Nomor 26 Patah Hati Wattpad

127 139 0
                                    

Ketika perlindungan ekstra ada di ruang rawat Lanita, sedikit membuat Zack tersindir. Sebab, karena dia membuat Lanita terluka, semua orang menganggapnya bahaya. Kini, Zack datang bukan dengan maksud membuat masalah, namun hatinya tergerak untuk meminta maaf.

Satu langkah, perlindungan mereka makin ketat, dua langkah Sandi maju. Tiga langkah semua bergerak menghadang.

"Ngapain lo di sini?" tanya Syahdan mewakili.

"Gue udah bilang, gue mau minta maaf sama Lanita dan Rama. Emang minta maaf pun gue dilarang?" Zack berkata datar, nadanya menyindir.

Sandi mendorong bahu Syahdan ke belakang, agar membiarkan dia yang berurusan dengan Zack. "Untung ya, lo ngajak Rama tanding di tempat ilegal. Jadi lo nggak bisa dihukum. Tapi secara hukum persahabatan, gue nggak bisa tinggal diem."

Zack melihat Sandi menekuk jemarinya hingga berbunyi. Pertanda kalau lelaki si pemilik sabuk hitam di taekwondo ini mengajaknya berperang.

Mata Zack terarah ke Rama. "Kak."

"Jangan sok sopan deh lo. Kalian belum sah jadi tiri-tirian," sahut Syahdan keki.

"Dia kakak gue. Kita satu ayah." Zack berujar bangga.

"APA?!" Semuanya melongo tidak percaya. Serempak mengarahkan kepala pada Rama untuk meminta penjelasan.

"Jadi bisa kalian biarin adik dan kakak ngomong?" tanya Zack.

"Ram." Sandi meminta jawaban Rama.

"Kalian bisa keluar. Kalo ada apa-apa, kalian bisa langsung masuk tanpa gue suruh." Tatapan mata Rama tajam menyorot Zack.

Syahdan dan Sandi pun keluar. Sandi sebenarnya enggan, tangannya sudah gatal ingin memberi pukulan pada Zack. Tapi akhirnya, ia membiarkan ketiga orang itu menyelesaikan masalahnya. Seingin apapun mereka membalas dendam pada Zack yang telah melukai Rama dan Lanita, kalau urusannya sudah menyangkut masalah pribadi, dia tak bisa melakukan itu.

Setelah pintu ditutup. Zack berjalan ke sisi kiri Lanita. Sehingga posisinya Lanita yang berada di atas kasur di tengah. Rama berada di sisi kanan. Suasana hening menyelimuti mereka selama beberapa detik.

"Lo udah baikan?" sapa Zack ramah, tidak ada cengiran tengil atau sorot mata marah.

"Gue baik." Lanita memainkan ujung selimut, nampak menundukkan kepala tak ingin bersitatap dengan Zack.

"Kepala lo?" Tangan Zack terulur menyentuh kepala Lanita.

Rama segera menepis tangan Zack yang berani menyentuh kepala Lanita. "Jangan sentuh dia."

"Gue hanya khawatir," bela Zack.

"Langsung to the point. Teman-teman gue bisa masuk kapan aja," tegur Rama tidak mau bertele-tele.

Helaan napas Zack keluar. Lelaki ini memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana training yang ia kenakan. Tubuhnya terbalut jaket jeans dengan hoodie putih. Rambutnya yang panjang berantakan seperti tak disisir. Wajah babak belur Zack telah pulih.

"Gue akuin gue bego," ucap Zack, "karena gue dibutain sama keegoisan dan dendam, gue sampe lukain kalian berdua. Gue ngaku salah karena udah berbuat sembrono dengan bohong sama lo, Ram, sampe ngajak lo duel di ring."

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang