Nomor 18 Ada Kejutan

Mulai dari awal
                                    

"Cewek-cewek lagi ngambek berjamaah ya?" Syahdan ikutan bingung.

***

Sebuah kertas setinggi satu meter Daisy jadikan sebagai daftar hadiah dan persiapan pesta kejutan Rama. Satu persatu Daisy ceklis guna menandai mana saja yang sudah terlaksana.

Lanita yang berdiri di sebelahnya menghela napas panjang.

"Kenapa?" tanya Daisy tanpa sedikitpun berbalik dari lembaran kertas yang begitu panjang tersebut.

"Gue nggak tega jauh dari Kak Rama," keluh Lanita. "Gue bilang aja deh kalo ini cuman prank."

Jidat Lanita langsung ditimpuk oleh pulpen. Lanita mengaduh. Daisy bilang, "Lo mau gagalin acara kejutan yang udah gue list sepanjang ini, hah? Tega lo."

"Gue beneran nggak tega, Sy."

"Lo suka, ya, sama Kak Rama?"

"Nggak." Lanita menyela cepat. "Gue cuman nggak tega."

"Nggak usah bohong sama gue," dengkus Daisy dengan mata mendelik.

"Untuk apa juga gue bohong." Lanita menatap ke arah lain dengan gusar.

"Tuh kan! Lo bohong. Kalo suka bilang aja kali, gue juga suka sama Kak Rama kok." Daisy berhenti memeriksa daftar di kertas. "Dia emang laki-laki yang nggak bisa nggak disukai semua cewek."

"Gue bilang gue nggak suka!" Lagi-lagi Lanita menolak tuduhan itu.

"Kalo nggak suka ngapain lo ngaku pacaran sama Kak Rama?"

Lanita diam. Alasan ini harus ia kunci rapat-rapat. Daisy mendengkus, lagi.

"Gue, lo, dan cewek lainnya. Kita sama-sama suka Kak Rama, entah fisiknya, prestasinya, kebaikannya, sampai bentuk perhatiannya. Dia terlalu sempurna untuk cewek sekelas kita. Yang hanya tahu berteriak-teriak, muja-muja, bego, muka standar, hidup lagi."

Keduanya diam. Sama-sama menghela napas panjang. Benar juga kata-kata Daisy. Rama sebagai lelaki terlalu mendekati kesempurnaan, sampai perempuan yang menyukainya hanya bisa sebatas mengagumi tanpa hak memiliki.

"Saking sempurnanya, gue nggak mau ada kecacatan di diri dia." Daisy berhenti menceklis keperluan pesta. "Lo juga ya, Ta."

"Hah?"

"Jangan bongkar aib Kak Rama." Daisy mengeluarkan ponsel Lanita dari sakunya.

"Sy! Lo dapat darimana?" Kata-kata lainnya yang ingin keluar justru tertahan.

"Gue terlalu curiga sama lo. Makanya gue ngecek semua. Gue ... dengar rekamannya, gue juga lihat videonya. Maaf buka galeri lo. Tapi video terakhir yang bikin gue penasaran." Daisy menghela napas. "Tadi malam gue nangis, Ta. Gue coba nggak pernah dengar atau lihat semua rahasia Kak Rama."

"Kenapa?"

"Karena Kak Rama udah terlalu sempurna, mau dia lakuin apapun, bikin gue nggak terima."

"Tapi dia emang---"

Daisy langsung menutup kuping dan berteriak. "Gue nggak pernah dengar rekamannya! Gue nggak denger!"

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang