18. 💞 Saya dan beragam sisi cerita💞

603 68 1
                                    

"Ini kamarmu sementara ya.." Akira membantu Rascha berjalan dan mengarahkannya menuju sebuah kamar disebelah kamar Akira.

Luas sekali dengan satu tempat tidur dan lemari. Memang kelihatan kosong saat pertama kali masuk. Mungkin saja ini kamar tamu yang ada di rumah besar ini.

"Um... Ini kamar tamu ya? Luas banget?" Tanya Rascha lirih. Pantat nya ia dudukan di tepi tempat tidur. Kemudian, matanya menyusuri seisi ruangan. Ada kamar mandi juga di sebelah pintu masuk dengan beberapa tumpukan pigura kosong di sisinya.

Akira menghela napas dan menoleh kearah pintu. Ia enggan menjawab pertanyaan Rascha, ketika melihat Akbar tiba dengan wajah tegang. Pria itu, datang dengan barang bawaan Rascha di lengannya.

"Maaf.. Saya merepotkan kamu.."

Akbar mengangguk dengan wajah datar. Matanya menyisir seisi ruangan sekilas. "Tidak apa.. Aku ikhlas..."

Rascha tersenyum dan menatap kepergian Akbar yang terkesan terburu-buru. Gadis itu, berdesis pelan dengan dahi berkerut. Setelah itu ia menatap Akira dengan raut penasaran. "Kenapa dia begitu?"

Akira mengerjap mendengar pertanyaan Rascha dan ikut duduk di sebelah gadis berhijab coklat itu. "Ini bukan kamar tamu, Cha" Ujar Akira dengan senyum. Tangannya menggenggam jemari Rascha.

Gadis itu dibuat kepo. Kalau bukan kamar tamu, kenapa pula Akira harus memasang mimik sedih seperti itu? Rascha tidak mau tidur di kamar berhantu! Ia akan ketakutan sepanjang malam.

Akira menarik napas dalam "Ini kamar Kakaku dan Akbar" Ujarnya tersenyum sendu. Rascha bernapas lega, kemudian memandang Akira.

"Apa tidak apa kalau Saya tidur disini? Saya takut kalau kakak Mbak marah sama saya.." Ujar Rascha lirih. Siapa sih yang privasi kamarnya mau diusik oleh penghuni lain. Apalagi Rascha disini menumpang sebentar. Tidak sopan kan?!

Tapi anehnya wanita di sebelahnya itu justru memberikan reaksi geli dengan tersenyum manis. Seolah-olah tidak keberatan dengan pertanyaan Rascha.

"Dia sudah meninggal 10 tahun lalu.."

Keduanya mendadak terdiam. Rascha sibuk dengan pemikirannya dan Akira sibuk dengan perasaannya. Keduanya menoleh kearah pintu, saat sebuah bayangan menjauh dari depan kamar. Disusul dengan suara langkah kaki yang terdengar nyaring. Sepertinya Akbar mendengar percakapan mereka berdua dan sekarang memilih menghindar.

"Maaf.. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaan Mbak Akira. Kalau boleh tau meninggalnya karena apa?"

Akira menghela napas dan menatap langit-langit kamar. "Kecelakaan pesawat.. Dek pesawat terbakar karena kesalahan mesin" Kepalanya tertoleh. "Dia kecelakaan ketika akan mengunjungi rekan bisnis di luar negeri.."

Rascha manggut-manggut. "Semenjak saat itu.. Apakah kamar ini tidak pernah digunakan?"

Akira mengangguk. "Ya.. Semua barang dipindahkan ke gudang milik kakek. Karena Ibuku depresi berat setiap masuk ke kamar ini. Kami sempat diasuh oleh kakek dan nenek selama lima tahun... Karena Ibu di rehabilitasi... Kalau ayah, dia memang sudah meninggal karena komplikasi ketika aku berusia 7 tahun"

Rascha menunduk dan menautkan jemarinya. "Sekarang bagaimana keadaan Ibu, Mbak?"

"Sudah lebih baik.." Jawab Akira. "Tentunya bersama kakakku di dunia yang lain.."

"Ja.. Jadi.. Dia juga sudah meninggal?" Kaget Rascha.

"Iya.." Jawab Akira menatap kakinya yang menjuntai di lantai. "Dia menenggak obat-obatan anti depresi di pusat rehabillitasi secara berlebihan.." Akira menggenggam jemari Rascha. "Tapi, kami sudah baik-baik saja sekarang.. Kamu tidak usah khawatir."

sourires AKBARМесто, где живут истории. Откройте их для себя