Dua Puluh Dua

67 12 0
                                    

Tata menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Ia masih berpakaian baju tidur yang bermotif panda dan memeluk boneka panda kesayangannya. Ia melihat Dicky berada di ruang tengah sedang menonton tv.

"Kak..", panggil tata mengambil duduk disamping Dicky.

Dicky menoleh kearah tata. Ia memperhatikan adiknya itu dari atas sampai bawah. Wajahnya masih terlihat jelas seperti orang yang baru bangun tidur.

"Kak kita jalan-jalan yuk", pinta tata sambil mengucek-ucek mata kanannya. Tak ada respon dari Dicky. Ia masih terus memandangi wajah adiknya itu. "Pffttt", tata menoleh kearah Dicky, "Kenapa?", tanya tata bingung.

"Tau gak sih kalo lu kayak gini tuh gak keliatan kayak anak SMA, lebih keliatan kayak anak tk", ucap Dicky sambil mengacak-acak rambut tata. Raut wajah tata berubah menjadi cemberut.

"Lucu kok lucu", ucap Dicky lagi sambil tersenyum, "Mandi gih, abis itu kita jalan-jalan", lanjutnya membuat tata mengembangkan senyumannya, "Siap!", sahut tata bersemangat kemudian bergegas menuju kamarnya.

****
Adin bertolak pinggang di depan kaca. Ia merasa puas dengan dirinya pada hari ini. Terlihat sangat sempurna. Ia mengembangkan senyumannya, "Akhirnya gue bisa jalan lagi sama Keanu!", ucap Adin girang seraya mengambil tas kecilnya yang berwarna hitam.

Ia keluar dari kamarnya. Baru ia akan menuruni anak tangga yang tak jauh dari depan kamarnya, ia mendengar suara petikan gitar dari kamar adan. Dengan penasaran, Adin mendekatkan telinganya ke pintu kamar adan yang berada tepat di sebelah kamarnya.

"Bintang malam katakan padanya. Aku ingin melukis sinarmu dihatinya. Embun pagi sampaikan padanya. Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya",

Ceklek!
Adan berhenti bernyanyi dan memetik gitarnya. Kepalanya menoleh ke belakang, melihat siapa yang membuka pintunya.

"Yadin? Ngapain kesini?", tanya Adan ketika melihat Adin berdiri di ambang pintu.
" Emangnya gak boleh kalo gue kesini? ", tanya Adin dengan raut wajah sedih.
"Eh.. Bu-bukan gitu.. Maksud gue tuh, biasanya kan lu ngetok dulu sebelum masuk", ucap Adan merasa bersalah karena telah bertanya seperti itu pada adiknya.

Adin berjalan menghampiri Adan. Ia mengambil duduk dihadapan Adan dan menatap Adan dengan lekat. 
"K-kenapa?", tanya Adan bingung.
"Lo lagi suka sama cewek ya?", tanya Adin mengintrogasi dirinya. 
"Ng-nggak kok", jawab Adan sambil menggaruk daun telinganya.

"Kebiasaan lu kalo bohong gue tau", ucap Adin dengan tatapan sinis.
"Apaansih", elak Adan.
"Kita ini kembar. Jadi gue tau kebiasaan kembaran gue kalo bohong!", jelas Adin.
"Gue lebih tua dari lu 30 menit", ucap Adan sambil tersenyum.

Adin menatap kecewa kearahnya, "Bahkan kalaupun kita kembar lu tetep gak mau terbuka sama gue ya..", lirih Adin seraya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar adan.
"Eh.. Itu.. Iya gue lagi suka sama cewek", ucap Adan jujur. Langkah Adin berhenti di ambang pintu, "Siapa?", tanya Adin tanpa menoleh kearahnya, "Sini dulu dong, baru nanti abang yadan kasih tau", ucap Adan sambil menepuk-nepuk kasurnya.

Dengan cepat, Adin langsung berlari dan duduk kembali di hadapan Adan. 
"Siapa?", tanya Adin tak sabar.
Adan mendekatkan bibirnya ke telinga Adin.

"Waaaahhhhh sumpah?!", kaget Adin setelah mengetahuinya. Adan hanya membalas dengan anggukan kepalanya, "Bantuin gue ya..", pinta Adan dengan wajah memelas.
"Pasti!", ucap Adin cepat, "Yaudah ya, gue mau jalan-jalan dulu sama masa depan gue. Dan satu lagi",

"Kita"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang