Nomor 8 Sapaan Seseorang

997 1K 39
                                    

Sandi memilin puntung rokoknya sembari melangkah sendirian menuju lokasi. Sore sudah hampir lenyap, sayup-sayup suara masjid mengumandangkan salawat terdengar. Burung sudah berterbangan menuju sangkar masing-masing. Gemerisik daun memunculkan suara yang sejuk.

Langkah kaki Sandi berhenti saat berada di gang buntu. Jalanan di sana kotor, becek, dan berbau saluran pembuangan air. Namun, di sana justru berkumpul para anak SMA yang merokok. Asik main kartu joker sambil meminum sesuatu.

Puntung rokok yang Sandi pegang terulur ke salah seorang pemuda yang tengah main game sendirian. Pemuda SMA dengan gaya urakan ini mendongak. "Siapa lo?"

"Korek," pinta Sandi.

"Lo siapa? Tau tempat ini darimana?" Pertanyaan itu memancing penasaran dari pemuda lain.

"Gue mau ngerokok." Sandi tetap meminta dengan puntung rokok yang terulur, rautnya tak berekspresi.

"Kasih aja, Ja. Orang lewat kali," kata salah seorang pemuda yang asik main kartu bersama yang lain.

Pemuda yang dipanggil Ja ini menatap Sandi penuh selidik lantas merogoh korek di saku lalu memberikannya pada Sandi. "Jangan bawa lari."

"Nyalain."

"Najis. Pake sendiri lah."

"Gue nggak bisa pake korek biasa."

Ja tertawa diikuti teman-temannya yang mendengar. "Kampungan. Anak mana?"

"Nyalain."

Ja berdecak. Tangannya lantas menekan pelatuk gas dan muncullah api dari lubang korek. Sandi menaruh puntung rokoknya di bibir dan membiarkan ujungnya terbakar oleh api. Ja menunggu dengan senyum meremehkan.

"Serius nanya. Lo tau darimana tempat ini?"

Sandi berdiri tegak, mengisap rokoknya dengan khidmat dan mengeluarkan asapnya. "Ada, orang."

"Siapa?"

Sandi yang kini memberikan senyum meremehkan. "Rama."

BRAK!

Selang 1 detik, tiba-tiba saja tubuh Ja dibanting oleh Sandi. Dari balik tembok muncul Tora dan Syahdan yang langsung meloncat turun dan mengamankan pemuda yang lain.

"DIAM!" Tora menahan mereka yang hendak kabur.

Syahdan sedikit kewalahan karena menahan dua orang. Apalagi salah satu dari mereka berbadan tambun. "EH, JANGAN LARI!"

SREEET!

"Nah kan, bolong. Dibilangin. Udah, jongkok, malu bokong lo keliatan." Syahdan yang gemas menabok pemuda yang hendak kabur tadi. Alhasil celana belakangnya robek.

"LEPASIN GUE!" Ja memberontak dari pegangan Sandi.

"Bentar."

Suara itu muncul dari belakang Sandi. Seorang lelaki tinggi yang memakai masker KN94 berwarna hitam. Dari sorot matanya, semua orang tahu bahwa itu adalah Rama. Dalang dibalik kerusuhan ini.

"Gue masih mau main sama kalian." Kedua tangan Rama masuk ke jaket jeans berwarna hitam. Ia langsung duduk di tempat Ja. "Permainannya gampang, hukumannya juga. Tinggal pilih, mau truth atau die."

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang