Nomor 19 Malam-malam

249 250 5
                                    

Sudah sekitar 10 tahun yang lalu, pelukan hangat tak menyapanya seerat ini. Debaran jantung yang seirama begitu tenang bersatu. Sudah lama, pelukan seperti ini menyapa Lanita. Entah pelukan dari orang tua atau saudara, Lanita rindu dengan tindakan seperti ini. Namun, ketika Lanita berpikir rindu, itu berarti ia ingin orang yang berarti di hidupnya, bukan Rama.

Pekikan para fans terus nyaring terdengar. Ada sumber keributan karena terdapat beberapa perempuan yang pingsan. Sisanya hanya bisa bergeming dengan hati yang patah.

Lanita dan Rama sama-sama memisahkan diri. Keduanya bersitatap. Hanya dua detik, sebab Lanita langsung berdehem dan menundukkan kepala. Rama hanya menghela napas sembari merutuk dalam hati kenapa bisa ia bertindak senekat itu.

Tubuh Rama pun berputar, menyorot semua perempuan yang telah menjadi fans fanatiknya selama ini. Mereka yang selalu ada di belakang Rama, memujinya terus menerus, menjaganya dari serbuan perempuan penggoda yang memanfaatkan ketampanannya saja, selalu datang dalam setiap pertandingan futsal, dan selalu memberinya dukungan serta kasih sayang. Mereka memang hanya fans, namun kekeluargaan mereka amatlah erat. Rama tahu ia tidak bisa memiliki mereka satu persatu, tapi Rama bisa memiliki mereka semua.

"Makasih." Rama tersenyum.

Perempuan yang tadi pingsan langsung bangun. Yang menjerit karena sakit hati langsung tersenyum lebar. Lalu yang hanya diam tapi menyimpan patah hati yang sangat dahsyat, kembali sadar. Semuanya kembali ceria, asal Rama bahagia, mereka pun akan begitu.

Daisy dan kawan-kawannya segera mendekati Rama. Berujar antusias tentang pesta ulang tahun ini. Semuanya mengerubungi Rama untuk mengucapkan selamat ulang tahun hingga memberikan hadiah.

Lanita yang tidak ikut seperti mereka hanya berdiri di belakang. Melihat Rama yang membalas ucapan selamat, tersenyum, juga tertawa. Daisy yang paling antusias, ia sampai memaksa berfoto bersama Rama. Namun, namanya juga fans, Rama berfoto maka mereka harus ikutan.

"Lanita ... fotoin!" pekik Daisy.

Bola mata Lanita berputar malas. Ia mendekati Daisy dan mengambil salah satu kamera fans. Mundur menjauh dan mulai mengambil gambar.

Secara berebutan semuanya mau didekat Rama. Mereka sampai dorong-dorongan dan mengacaukan sesi foto.

Lanita berdecak, "Kalian mau berfoto apa demo? Yang tertib dong. Itu Kak Rama jangan ditempelin kayak permen karet, hei!"

Para fans misuh-misuh. Merengut karena diomeli. Walaupun begitu mereka tetap saja berebutan posisi agar bisa didekat Rama. Lelaki itu berdiri di tengah-tengah, ingin tersenyum, namun badannya didorong-dorong sejak tadi karena seseorang yang ada di sampingnya terus berganti.

"Siap, Ta!" Daisy mengomando. Ia berada di bawah Rama, hal ini ia lakukan demi mendapatkan foto yang dekat dengan Rama. Bahkan sampai ada yang berjinjit di belakang Rama. Fans satu ini memang super rela.

Lanita mulai mengangkat kamera sejajar di depan wajah, matanya melihat dari lubang lensa demi mendapatkan angle yang pas. Melihat Rama dari kamera saja, Lanita mengakui Rama ganteng banget. Sayangnya, Lanita hanya bisa sebatas pandang tanpa bisa berfoto bersama dengannya.

Flash dari kamera pun menyala sebanyak 3 kali, pertanda sudah sebanyak itu pula pengambilan gambar. Lanita berjalan mendekat ke kerumunan fans dan mengembalikan kamera pada si pemilik.

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang