Sebelas

71 23 0
                                    

"Lo ngapain sih narik-narik gue segala?", tanya Adan kesal saat sudah bertatapan mata dengan orang yang menariknya.

"Eh eh sorry dan gue nariknya kekencengan, gue gak bermaksud ngapa-ngapain kok", jawab Glen kepada Adan.

Adan menghela napasnya pelan, "Yaudah iya".

Adan melihat sekeliling ruang lab IPA. Sangat berantakan, berdebu, dan kotor sekali!

Mata ia masih menelusuri setiap sudut lab tersebut, dan matanya berhenti ketika melihat Hilmi sedang mengangkat meja-meja yang berantakan. Kemudian ia menghampiri Hilmi.

"Sini gue bantu"

Hilmi menoleh ke arah Adan kemudian menganggukkan kepalanya.

Adan pun membantu Hilmi mengangkat meja-meja yang masih berantakan.

"Oi nan!", panggil Glen kepada Adnan yang sedang berjalan di luar lab tersebut.

Adnan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Glen yang berada di dalam lab IPA. Tanpa pikir panjang, Adnan melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

"Yo!", sapa Adan dan Hilmi serentak.

"Yo!", balas Adnan.

"Nan bantuin kita beresin lab IPA ya..", pinta Glen kepada Adnan.

"Liat noh", ucap Hilmi menunjuk setiap sudut lab IPA.

"Berantakan banget", lanjutnya.

"Berdebu juga", sambung Glen.

"Oohh yaudah gue bantu"

"Nah!"

Mereka pun mulai membagikan tugas masing-masing dan mulai membersihkan lab IPA.

Tak lama, datang Dicky dan Putra membawa kemoceng. Mereka berjalan ke arah lemari dan perabotan di lab tersebut yang berdebu untuk dibersihkan.

Selama mereka membersihkan lab, ada saja salah seorang dari mereka yang bersin dengan sangat keras sehingga membuat semuanya menjadi tertawa.

Ternyata, tanpa mereka sadari, Adin, Vita, dan Kiyya sedaritadi berdiri di dekat pintu lab IPA dan mengambil video mereka secara diam-diam menggunakan kamera ponsel Vita.

"HACHUU!", bersin Dicky dengan keras.

"HAHAHAHAHA!", tawa Adin, Vita, dan Kiyya serentak yang membuat mereka menoleh ke arah mereka bertiga.

"Wah ngapain tuh lu pada!"

"Apa-apaan nih!"

"Vit lu videoin kita ya?"

"Motoin kita ya lu?"

Vita yang kepergok memegang ponsel mengarahkannya kepada mereka, dengan cepat memasukkan ponselnya ke dalam saku baju.

"Wah wahh wahh"

"Apa sih!", elak Vita.

"Sotoy lu pada", sambung Kiyya.

"Tau..", bela Adin.

"Yaudah coba sini hpnya gue liat", ucap Adan sambil berjalan menghampiri Vita.

"Apa sih dan!", cekal Adin.

"Kalo emang gak ngapa-ngapain boleh dong gue liat hpnya?"

"Ribet lu!", ucap Kiyya.

"Sini!", pinta Adan.

Vita berjalan mundur satu langkah.

"Ngapain mundur? Sini hp-", belum sempat Adan menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba kaki ia tersandung sapu yang tergeletak di lantai.

Vita tersentak kaget dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika wajah Adan berada tepat di depan wajahnya.

Dengan cepat, Adin menarik lengan Adan menjauh dari hadapan Vita.

Seketika ruangan terasa sunyi. Semuanya terdiam tanpa berkutik.

Adin menyenggol lengan Adan pelan, "Minta maaf!".

"S-sorry vit", ucap Adan sambil menggaruk tengkuk belakangnya.

"Hm", balas Vita.

DRAP DRAP DRAP

Terdengar suara langkah kaki yang menuju ke arah lab IPA.

"Eh ham!", panggil Dicky ketika melihat Ilham.

Ilham menoleh, "Kenapa?".

"Lo jadi kan ngeband di café bokap gue?", tanya Dicky.

"Iya jadi, ini gue mau otw"

"Wihh ngeband lu"

"Mantaplah bro!"

"Nanti kita nonton dah!"

Mereka semua saling bercakap-cakap bersama Ilham. Tapi tidak dengan Vita. Vita sama sekali tidak mengubah posisinya. Ia tak ingin berbalik. Ia tahu pasti Ilham berada tepat di belakangnya.

"Nanti kita bertiga juga dateng", ucap Adin.

"Yoi..", balas Kiyya.

"Vit ikut kan?", lanjut Kiyya seraya menyenggol lengan Vita.

Ilham menatap Vita dari belakang. Ia sangat berharap Vita mau datang menonton ia di café nanti.

"Ikut dong.."

"Iya ikut aja, nanti kita berangkat bareng-bareng"

"Iya vit.."

"G-gue-"

"Ayolah vit..", bujuk Adin kepada Vita.

"I-iya gue ikut", ucap Vita pelan.

Mereka semua tersenyum kepada Vita. Begitu pun dengan Ilham.

"Nah gitu dong!"

"Yaudah gue duluan ya", pamit Ilham.

"Ok bro!"

"Nanti kita nyusul!"

Ilham mengacungkan ibu jarinya, "Siap!".

"Gue tunggu", bisik Ilham di belakang Vita dengan pelan namun masih bisa didengar olehnya.

Setelah itu Ilham beranjak pergi dari lab IPA menuju parkiran.

"Yaudah kita lanjutin dulu beres-beresnya!", ucap Putra.

"Yang perempuan juga bantuin kek", ucap Hilmi.

"Iya, jangan bisanya cuman ngeliatin atau ambil gambar kita", cibir Adan.

Adin menatap sinis ke arah Adan lalu mencubitnya.

"Sakit din!", rintih Adan.

"Bodo", balasnya tak peduli.

"OK AYO BERES-BERES!", teriak Kiyya bersemangat seraya berjalan masuk ke dalam lab diikuti Adin dan Vita.

Vita mengambil sapu yang tergeletak di lantai. Ia hanya diam tak mengeluarkan suara apa pun lagi sejak Ilham berbisik di belakangnya.

Entah apa yang dirasakannya sekarang. Bingung, takut, dan senang bercampur aduk. Membuat perasaannya semakin sulit untuk ditebak.

"Aiisshhh!", dengus Vita pelan.


"Kita"Where stories live. Discover now