22. Senja

169 16 9
                                    

Ran duduk diam di kursi dekat ruang kesehatan, Leon dan Ruby pergi terlebih dulu karena masih ada kelas. Sekarang ia sendirian menunggu Rey yang masih ditangani di dalam.

Sedari tadi Ran terus merutuki dirinya sendiri akibat kejadian yang menimpa Rey, ia merasa menjadi penjahat karena secara tidak langsung menarik orang di sekitarnya ke dalam bahaya.

"Gue tahu," ucap cowok yang baru saja duduk di sampingnya.

Ran menoleh, mendapati Athan di sana. Ia agak heran karena cowok itu tidak masuk kelas, padahal kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

"Lo seharusnya cerita ke gue dari awal. Gue siap bantu lo kapan aja, bahkan tanpa lo minta," lanjut Athan. Cowok itu menatap Ran lekat-lekat.

Yang ditatap seolah meminta diberi penjelasan.

"Gue tahu soal semua yang terjadi, dan juga masalah lo dengan Gladys."

Kata-kata Athan sukses membuatnya tercengang, karena setahunya hanya ia dan Tara yang mengetahui tentang Gladys. "G-gimana bisa?"

"Sebenarnya sejak awal gue udah tahu rencana busuk Gladys. Dan sekarang, mau nggak mau gue udah terlibat dalam permainannya," jelas Athan.

Ran memijat dahinya yang terasa pening. Mengapa Athan juga harus terlibat? Padahal Athan tidak ada hubungannya dengan dendam Gladys.

"Awalnya gue pengin dijadiin alat buat hancurin hidup lo sama Gladys, tapi gue tolak mentah-mentah. Jadi, gue terjerumus dipermainan ini sekarang. Dan soal kejadian hari ini, sebenarnya gue udah tahu dari Gladys," ungkap Athan.

Ran menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa lo nggak kasih tahu gue, Ath?" tanya Ran, suaranya serak karena menahan isak.

"Dia ngasih gue teka-teki yang begonya nggak bisa gue artiin. Maaf, karena kebodohan gue—"

"Seharusnya lo nggak terlibat," sela Ran cepat. "Maaf, gue bener-bener nggak bermaksud buat narik temen-temen gue kepermainan bengisnya Gladys. Gara-gara gue kalian semua jadi susah, gara-gara gue kalian semua jadi terluka."

"Lo nggak bisa hadapin ini sendirian, Ran. Gue ada di sini, siap bantu lo. Kita temenan udah lama, lo harus percaya sama gue kalau gue bisa bantu lo dan lindungin lo. Nggak cuma gue aja, ada Ruby, Rey, Leon, dan lainnya yang bisa bantu lo," ujar Athan, ia membiarkan Ran bersandar sejenak pada bahunya.

Dengan cepat Ran menggeleng. "Cukup lo sama Tara aja, yang lain nggak usah. Gue nggak mau Gladys semakin liar karena tahu gue punya banyak bantuan. Dan gue harap lo bisa rahasiain soal ini, terutama dari Rey."

Athan menghela napas sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. Setelahnya, cowok itu menarik Ran ke dalam peluknya. Memberi sedikit kekuatan untuk Ran.

Ran mengenggelamkan wajahnya. Rasanya sangat nyaman sampai ia menjatuhkan air mata yang selama ini menolak keluar.

"Ekhm."

Dehaman itu membuat Athan dan Ran menoleh cepat kesumber suara. Mereka langsung bangkit berdiri ketika melihat Rey yang sedang menatap mereka dengan tangan yang dilipat di dada.

"Lo nggak pa-pa? Lukanya nggak parah, kan?" tanya Ran yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Rey tersenyum kecil, ia mengacak pelan rambut cewek itu. "Gue nggak pa-pa, kok, cuma luka gores aja."

Rey menepuk-nepuk kaus senior yang dipinjamkan untuknya karena hoodie-nya sobek, luka yang telah dibaluri oleh obat merah itu memang masih terasa perih meskipun tidak separah tadi.

"Cepet sembuh, ya, bro. Gue cabut duluan," ucap Athan, ia berlalu pergi setelah menepuk pundak Rey.

"Mau gue anter pulang?" tawar Ran.

Love for Me (TAMAT) Where stories live. Discover now