Nomor 9 Jejak Kejahatan

898 965 34
                                    

Daisy sibuk menguyah gula-gula karet sembari menatap ponsel yang berisikan foto Darama Pangeran Haidi. Bibirnya terus tertarik membentuk senyum yang indah. Suasana kelas yang bising karena sedang jam istirahat tak membuat rasa bahagia di hati Daisy surut.

"Ya Allah, kok bisa engkau ciptakan makhluk setampan ini?" gumam Daisy takjub.

Sebuah tangan mendarat untuk memukul pantat Daisy. Gadis itu mengerang dan mengelus pantatnya, ia lekas menoleh dan mendapati Lanita yang tersenyum-senyum.

"Pelecehan! Bayar nyentuh pantat gue," ketus Daisy.

"Cih!" Lanita pun duduk di kursi belajarnya, bersampingan dengan Daisy. "Ngapain sih lo?"

"Mengagumi salah satu ciptaan Tuhan." Daisy memperlihatkan foto Rama yang sedang memakai kemeja putih. "Lihat deh. Dia nggak senyum aja bikin hati gue kek dipanasin minyak, meleleh."

"Gue dong, disenyumin dia tadi pagi," ujar Lanita bangga.

Daisy langsung meliriknya tajam, menodong Lanita dengan kipas berwarna ungu. "Ngaku! Lo nyantet di mana?"

Lanita tertawa keras sembari menyibak rambutnya ke kiri. "Yakali nyantet. Gue kan emang disukai Kak Rama tau."

"Bohong! Lo pasti minta air doa, boneka dodol, atau mungkin ... lo ngancem Kak Rama, ya kan?" tuding Daisy.

Bola mata Lanita berputar, wajahnya jadi tidak percaya diri. Lanita tidak mau menatap Daisy lagi. Tubuhnya jadi gelisah. Daisy masih tidak boleh tahu rencananya.

Daisy bisa membaca gerak-gerik gusar. "Kenapa lo?"

"Nggak, gue gerah aja." Lanita mengipasi lehernya dengan kipas Daisy.

"Eits!" Daisy langsung merebut kipas kesayangannya itu. "Pake, bayar. Mau angin bayar."

"Pelit."

"Di dunia ini nggak ada yang gratis, sayang."

"Ada. Cinta gue sama Kak Rama." Lanita langsung memeletkan lidah.

"Mau gue kubur lo?!" pekik Daisy dan mulai mencekik Lanita dengan memitingnya di leher.

Reno berdiri di depan kelas, tangannya memukul papan tulis agar semua perhatian teman-teman tertuju padanya. "Guys! Tolong dengerin gue dulu!"

Semua teman sekelas pun duduk rapi, mulai mendengarkan. Termasuk Daisy dan Lanita yang diam. Reno sebagai ketua kelas menghela napas karena akan berbicara panjang lebar.

"Minggu depan kelas kita bakalan adain study tour ke makam pahlawan. Jadi, gue harap kalian lunasin uang administrasi plus uang makan siang selama kita di sana. Totalnya 100 ribu per orang."

Rata-rata dari teman sekelas mengomel, mengeluh, tidak percaya dengan tarif yang diajukan begitu mahal.

"Woi, Ren. Kita cuman setengah hari di sana. Masa habisin duit 100 ribu?"

"Iya. Uang masuknya, kan cuman 5 ribu. Makan 20 ribu. Transportasi kan pake bus sekolah. Nggak sampe kali segitu."

"Korup nih!"

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang