir Rey, melihat Athan yang di kelilingi banyak wanita. "Manja," lanjutnya.

Rey menatap sinis Athan yang menggengam tangan Ran. Ada perasaan yang membuat hati Rey panas entah mengapa. Tak tahan berlama-lama ada di ruangan kelasnya, ia memilih beranjak pergi. Namun, sebelum itu Ran memanggilnya hingga membuat Rey berbalik menghadap Ran.

"Rey, lo mau kemana?" tanya Ran.

"Kantin, mau ikut?" jawab Rey.

Ran menggeleng pelan. "Gue nitip dong," pintanya.

"Mau apa?"

"Bubur ayam satu."

"Buat lo, kan?" tanya Rey memastikan.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now