Enam

166 29 5
                                    

Di dalam ruang OSIS hanya terdapat Ilham dan Vita yang sedari tadi diam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ilham hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Vita yang terlihat sangat kelelahan.

Ilham ingin sekali kembali seperti dulu bersama dengan Vita, tetapi mungkin kesalahannya dimasa lalu belum bisa dimaafkan olehnya.
Mungkin ini adalah karma baginya. Karma atas apa yang telah dilakukannya dulu pada Vita.

Sudah hampir dua tahun, semenjak kejadian diperpisahan kelas IX dulu. Andai waktu bisa diulang, Ilham pasti tak akan melakukannya. Tetapi asal Vita tahu, ia melakukan semuanya dulu juga karena terpaksa.

Siapa sih yang mau nyakitin perasaan orang yang dicintai? Gak ada kan?
Ilham hanya bisa mendengus dan menyesalinya.

Daripada ia terus seperti ini, akhirnya ia memilih untuk tidur saja agar semua pikirannya tidak semakin bercampur aduk.
Tak lama, ia pun terlelap dengan posisi menutupi sebagian wajahnya dengan lengan kanannya.

Diam-diam, ternyata Vita juga mencuri-curi pandang ke arah Ilham tanpa sepengetahuannya.
Jujur, Vita juga ingin sekali kembali seperti dulu. Tetapi pikirannya selalu melarang ia untuk kembali. Bukan hanya pikirannya, tetapi juga gengsinya yang terlalu besar.

Vita sangat sedih. Sangat sedih saat hubungannya dengan Ilham harus seperti ini. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin menghampiri Ilham dan memeluknya.

Siapa sih yang tahan bersikap dingin ke orang yang dicintai? Gak ada kan?
Dari dulu hingga sekarang, Vita tak bisa melupakan Ilham dan menghapus rasa cintanya. Ia selalu berusaha. Tetapi, semakin ia berusaha untuk melupakannya, semakin sulit ia menghapus perasaannya pada Ilham!
Dan pada akhirnya, ia lebih memilih untuk bersikap seolah-olah ia membencinya.

Maaf gue harus bersikap gini ke elu ham, gue gak mau semuanya terulang kembali.
Batin Vita lirih.

***
"Akhirnya kelar juga...", Ucap Kiyya merasa lega.

"Kelar apaan! Dua hari kedepan kita masih harus nge-MOS-in mereka!", Celetuk Dicky membuat Kiyya menatap kesal kearahnya.

"Gak usah diingetin sih!", Dengus Kiyya kesal seraya melempar botol plastik yang digenggamnya kearah Dicky.
Dengan sigap, Dicky menghindari lemparan tersebut.

"Ribut aja terus", cibir Adan kepada mereka berdua.

"Suka baru tau rasa", sambung Glen.

"Gue? Suka sama dia?", Tanya Kiyya sambil menunjuk Dicky.
"Ogah bangettt", lanjutnya seraya memutar bola matanya jengah.

"Idihhhh gue juga ogah kalii", cerocos Dicky.

"Kan gak ada yang tau akhirnya bakal gimana", ucap Hilmi menggoda.

"Mau gue ceburin lu ke sumur?", Tanya Kiyya sinis.

Ditengah percekcokan antara Kiyya dengan Adan, Glen, dan Hilmi, Adin berjalan meninggalkan mereka semua.
Males banget ia harus selalu mendengar percekcokan mereka yang berakhirnya akan lama.

Saat melewati koridor, Adin melihat Adnan keluar bersama Naya dari dalam UKS. Dengan cepat, Adin langsung menghampirinya dan bertanya.

"Siapa?", Tanya Adin tiba-tiba.
Sontak mereka berdua terkejut dengan kehadiran Adin.

"Dia adek kelas yang lagi sakit", jawab Adnan.

"Terus lu mau kemana?"

"Anter dia pulang"
Adin melongo mendengar jawaban dari Adnan.
Sebelum sempat Adin bertanya kembali, Adnan dan Naya sudah beranjak dari tempatnya meninggalkan Adin.

"Eh woi gue belum selesai nanya!", Teriak Adin.
Adnan hanya mengangkat tangannya bertanda "pergi dulu".
Dengan kesal Adin langsung menghentakkan kakinya dan berbalik. Namun saat ia berbalik, tubuhnya langsung terpelonjat kaget dengan kehadiran Putra dihadapannya.

"Astaghfirullah", kaget Adin.

"Kenapa Ly? Kok kayak kesel gitu?", tanya Putra heran.

"E-ehh e-enggak k-kok", jawab Adin gelagapan.

"Lo cemburu liat Adnan nganterin cewek lain?"

"Hah? Suka aja kagak!"

"Tapi kenapa kesel?"

"Gue kesel karena dia pergi gitu aja sebelum gue selesai nanya"

Setelah menjawab pertanyaan dari Putra, Adin bergegas beranjak dari hadapan Putra. Baru dua langkah Adin berjalan, Putra sudah mencekal lengan Adin.

"Pulang bareng gue Ly!", pinta Putra tiba-tiba.

Adin membulatkan matanya saat mendengar Putra mengajaknya pulang bareng. Hellaaawwww! Siapa sih yang gak kaget denger orang yang kita suka ngajak pulang bareng?

"T-tapi gue bareng Yadan", jawab Adin jujur.

Putra tersenyum dan langsung melepas cekalannya di lengan Adin, "Maaf gue lupa".

"It's okay", ucap Adin lalu berjalan meninggalkan Putra sendiri.

Ya ampun ya ampun ya ampun!!

Kenapa deg-degan gini sih!

Batin Adin bergerutu.

"Aisshh", dengus Putra.

"Kenapa selalu kebablasan sih! Dia kan pasti bareng kembarannya!", decak Putra kesal kepada dirinya sendiri.

Jantung gue kenceng banget sih jalannya!

Batin Putra.

***

"Vit pulang yuk-", tiba-tiba ucapan Kiyya terpotong saat masuk ke dalam ruang osis melihat Vita sudah tertidur.

Ia juga terkejut saat melihat Ilham juga tertidur. Tapi beda kursi.

"Gini mulu!", dengus Kiyya.

Seketika, muncul sebuah ide di benaknya. Dengan perlahan-lahan, Kiyya mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di dalamnya.

"Hihihihi", tawa Kiyya.

Kena lo berdua!

Batin Kiyya.

Dengan gerakan cepat tapi tak mengeluarkan suara, Kiyya meletakkan secarik kertas yang tadi ditulisnya di atas meja yang menengahi kursi mereka berdua, kemudian ia berjalan keluar dan menutup kembali pintunya dengan pelan-pelan.

"Ngapain lu?", tanya Dicky tiba-tiba yang membuatnya terkejut.

"Kampret lu ngangetin aja!", decak Kiyya pelan.

Dicky tak mempedulikannya, ia segera beranjak masuk ke dalam ruangan osis, namun pergerakannya langsung dicekal oleh Kiyya.

"Jangan masuk!", ucap Kiyya mengancam.

"Kenapa sih!", ucap Dicky mulai kesal.

"Ada Vita sama Ilham", ucapnya berbisik.

"Serius?"

Kiyya menganggukkan kepalanya, lalu menarik lengan Dicky menjauh dari ruang osis.

"Anter gue pulang ya", pinta Kiyya sambil terus menarik lengan baju Dicky.

"Apa-apaan nih!", ucap Dicky tak terima.

Kiyya tak menghiraukannya, ia terus berjalan menuju parkiran mobil.

"Anterin yaa", pinta Kiyya dengan wajah memelas.

"Gak usah sok memelas! Muka lo gak pantes!", cibir Dicky.

"Songong lu!", ucap Kiyya tak terima.

"Anterin ya!"

"Iya bawel"

Dengan gerakan cepat, Kiyya langsung masuk ke dalam mobil Dicky saat Dicky sudah tak menguncinya.

"Buset dah!", ucap Dicky kesal dengan sikap Kiyya yang sembarangan itu.

Dicky pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya keluar dari parkiran sekolah.

"Kita"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang