Tiga Puluh Satu

44 8 0
                                    

Hari ini, para murid akan kembali ke rumah masing-masing. Bus yang menjemput mereka akan datang siang nanti. Sekarang, para guru dan murid sedang melakukan aktivitas bergotong royong membersihkan sampah serta membenahi tenda.

"Din, gue mau liat kiyya dulu", ucap Vita yang sudah selesai membenahi tendanya, "Gue ikut", balas Adin. Mereka berdua berjalan menuju tenda darurat dan masuk ke dalamnya.

Vita tersenyum melihat Naya yang tidur dengan posisi duduk menggenggam tangan Kiyya.

"Kalo mereka akur gini kan enak", ucap Adin senang.

"Na~ya~", panggil Rere dengan nada lebaynya. "Naya yu-", Tata menyumpel mulut Rere dengan sebuah roti isi agar ia tidak berisik. "Tau aja gue laper", ucap Rere. Mereka berdua jalan mendekati Adin dan Vita.

Tata tersenyum melihat wajah Naya yang masih tertidur. Wajahnya terlihat tenang.

"Barangnya naya udah kalian beresin?", tanya Adin.

"Udah lah", jawab Rere dengan lagaknya. Tata mencubit pinggang Rere, "Aww sakit ta!", pekik Rere terkejut.

"Sutttt!"

"Engghh", erang Naya yang mulai membuka matanya.

"Kan bangun! Lu sih!", kesal Tata kepada Rere, "Lah lu tiba-tiba nyubit gue!", kesal Rere tak terima.

"Gimana? Udah enakan?", tanya Adin ke Naya yang sudah sepenuhnya sadar.

"Lumayan", jawab Naya.

Vita menatap mata Naya yang sembab. Seperti habis nangis.

"Lo tadi malem nangis?", tanya Vita.

"Ngg-nggak kok", jawab Naya menundukkan kepalanya.

"Mata lo sembab", ucap Vita.

"Lo kenapa nay?", tanya Tata.

"Masih kepikiran?", tanya Rere.

"Masih ngerasa sakit?", tanya Adin.

Naya menggelengkan kepalanya pelan.

"Serius-"

"Engghh", erang Kiyya yang perlahan membuka matanya. Sontak perhatian mereka beralih ke Kiyya. Dengan cepat, Vita langsung membantu Kiyya yang ingin duduk. Sedangkan Adin mengambilkan air putih.

"Din ayok! Udah pada mau jalan", ucap Adan seraya berjalan masuk ke dalam tenda dan menghampiri mereka. Tatapannya langsung beralih ke Tata. Ia mendekatinya, "Hai pacar", sapanya sambil tersenyum.

Tata menundukkan kepalanya malu. Dirinya kini sudah terlihat salah tingkah.

"Plis lah ya.. disini masih ada orang lho", ucap Rere malas.

"Disini ada yang sakit. Udah sono-sono, pacarannya nanti aja!", usir Adin.

"Bilang ke bu sari nanti kita nyusul", ucap Vita.

"O-oke..", Adan menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian menurut saja.

Kiyya tertawa pelan melihat kelakuan teman-temannya itu. Ia melirik Naya yang juga tertawa. Kemudian ia beralih menatap tangan kanannya dan tersenyum.

*****
Ilham memandangi tangannya. Ia masih merasakan tangan Vita yang digenggamnya semalam. Ia menghela napasnya berat, mengepalkan tangannya. Tak lama, cipratan air terasa mengenai wajahnya.

"Woi! Jangan bengong mulu! Kesambet mampus lu!", ucap Angga.

"Kita happy dulu aja bro", sambung Reno menepuk dada Ilham pelan.

"YOSH!", balas Ilham bersemangat dan merangkul kedua sahabatnya itu.

Mata Ilham tak sengaja menangkap Vita yang baru saja datang dengan merengkuh bahu Kiyya membantunya berjalan. Ia juga melihat Naya yang berjalan dibantu oleh Rere. Ilham menyenggol bahu Reno.

"Kita"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang