Empat

160 30 0
                                    

"Mendingan?", tanya Adnan sambil menatap dingin ke arah Naya.

"Hem", jawab Naya dengan dehamannya.

"Yaudah kalo gitu gue keluar", ucap Adnan seraya membalikkan tubuhnya.

Baru satu langkah Adnan berjalan, tiba-tiba Naya menarik lengan bajunya.

"Gue haus", ucap Naya masih memegang lengan baju milik Adnan.

"Terus?", tanya Adnan sambil menaikkan satu alisnya.

"Gak jadi"

"Ok"

Naya pun segera menurunkan tangannya dan langsung memalingkan wajahnya. Adnan tak mempedulikannya dan berjalan keluar dari UKS tanpa menatap wajah Naya dan tanpa mengucapkan apapun.

Naya juga tak mempedulikannya. Ia segera mengubah posisi duduknya menjadi tiduran dan memiringkan tubuhnya membelakangi pintu UKS. Ia juga memejamkan kedua matanya.

Tak lama, terdengar suara pintu yang dibuka. Dengan gerakan cepat, Naya langsung mengubah posisinya menjadi duduk kembali. Ternyata, yang masuk ke dalam UKS itu adalah Adnan. Tapi yang membuat Naya bingung, kenapa Adnan masuk ke UKS sambil bawa segelas teh?

Adnan tak menghiraukan tatapan Naya yang heran melihatnya. Ia terus berjalan menghampiri Naya.

"Nih", ucap Adnan sambil menyodorkan gelas yang berisi teh.

Naya menatapnya bingung.

"Haus kan? Yaudah ini gue bawain minum!", jelas Adnan dengan ketus.

"Thanks", ucap Naya seraya menerima gelasnya dan langsung meneguknya.

Setelah itu, Adnan duduk kembali di kursi yang tadi diambilnya saat Naya masih belum bangun.

***

"Ayok semua balik ke lapangan!", perintah Putra menggunakan mic.

Para peserta MOS pun langsung berlarian menuju lapangan dan membuat barisan kembali sesuai dengan kelasnya.

"Silahkan duduk", ucap Putra.

"MUNDURAN!"

"PELAN-PELAN DONG!"

"IHH KAKI GUE KOK DIINJEK!"

"JANGAN DORONG-DORONGAN NAPA!"

"MUNDURAN BEGO!"

"SELOW DONG SELOW!"

Putra menghembuskan napasnya pelan dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar mereka semua sedaritadi sangat berisik. Putra berjalan turun dari altar dengan langkah gontai. Adin yang melihatnya langsung datang menghampirinya.

"Gua aja yang ambil alih, kasian lu udah capek banget", ucap Adin kepada Putra.

"Tapi Ly-"

"Udah sih! Dengerin gue napa! Tubuh lu butuh istirahat Nu, lagian juga gue kan waketos disini", potong Adin dengan cepat.

"Thanks ya Ly", ucap Putra.

Adin hanya membalas dengan senyuman manisnya yang membuat jantung Putra berdetak kencang.

Aduh Lya, kenapa sih setiap liat lu senyum jantung gue selalu kayak kereta api?

Batin Putra.

"Kita"Where stories live. Discover now