Tiga Belas

85 23 2
                                    

"Pernah ngerasain rasanya jatuh cinta gak?", tanya Vita tiba-tiba.

Naya menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Vita.

"Pernah gak?"

"E-ehh ohh p-pernah"

Vita tertawa kecil melihat sikap dan ekspresi wajah Naya yang tiba-tiba berubah ketika ditanya soal jatuh cinta.

Naya tersenyum canggung padanya.

"Pernah ngerasain sakit hati?", tanya Vita lagi.

Naya berpikir sejenak, "Hmm gak pernah".

"Ohh yaudah", ucap Vita sambil tersenyum.

"Kakak cantik ya"

"Eh?"

"Yaa kakak cantik, senyumannya manis"

"E-ehh makasih, kamu juga cantik kok"

"Hehh mana ada"

"Coba senyum deh"

"Heh?"

"Udah senyum aja"

Naya pun menuruti permintaan Vita untuk tersenyum padanya.

"Kamu sama kayak sepupu aku ya"

"Maksudnya?"

"Punya lesung pipi"

"O-ohhh kirain apa"

"Orang yang punya lesung pipi itu langka lho"

"Heh iya kah?"

"Iya, tapi lesung itu ada yang buatan juga"

"Oh kalo yang buatan aku tau! Itu pake ujung cabe kan?"

"Nah iya, kamu alami atau buatan?"

"Alami dong!"

"Wahh bagus tuh"

"Hehehehe"

"Yaudah yuk keluar", ajak Vita seraya berjalan lebih dulu keluar dari toilet diikuti Naya yang berjalan di belakangnya.

Ngomong-ngomong tadi dia nanya pernah jatuh cinta sama sakit hati itu untuk apa ya?

Batin Naya bingung.

***

"Etdah si Naya lama banget ke kamar mandinya!", gerutu Tata.

"Nah kan baru balik", ucap Tata malas ketika melihat Naya berjalan ke arahnya.

Naya tersenyum kepada Tata yang terlihat kesal padanya.

Tata menyilangkan tangannya di depan dada, "Ngapain aja sih? Kok lama banget!".

"Hehehe maaf"

Ting!

Suara notif dari ponsel Naya.

Naya mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.

From : Rendy Dzilham
To : Naya Dzilham

Kenapa belum pulang? Kemana aja? Disuruh pulang sama mama. Jangan pulang malem-malem! Cepet pulang.

Naya menghembuskan napasnya pelan.

"Siapa Nay?", tanya Tata.

"My brother", jawabnya.

"Yaudah gue duluan ya Ta", lanjutnya.

"Naik apa?"

"Angkot lah"

"Ehh jangan! Aku pesenin grab aja ya"

"Gak perlu"

Naya beranjak dari tempatnya berdiri menuju luar café. Ia tidak mempedulikan Tata yang memanggil-manggilnya.

"Lo mau kemana Nay?", tanya Dicky tiba-tiba.

"Ih lu ngagetin aja sih!", decak Naya seraya mencubit perut Dicky.

"Duh sakit nay! Kebiasaan nih nyubit mulu!", rintih Dicky.

"Biarin!"

"Lu mau pulang?"

"Iya"

"Gue anter ya"

"Gak usah, mending lu samperin Tata aja noh, kasian gue tinggal"

"Serius? Udah malem lho"

"It's okay"

Setelah itu, Naya melanjutkan langkahnya menuju keluar café.

Sesampainya diluar, Naya melihat Adnan yang sedang berjalan ke arah mobilnya.

Dengan cepat, Naya berlari menghampirinya.

"Eh kak tunggu!", teriak Naya mencegah Adnan masuk ke dalam mobilnya.

Adnan berbalik dan mengangkat satu alisnya.

"Lo ngapain disini?", tanya Adnan bingung.

"Sebentar!", ucap Naya.

Naya membuka resleting tasnya dan mengambil sesuatu di dalamnya.

"Nih kak", ucap Naya seraya menyodorkan jam tangan berwarna hitam.

"Wah jam tangan gue!", ucap Adnan girang.

"Kok bisa ada di lu?", tanya Adnan.

"Pas kakak anterin aku pulang, terus kakak numpang shalat, jamnya kakak taro di atas meja makan, jadi ketinggalan", jelas Naya.

"Ohhh makasihh", ucap Adnan seraya mengambil jam tangannya.

"Yaudah aku permisi dulu", pamit Naya kemudian berbalik melangkahkan kakinya pergi.

"Lo mau pulang?", tanya Adnan menghentikan langkahnya.

Naya berbalik menghadapnya lagi, "Iya".

"Sama siapa?"

"Sendiri"

"Naik?"

"Angkot"

"Malem-malem gini?"

"Iyalah"

"Bahaya woi cewek pulang malem-malem sendirian!"

"Kan nanti di angkot rame"

"Udah mending bareng gua aja"

"Tapi-"

"Udahlah! Cepet masuk"

"I-iya"

Dengan pasrah, Naya berjalan masuk ke dalam mobil Adnan.

Setelah masuk, Adnan menyalakan mesin mobilnya kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.

***


"Kita"Where stories live. Discover now