37. 💞 Saya Ke Kantor Polisi 💞

493 52 1
                                    

Kembali ke aktivitas biasa. Sekarang tiga gadis tengah menatap dua gaun besar yang tergantung di lemari kaca. Butik milik teman Akira sedang sepi pengunjung dan ini benar-benar kesempatan emas karena bisa mencoba banyak gaun.

"Menurutmu bagus yang putih ini atau yg abu itu?" Tanya Akira. Rascha melirik Fatin yang juga berdiri di sebelahnya.

"Kau tanya Fatin saja Mbak.. Saya bukan tipe yang pandai memilih.." Tolak Rascha mendorong bahu Fatin mendekat.

"Oho.. Aku juga.. Aku akan pergi melihat baju bridessmaid.."

Akira jengah. Ia menarik pundak Fatin kembali "Tolong lah kalian berdua.. Bekerjasama sedikit denganku apa itu sulit?" Matanya menatap Rascha. "Kau juga kan yang memberikan pendapat pada gamisku waktu itu?"

Fatin mengerjapkan mata dan memandang kearah lain. Mendadak suasana terlihat aneh dan ia tidak ingin ikut campur. Anggap saja dia jahat.

"E.. Em.. Itu kan bukan acara penting.. Kalau kali ini saya juga kesulitan.." Ia menyenggol bahu Fatin untuk membantunya berbicara. Tapi gadis itu malah diam saja.

"Ah ayolah gaes..." Rengek Akira tak tahan. Ia menunjukkan raut sebal kearah dua wanita yang saat ini nampak canggung.

"Kau ambil saja keduanya.. Nanti di pakai di waktu berbeda itu tak masalah kan?"

Tiba-tiba suara berat yang dikenali mereka muncul dari arah tangga. Lantai atas memang diperuntukkan bagi pakaian casual pria. Ketiganya menoleh dan terperanjat kaget.

"Atau bisa menyuruh desaigner pakaian untuk membuatkan sesuai yang kau inginkan.." Tambahnya.

Akira memanyunkan bibirnya. "Aku bukan tipe wanita yang memiliki banyak inspirasi.."

Tidak usah terkejut untuk masalah finansial keluarga Alimudin. Abidzar memang memiliki harta yang tidak terkira. Dia akan dengan mudah menggesek kartu untuk membeli gaun atau jas mahal lainnya. Apalagi untuk sekedar membayar desainer? Seperti sedang membeli mendoan 2000 dapat 3.

"Kita buat itu menjadi 3.."

Rascha dan Fatin langsung menatap Akira yang berdiri canggung. "Ah yang benar saja.. Itu pemborosan.."

Abidzar tersenyum. Sungguh, Rascha bahkan sampai tidak sadar kalau ada Akbar dibelakang pria tersebut. Wajahnya tertekuk kesal ketika raut muka Rascha berubah sendu ketika melihat Abidzar.

Pria itu menunjuk gaun biru yang tak jauh darisana dengan tergesa-gesa. Sehingga, semua mata mengarah padanya. Bibirnya bergerak tak keruan sebelum akhirnya melontarkan kata-kata.

"Aku ingin ini untuk bridessmaid" Sudah jelas yang dia lakukan asal-asalan. Rascha menghela napas malu. Tetapi, Akira malah mengejeknya.

"Oho.. Ini pernikahanmu atau pernikahanku..?" Ejek Akira mencubit pipi Akbar. "Tidak usah bertingkah dan diam saja.."

Akbar mengaduh melepas cubitan tersebut. Ia menatap semua orang yang saat ini tersenyum geli. Rascha hanya memasang tampang kecut kearah Akbar. Mulutnya komat kamit.

"Kau memang sudah gila.."

Semua itu tak luput dari tangkapan mata Abidzar. Pria itu tertawa pelan dan menarik Akbar menjauh. "Baiklah itu bisa dipertimbangkan nanti.. Kau tau kan aku sekaya apa?"

"Jangan sombongkan dirimu.." Pria itu melepas rangkulan Abidzar dan berjalan pergi menuju ruang tunggu.

Kakak dari Fatin langsung membalikkan tubuhnya lagi. "Pilihlah segera.. Aku akan menenangkan pria itu.. Entah apa yang membuatnya jadi demikian.."

Semua terbahak melihatnya. Kecuali Rascha yang memang diam karena malu ketika semua melirik kearahnya. Akbar memang membuat suasana cair barusan. Tapi, kelakuannya benar-benar memalukan. Kali ini Rascha ingin Akbar menjadi pria pendiam seperti dulu saja..

sourires AKBARWhere stories live. Discover now