Dua Puluh Tiga

71 9 1
                                    

Kiyya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan "Dr.Andi". Ia mengambil duduk dihadapan dr.andi yang merupakan seorang psikiater yang telah merawat kiyya selama 5 tahun.

"Bagaimana perasaan kiyya hari ini?", tanya dr.andi.

"Biasa saja", jawab kiyya.

"Kiyya masih sering memimpikan kejadian itu?"

"Masih"

"Masih sering merasa takut?"

"Masih"

Dokter Andi menghela napasnya pelan kemudian ia tersenyum simpul, "Apa kiyya masih takut gelap?", Kiyya menganggukkan kepalanya pelan.

"Kiyya jangan banyak pikiran dulu ya. Kiyya harus selalu berpikir positif dan kiyya jangan lupa untuk minum obatnya", ucap dokter Andi mengingatkan. Ia berdiri dan berjalan menuju saklar lampu yang berada dekat pintu ruangannya.

"Kiyya masih gemetaran?", tanya dokter Andi saat lampu dimatikan. Tak ada jawaban dari kiyya. Ia pun menyalakan kembali lampunya. Terlihat tubuh kiyya bergetar hebat sambil merengkuh dirinya sendiri.

Dokter Andi menghampirinya dan duduk kembali ditempatnya. Ia memegang bahu kiyya, "Kiyya harus lebih berani lagi. Lawan rasa takut kiyya", ucap dokter Andi lembut. "Dok..", panggil kiyya dengan suara bergetar, "Iya?"

"Apa saya bisa sembuh?", tanyanya dengan suara pelan. Dokter Andi tertegun merasa ada yang mengganjal dengan pertanyaannya. Kiyya masih menundukkan kepalanya. Tubuhnya juga masih terlihat bergetar. "Kiyya pasti bisa sembuh kok. Kiyya kan gadis yang kuat", ucap dokter Andi sambil tersenyum.

Kiyya tersenyum kecut, "Terimakasih Dok", ucapnya seraya beranjak keluar dari ruangan dengan tubuh yang masih bergetar. Kiyya meneteskan air matanya. Ia tahu kalau dokter Andi pun tidak tahu apa ia bisa sembuh atau tidak.

"Maaf kiyya, saya sendiri pun masih berusaha membantumu sembuh. Dan saya sendiri juga tidak tahu kamu bisa sembuh atau tidak", gumam dokter Andi pelan.

*****
Adin mengarahkan ibu jarinya mengeker langit sambil menutup mata kirinya. Kemudian ia menggeser ibu jarinya ke sebelah kanan. "Lho kok ada penampakan cowok ganteng?", tanyanya heran. "Gue emang ganteng dari lahir", jawab Adan menyombongkan diri.

Adin menurunkan tangannya menatap sinis ke Adan. "Sinis banget mbaknya", ucap Adan seraya menarik hidung Adin. Adan mengambil duduk disebelah Adin dan menatap ke langit. "Hari ini cerah ya", Adin mengikuti arah pandang Adan ke langit, "Iya", ucapnya sambil tersenyum.

"Biasanya kalo hari lagi cerah gini kita main kejar-kejaran", lanjutnya. Setelah mengatakan itu, senyum Adin langsung memudar, "Dan-", Adan menarik hidung Adin membuatnya berhenti berbicara. "Gue gak suka kalo lu masih ungkit-ungkit masa lalu", ucap Adan dengan nada serius. Adin menatap sendu kearahnya.

Adan menurunkan tangannya. Ia merubah posisinya menjadi tiduran dan melipatkan kedua tangannya di belakang kepala. "Yahh.. Jujur, gue lebih suka yadin yang dulu", ucapnya sambil menatap langit. Adan melirik Adin yang terlihat berkaca-kaca.

"Gausah cengeng. Sini abang yadan pok pok", Adan melentangkan tangan kanannya, "Kalo lu nangis nanti jel-", Adan menghentikan ucapannya. Ia tersenyum melihat Adin langsung mengambil posisi tiduran menghadap kearahnya dan meletakan kepalanya diatas lengan Adan.

Adin menyelipkan kepalanya di tubuh Adan. "Cup cup cup", ucap Adan saat merasakan tubuh Adin bergetar.

*****
"Udah cantik ta", ucap Dicky kepada tata yang sedang bercermin. "Cantikan mana aku sama naya?", goda tata.

"Ya cantikan nay- eh tunggu-tunggu, maksudnya?"

"Udah kakak gak usah main rahasia-rahasiaan sama aku. Aku tau kok kalo kakak suka sama naya"

"Kita"Where stories live. Discover now