Delapan

110 29 0
                                    

"Kiy, gue mau ngomong sama lu", ucap Vita saat sudah berada dihadapan Kiyya.

"T-tapi g-gue c-capek Vit", ucap Kiyya gelagapan.

Tanpa mempedulikan ucapan Kiyya, Vita langsung menarik lengan Kiyya ikut bersamanya keluar dari ruang osis menuju koridor yang kosong.

"Pelan-pelan dong Vit!", decak Kiyya.

"Pelan-pelan? Harus gue pelan-pelan? Lo kemarin ninggalin gue berdua sama Ilham!", ucap Vita kesal.

"Apa sih!", decak Kiyya.

"Terus ini apa?", tanya Vita seraya menunjukkan secarik kertas yang kemarin ditulis oleh Kiyya.

"Gue pulang duluan ya, titip Vita, semoga kalian bisa baikan. Apa ini? Baikan? Hahh", dengus Vita kesal.

"Gue ngelakuin ini juga demi lu Vit", jujur Kiyya.

Vita menatap ke arah Kiyya lalu mendengus pelan.

"Gue tau lu masih cinta sama dia! Jangan pernah ngeboongin perasaan lu Vit! Dengan lu bersikap dingin seperti ini ke dia, apa bisa nyelesaiin masalah kalian berdua? Gak kan?", ucap Kiyya.

"Bersikap dewasa itu penting!", lanjut Kiyya seraya membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Vita.

Vita hanya diam tak berkutik. Ia tak bisa membalas ucapan Kiyya itu. Vita menatap punggung Kiyya yang semakin jauh hingga sudah tak terlihat lagi.

Dengan tatapan sendu, Vita berjalan ke arah kantin untuk menenangkan dirinya.

Saat sudah sampai di kantin, ia memilih duduk di pojokan.

"Napa lu?", tanya Adan yang ternyata juga berada di kantin tepatnya di bangku yang berseberangan dengan tempat Vita duduk.

Adan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk kemudian bangkit dari duduknya.

Vita mencari sumber suara tersebut. Terlihat Adan sedang berjalan menghampirinya dan mengambil duduk dihadapannya.

"Gak usah sedih terus sih", ucap Adan.

"Gue gak sedih kok", elak Vita sambil memalingkan wajahnya menatap ke arah lain.

"Bola mata lu nunjukkin kalo lu sedih"

"Sok tau"

"Emang bener kok"

Vita tak menjawabnya. Ia hanya diam memainkan jari-jarinya.

"Bawa pulpen gak?"

Vita menolehkan kepalanya menatap Adan, "Buat?"

"Pinjem bentar"

Vita pun mengambil pulpennya yang berada di kantong rok nya lalu memberikannya kepada Adan.

Dengan heran, Vita memerhatikan Adan yang sedang menulis? Bukan bukan, tapi menggambar? Ya! Adan menggambar sesuatu di kedua ibu jarinya.

Setelah selesai, Adan mengembalikan pulpennya dan menatap Vita.

"Kamu kenapa sedih? Jangan sedih dong!", ucap Adan dengan suara di beda-bedakan.

Adan memainkan kedua ibu jarinya sebagai "orang". Dan yang menyuarakannya juga dia. Tapi di beda-bedakan dari suara aslinya.

"Kalo kamu sedih nanti jelek loh!"

"Aku gak sedih kok"

"Boong, senyum donk"

"Kalo senyum kan makin cantik"

Vita yang menyimak permainan konyol Adan, tiba-tiba tertawa.

"Nah gitu dong! Jangan sedih lagi", ucap Adan dengan suara aslinya.

"Thanks dan"

"You're welcome"

Ternyata, dari kejauhan, terdapat Ilham yang sedaritadi melihat Vita dan Adan bersama. Ilham melihat Vita yang tertawa lepas di depan Adan, membuat hatinya sakit.

Kenapa? Karena yang membuat ia tertawa bukan dirinya, melainkan sahabatnya sendiri.

"Kita"Where stories live. Discover now