Nomor 25 Perlindungan Ekstra

138 135 2
                                    

Di sekolah, Rama dan Sandi diam-diam masuk ke dalam laboratorium yang sudah ditutup. Keduanya berjalan mengendap-endap guna mengelabui pemeriksaan satpam kala jam sekolah telah berakhir. Seperti halnya laboratorium komputer, maka di dalamnya akan penuh oleh komputer yang berjejer rapi memanjang dan tersusun. Rama dan Sandi mulai berpencar untuk memeriksa komputer di ruangan laboratorium 3 ini.

Rama duduk di meja komputer paling belakang. Ia menyalakan komputer, lalu memasang sebuah flashdisk. Kemudian Rama mengaktifkan sebuah aplikasi pencuri data di flashdisk itu untuk dipasang ke komputer. Dengan cara seperti ini, mereka akan lebih mudah untuk mendapatkan file yang mereka inginkan.

Sandi juga melakukan hal yang sama. Dia berada di meja paling depan sisi kanan. Mulai mengetik cepat di keyboard untuk membantu menemukan file tersembunyi yang ada di salah satu komputer yang ada di laboratorium sekolah.

Total mereka berdua harus memeriksa 150 komputer di 5 laboratorium yang ada di sekolah ini. Sekarang sudah memasuki laboratorium ketiga dengan 85 komputer telah mereka periksa. Hasilnya nihil. File rahasia itu belum bisa mereka dapatkan.

Sedangkan dilain tempat, Syahdan dan Tora mencoba mencari suara para siswa untuk berdemo guna melarang penghancuran aula belakang. Tetapi, itu sulit. Sebab para siswa malah memilih setuju untuk penghancuran aula belakang yang dianggap pantas. Tak menyerah, Syahdan dan Tora juga memberikan desas-desus baru tentang ada mayat di sana. Mencoba bermain tipu muslihat semata-mata untuk mencegah penghancuran gedung lama itu.

Awalnya tidak ada yang mau ikut berdemo. Namun, lambat laun justru para siswa mulai bersuara. Mereka protes kenapa gedung aula belakang disegel dan diberikan larangan tanpa alasan yang jelas. Dibumbui desas- desus, makin hebohlah rencana pengrusakkan aula belakang.

Gunawan jadi merasa tersudutkan. Di lain sisi ia harus segera merubuhkan aula belakang karena di sana ia menyimpan sesuatu. Tapi di sisi lain, ia didesak untuk pembukaan dan renovasi gedung belakang. Para siswa ada yang menuding kalau pembuatan aula belakang itu korupsi, makanya dibangun dengan tidak selesai.

Keadaan SMA Tarumanegara jadi memanas. Baik siswa maupun guru mulai berspekulasi sendiri. Mereka bahkan menantang Gunawan untuk turun jabatan atau tidak akan diturunkan secara tidak hormat. Demo besar-besaran dan mogok belajar sudah berjalan seharian ini.

Daisy melihat suasana lapangan upacara, di samping lapangan itu adalah ruang kepala sekolah bertingkat, para siswa dan guru yang kena hasutan Syahdan dan Tora berdemo tanpa lelah.

"Gue berasa lagi di senayan pake ada demo segala," gumam Daisy miris.

Pandangan matanya menoleh ke arah lain, dan seketika berbinar bahagia antara mata dan hatinya. Di koridor kelas 12, ia melihat Rama tengah berjalan bersama Syahdan, nampak tampan sekali padahal lokasi mereka berjarak 30 meter, juga karena Daisy berada di lantai dua.

"Kak Rama!" teriak Daisy memanggil, melambaikan tangan seraya loncat-loncat.

Rama tidak merespon, ia terlalu fokus berbicara dengan Sandi sambil berjalan, sampai teriakan super melengking dari Daisy tak digubris.

"Kak Rama! Jodohmu di sini! Di sini!" Daisy terus berusaha memanggil sambil loncat-loncat. Tangannya tak henti melambai guna memberikan simbol kalau ada orang di lantai dua.

Rama terus berjalan tanpa menoleh kanan kiri.

"KAK RAMA!" Tak puas, Daisy terus meloncat tinggi-tinggi.

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang